Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Dokter Tigor Silaban, Sang Penyelamat di Pedalaman Papua Wafat

dr. Tigor Silaban (kkpjayapura.com)
dr. Tigor Silaban (kkpjayapura.com)

Jakarta, IDN Times - Tanah Air kehilangan salah satu dokter terbaiknya. Seorang tenaga kesehatan yang bersumpah mengabdikan diri di daerah pedalaman Papua, Tigor Silaban, meninggal dunia.

Tigor yang berkomitmen menjadikan dokter sebagai pengabdian, bukan profesi untuk mencari cuan, wafat pada Sabtu (6/8/2021). Pria yang lahir di Bogor pada 1 April 1953 itu meninggal dunia karena infeksi virus corona. Tuhan mengabulkan harapan Tigor, yaitu menghabiskan sisa umur di Kabupaten Lanny Jaya, Papua.

PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) membenarkan informasi tersebut. Tigor merupakan putra dari Friedrich Silaban, arsitek yang terpilih untuk merancang Masjid Istiqlal.

Semangat Tigor ternyata menurun kepada anaknya. Satu dari tiga buah hatinya yang berprofesi sebagai dokter turut menjadikan daerah pedalaman sebagai tempat pengabdiannya.

“Bapak ini namanya dr Tigor Silaban, beliau ini contoh dokter teladan yang tulus mengabdikan dirinya untuk masyarakat Papua. Bapak ini dia punya anak dokter juga dan sekarang bertugas di pedalaman, padahal bisa saja dia usahakan anaknya ditempatkan di daerah yang lebih nyaman,” kata pemilik akun @jayapuraupdate melalui cuitannya.

“Selamat jalan dokter Tigor Silaban. Tanah Papua berterima kasih atas pengabdian tulus. Tugasmu sudah usai. Sampai berjumpa di kerajaan yang kekal,” sambung dia.

1. Janji Tigor kepada Tuhan

(Dok. IDN Times/Istimewa)
(Dok. IDN Times/Istimewa)

Ketika kabar tentang wafatnya mencuat, beredar surat yang memperlihatkan empat janji Tigor kepada Tuhan. Janji itu dibuat saat ia menempuh studi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Jika berhasil lulus dari FKUI, Tigor berjanji kepada Tuhan akan mengabdikan diri di daerah pedalaman. Berikut janji Tigor:

  1. Saya akan sebagai dokter di tempat yang jauh sekali dari Jakarta, dan saya akan bekerja lebih banyak di daerah-daerah pedalaman.
  2. Saya tidak akan pernah membuka praktek dokter swasta/mandiri/partikelir.
  3. Saya tidak akan pernah meminta uang jasa kepada masyarakat ataupun perorangan atas pekerjaan dokter saya.
  4. Saya hanya akan bekerja sebagai dokter di institusi pemerintah atau swasta, dan merekalah yang harus membayar saya sesuai dengan hak saya.

Demikianlah janji ini saya ucapkan pada Minggu 15 Januari 1978 jam 23.00 WIB di tepi Pantai Ancol, dengan mempertaruhkan harga diri dan martabat saya, semoga kiranya Tuhan akan selalu menolong dan menguatkan saya dalam menjalankan janji ini. 

2. Ditakdirkan untuk menjadi dokter

(Dok. IDN Times/Istimewa)
(Dok. IDN Times/Istimewa)

Tigor memang dilahirkan untuk menjadi seorang dokter teladan, meski juga mencintai dunia arsitektur seperti ayahnya. Melalui sesi wawancara khusus yang dibuat Suara pada 2015, Tigor mengaku malas-malasan untuk kuliah. Dia bahkan membayar orang untuk mengisi absen supaya diizinkan mengikuti ujian.

Ironisnya adalah Tigor berhasil melewati segala proses perkuliahan dengan lancar, bahkan di saat teman-temannya gagal. Momentum itu pun membuka matanya.

“Makin di tingkat akhir, saya bingung. Kok sekolah lancar banget. Sementara teman-teman saya banyak yang gagal dan gak naik kelas. Makanya saya malu dengan Tuhan. Saya janji kalau saya lulus, saya akan kerja jauh dari Jakarta,” kata dia.

Bagaimana kehidupannya selama bertugas di Papua? Sangat jauh dari kemewahan. Tigor bahkan dijuluki dokter listrik dan dokter bangunan, karena kondisi yang menuntut dirinya untuk piawai dalam segala hal di tengah keterbatasan.

Tigor harus mengakali lampu agar bisa menyala setiap saat, sebab penerangan yang disediakan pemerintah hanya bisa menyala kala hari sudah gelap.

3. Selamat jalan dokter Tigor

(Dok. IDN Times/Istimewa)
(Dok. IDN Times/Istimewa)

Melalui akun YouTube Dokter Anggenak yang sempat mengunjungi kediaman Tigor pada 2021, terlihat jelas bahwa Tigor adalah seorang religius. Ukiran salib terlihat hampir di setiap sudut ruangan.  

Selama 42 tahun lebih bertugas di Papua, menjajaki berbagai wilayah mulai dari Okisbil hingga Wamena, Tigor akhirnya wafat pada usia 68 tahun.

Tigor juga sempat berwasiat, tatkala dirinya meninggal, dia sangat ingin dikremasi. Kemudian abu jenazahnya dimasukkan ke dalam botol kecil untuk dibagikan kepada istri dan anak-anaknya.

Berdasarkan keterangan Wakil Direktur RSUD Jayapura Silwanus Sumule, warga setempat akan memberikan penghormatan terakhir kepada Tigor pada Sabtu (7/8/2021) pukul 11.30 WIT.  

Selamat jalan dokter Tigor. Perjuanganmu telah usai, tapi inspirasimu tidak akan pernah mati.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vanny El Rahman
EditorVanny El Rahman
Follow Us