Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

MUI Dukung Ajakan Cak Imin Taubat Nasuha ke Bahlil dan Raja Juli

IMG-20251007-WA0009.jpg
Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Muhaimin Iskandar rapat bersama Menteri Agama, Nasaruddin Umar di rumah dinasnya, di kawasan Widya Chandra, Jakarta, Selasa (7/10/2025) (dok. Istimewa)
Intinya sih...
  • Kondisi bencana alam akibat kelalaian sistemik dan kegagalan pejabat publik
  • Desakan introspeksi total pada kementerian yang pegang otoritas kelola lingkungan
  • Cak Imin ungkap kerusakan sebagai peringatan keras untuk evaluasi kebijakan
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Majelis Ulama Indonesia (MUI) mendukung seruan Taubatan Nasuha atau pertobatan sejati yang disampaikan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhaimin Iskandar atau Cak Imin.

Sebelumnya, Cak Imin bersurat kepada Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia, serta Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurrofiq, untuk evaluasi bersama kebijakan yang ada, menyusul bencana di Sumatra Utara, Sumatra Barat, dan Aceh. Seruan ini juga disebut sebagai taubat nasuha.

MUI memandang seruan ini bukan sekadar panggilan moral, melainkan refleksi atas kondisi darurat bangsa yang menunjukkan adanya kaitan nyata, antara musibah di bumi dengan perbuatan manusia.

"Bencana alam memang tak terhindarkan, namun skalanya yang masif dan besarnya jumlah korban yang kita derita adalah harga mahal dari kelalaian manajerial dan struktural. Kelalaian ini terutama terletak pada pengabaian mitigasi, penegakan hukum tata ruang, dan perlindungan kawasan resapan air," kata Sekretaris Dewan Pertimbangan MUI, Zainut Tauhid Sa'adi, dalam keterangannya, Sabtu (6/12/2025).

1. Kondisi yang ada imbas kelalaian sistemik, kealpaan preventif, dan kegagalan pejabat publik

Pemandangan Aceh Tamiang dari udara, Jumat (5/12/2025) setelah dihantam banjir bandang dan longsor
Pemandangan Aceh Tamiang dari udara, Jumat (5/12/2025) setelah dihantam banjir bandang dan longsor (IDN Times/Prayugo Utomo)

Dalam keterangan resmi, MUI juga mengutip Surah Ar-Rum 30:41 "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."

MUI melihat besarnya korban jiwa dan kerugian infrastruktur yang terus berulang, akibat bencana alam dahsyat di berbagai wilayah adalah indikasi nyata dan tragis dari kelalaian sistemik, kealpaan preventif, dan kegagalan pejabat publik dalam menjalankan amanah konstitusional.

2. Desak introspeksi total kementerian yang pegang otoritas kelola lingkungan

Pemandangan Aceh Tamiang dari udara, Jumat (5/12/2025) setelah dihantam banjir bandang dan longsor
Pemandangan Aceh Tamiang dari udara, Jumat (5/12/2025) setelah dihantam banjir bandang dan longsor (IDN Times/Prayugo Utomo)

MUI juga menyoroti dan mendesak agar introspeksi total pada kementerian terkait pengelolaan lingkungan, kehutanan, dan investasi, yakni Kementerian Kehutanan, Investasi/BKPM dan Kementerian Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup.

3. Dua faktor kementerian yang ada jadi perhatian

Warga Tamiang membersihkan rumahnya dari puing-puing sisa banjir bandang, Jumat (5/12/2025)
Warga Tamiang membersihkan rumahnya dari puing-puing sisa banjir bandang, Jumat (5/12/2025) (IDN Times/Prayugo Utomo)

MUI menilai, wajar jika kementerian ini menjadi sorotan utama karena dua faktor. Mulai dari faktor kausalitas utama. Kewenangan kementerian itu dipandang mulai dari penerbitan izin investasi yang berpotensi merusak hutan, kegagalan pengelolaan hutan, hingga lemahnya pengawasan kawasan lindung adalah faktor kausalitas utama yang mengubah potensi bencana alam menjadi tragedi massal.

Kemudian sikap defensif yang dianggap tak tepat. Karena tak produktif jika para pejabat di kementerian ini bersikap defensif atau menolak menyadari tanggung jawabnya. Seruan taubatan nasuha harus dijadikan cambuk moral untuk introspeksi mendalam, bukan untuk direspons dengan kemarahan.

4. Cak Imin ungkap kerusakan yang ada adalah peringatan keras

Taubat nasuha, Cak Imin, Raja Juli, Menteri LH
Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq, meninjau langsung wilayah terdampak banjir dan longsor di Sumatera Utara (Sumut) pada Jumat (5/12/2025). (Dok. Kementerian LH)

Sebelumnya, Cak Imin mengaku sudah bersurat kepada Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, serta Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurrofiq.

Di surat itu, dia mengajak menterinya untuk evaluasi total seluruh kebijakan usai terjadinya banjir bandang dan longsor di Sumatra, khususnya. Dia menilai, kerusakan lingkungan terjadi akibat ulah manusia. Dia pun mengajak semua pihak untuk mendoakan agar ancaman bencana alam yang terjadi di beberapa daerah tersebut bisa di atasi.

"Hari ini saya berkirim surat ke Menteri Kehutanan, ke Menteri ESDM, Menteri Lingkungan Hidup untuk bersama-sama evaluasi total seluruh kebijakan, policy, dan langkah-langkah kita, sebagai wujud komitmen dan kesungguhan kita sebagai pemerintah, bahasa NU-nya taubatan nasuhah," ujar Cak Imin dikutip dari YouTube PM, Senin, 1 Desember 2025.

Dia mengatakan kerusakan yang terjadi saat ini adalah peringatan keras bagi seluruh elemen bangsa sehingga taubatan nasuha untuk evaluasi.

"Taubatan nasuha itu kuncinya, satu evaluasi total policy. Semua aspek dari sejak kita berpikir, melangkah, dan berbuat. Kiamat bukan sudah dekat, kiamat sudah terjadi akibat kelalaian kita sendiri," ujar dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rochmanudin Wijaya
EditorRochmanudin Wijaya
Follow Us

Latest in News

See More

PMI Kirim Kapal Bawa 60 Tangki Air dan Logistik untuk Bencana Sumatra

06 Des 2025, 17:39 WIBNews