Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Wamen PPPA: Platform Digital Bisa Hentikan Kekerasan Perempuan dan Anak

WhatsApp Image 2025-07-19 at 19.08.40_3bda07f8.jpg
Wamen PPPA, Veronica Tan. (Dok. Humas Kemen PPPA)
Intinya sih...
  • Budaya, media, dan narasi bentuk pemahaman kesetaraan-keadilan gender
  • Cerita membantu pemahaman isu kekerasan terhadap perempuan
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Wamen PPPA), Veronica Tan, mengatakan, penghentian kekerasan terhadap perempuan dan anak adalah syarat penting bagi kemajuan nasional. Menurut dia, ruang digital memiliki risiko sekaligus peluang besar untuk memperkuat kampanye kolektif guna menghentikan kekerasan terhadap perempuan dan anak.

Hal tersebut disampaikan Veronica dalam acara UNiTE 2025 Film Screening and Discussions yang digelar Kemen PPPA bersama UN Women dan UNFPA pada Jumat (5/12/2025) sebagai bagian dari rangkaian 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan.

“Dunia digital bagaikan pedang bermata dua yang memiliki risiko tetapi juga menawarkan peluang. Kita harus menggunakan platform digital bersama-sama untuk kampanye kolektif kita. Kita juga harus menggunakannya secara bertanggung jawab. Setiap anak di Indonesia adalah anak kita. Itulah pentingnya kita berkolaborasi dalam gerakan kolektif untuk mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan,” ujar dia, dikutip Sabtu (6/12/2025).

1. Budaya, media, dan narasi kekuatan besar bentuk pahami kesetaraan-keadilan gender

Veronica Tan Bicara Kemandirian Perempuan, Dirut PNM Sepakat (IDN Times/istimewa)
Veronica Tan Bicara Kemandirian Perempuan, Dirut PNM Sepakat (IDN Times/istimewa)

Veronica juga menekankan reformasi hukum harus berjalan bersamaan dengan pelibatan publik dan pendidikan untuk mengubah norma sosial yang selama ini memungkinkan kekerasan berlanjut.

Menurut dia, budaya, media, dan narasi adalah kekuatan besar dalam membentuk pemahaman masyarakat tentang kesetaraan dan keadilan gender. Oleh karena itu, kata dia, inisiatif yang disampaikan melalui media kreatif sangat penting dalam memperluas kesadaran di luar lingkaran kebijakan ke dalam kehidupan sehari-hari.

"Sekali lagi, kami mengapresiasi semua pihak, kolaborasi pentahelix sangat penting dalam menangani isu kekerasan perempuan dan anak,” kata dia.

2. Cerita bantu pahami isu kekerasan terhadap perempuan lebih mudah

Kampanye Stop Kekerasan Perempuan dan Anak di CFD Kupang. (Dok Humas Setda Provinsi NTT)
Kampanye Stop Kekerasan Perempuan dan Anak di CFD Kupang. (Dok Humas Setda Provinsi NTT)

Sementara, Perwakilan UNFPA di Indonesia, Hassan Mohtashami, juga menekankan pentingnya kekuatan cerita dalam menyampaikan isu kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan.

Menurut dia, cerita membantu audiens lebih mudah memahami isu-isu kekerasan terhadap perempuan.

"Mari kita terus menceritakan kisah-kisah ini. Mari kita ingatkan diri, apa yang kita lihat dalam film-film ini bukan sekadar cerita. Film-film ini adalah refleksi dari apa yang terjadi di masyarakat. Kisah-kisah ini adalah kenyataan bagi begitu banyak perempuan dan anak perempuan di Indonesia, di dunia. Kita perlu mengingat ini adalah tanggung jawab kolektif kita sebagai komunitas untuk memastikan perempuan dan anak perempuan hidup bebas dari kekerasan dan diskriminasi,” kata Hassan.

3. Kekerasan berakar dari ketidakstearaan

Ilustrasi kekerasan perempuan. (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi kekerasan perempuan. (IDN Times/Aditya Pratama)

Perwakilan UN Women Indonesia sekaligus Liaison untuk ASEAN, Ulziisuren Jamsran, mengatakan, kekerasan terhadap perempuan dan anak berakar dari ketidaksetaraan yang terus berlangsung dan diperkuat oleh pembiaran. Dia menilai, media kreatif dapat membuka percakapan dan memicu empati publik.

“Kisah-kisah yang ditampilkan di layar dapat membuka ruang aman untuk membuka percakapan. Film memiliki kekuatan untuk mengubah cara pandang, membangkitkan empati yang mendorong aksi, serta menginspirasi setiap penonton untuk merefleksikan perannya dalam membangun lingkungan di mana perempuan dan anak perempuan dapat hidup bebas dari kekerasan dan keluar dari ketakutan yang selama ini membungkam mereka,” ujar Ulziisuren.

Acara UNiTE 2025 Film Screening and Discussions juga menandai peluncuran lima film pendek program UNiTE Short Film Fellowship 2025 yang didukung Global Affairs Canada dan sejumlah mitra internasional.

Tema global tahun ini, UNiTE to End Digital Violence against All Women and Girls, menyoroti meluasnya bentuk kekerasan digital mulai dari penguntitan, pelecehan daring, eksploitasi berbasis gambar, hingga kekerasan psikologis.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Deti Mega Purnamasari
EditorDeti Mega Purnamasari
Follow Us

Latest in News

See More

BRI Gelar Aksi Tanam Pohon, Ajak Masyarakat Peduli Lingkungan

06 Des 2025, 11:45 WIBNews