Indikator: Pemilih Muda Kena Sindrom 'Gen Z and Millennials Paradox'

Jakarta, IDN Times - Indikator Politik Indonesia merilis temuan survei nasional terkait efek elektoral debat capres secara daring, Sabtu (20/1/2024). Survei ini baru selesai pada 16 Januari 2024.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menjelaskan bahwa pola pilihan politik generasi muda menunjukkan tanda-tanda sindrom “gen z and millennials paradox”.
“Saya sudah sampaikan di beberapa kesempatan bahwa pemilih muda itu terkena sindrom, kita sebut saja ya gen z and millennials paradox. Satu sisi pemilih ini besar, tetapi semakin muda, kecenderungan menggunakan hak pilihnya semakin turun,” ujar Burhanuddin dalam rilis survei nasional, Sabtu (20/1/2024).
Temuan data survei nasional Indikator membuktikan adanya peningkatan pilihan generasi muda pada paslon 02 Prabowo-Gibran dan 01 Anies-Muhaimin. Sementara itu, paslon 03 Ganjar-Mahfud masih stagnan bahkan pasca performanya di debat Capres 7 Januari 2024 lalu.
1. Tren basis kuat dan basis lemah paslon

Data survei tatap muka dari November 2023 sampai Januari 2024, menunjukkan tren yang terus meningkat pada pasangan Prabowo-Gibran, yaitu 39,7 persen (27 Oktober-1 November), 45,8 persen (23 November-1 Desember), 45,8 persen (30 Desember 2023-6 Januari 2024), dan naik menjadi 48,6 persen (10-16 Januari).
Pasangan Anies-Muhaimin 24,4 persen (27 Oktober-1 November), turun 22,6 persen (23 November-1 Desember), 25,5 persen (30 Desember 2023-6 Januari 2024), dan kembali turun menjadi 24,2 persen (10-16 Januari).
Kemudian, pasangan Ganjar-Mahfud 30 persen di periode (27 Oktober-1 November), turun 25,6 persen (23 November-1 Desember), turun menjadi 23 persen (30 Desember 2023-6 Januari 2024), dan 21,6 persen (10-16 Januari).
“Kita harus gali, kenapa, ada apa dengan debat kemarin sehingga pemilih kuatnya Prabowo naik, dukungan terhadap dia dan Pak Gibran juga naik. Padahal performa debatnya oleh banyak ahli dikatakan kurang bagus,” kata dia.
2. Simulasi dua pasangan dengan asumsi satu pasangan tidak lolos putaran pertama

Simulasi terhadap dua pasangan yang lolos di antara ketiga paslon dilakukan dan menghasilkan temuan berupa, Anies melawan Prabowo dengan asumsi Ganjar tidak lolos, tetap dimenangi oleh Prabowo.
Kemudian, simulasi Anies melawan Ganjar dengan asumsi Prabowo tidak lolos putaran pertama justru menghasilkan data penurunan elektabilitas Anies. Sementara itu, elektabilitas Ganjar mengalami sedikit peningkatan.
Selanjutnya, Burhanuddin juga memaparkan data simulasi Ganjar melawan Prabowo dengan hasil Prabowo unggul. Namun, elektabilitas Ganjar menurun.
3. Basis Pemilih Ketiga Capres Menurut Demografi

Survei nasional Indikator menemukan bahwa basis pemilih perempuan untuk Prabowo-Gibran lebih besar dibandingkan laki-laki, yaitu sebesar 59,1 persen.
“Ini kali pertama kita temukan, pemilih perempuan itu lebih besar,” tambahnya.
Berdasarkan indikator usia, data tersebut menunjukkan pemilih gen-z untuk Anies-Muhaimin adalah 11 persen, Prabowo-Gibran 71,6 persen, Ganjar-Mahfud 13 persen.
Hal tersebut diukur menjadi salah satu alasan pendukung Prabowo-Gibran terus meningkat. Padahal, kualitas Prabowo di debat presiden sebelumnya dinilai cukup mengecewakan.
“Sepertinya memang debat terakhir kemarin punya efek besar ya buat ketiga calon, baik positif, atau negatif, karena polanya sama itu, Pak Prabowo tingkat kedisukaannya naik, sementara tingkat kedisukaan Mas Anies dan Mas Ganjar sama-sama turun” terangnya.
Paslon 02 Prabowo-Gibran juga memimpin basis desa sebesar 54,9 persen dan kota 42,1 persen. Basis desa untuk paslon 01 Anies-Muhaimin 21,3 persen dan kota 27,1 persen. Sementara itu, ada 18,3 persen basis desa untuk paslon 02 Ganjar-Mahfud dan 24,9 persen dari kota.
Pada basis wilayah yang terdiri dari zona Sumatra, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, paslon 02 masih unggul, kecuali di DKI Jakarta. Di wilayah Jakarta, basis Anies-Muhaimin sebesar 50,4 persen, Prabowo-Gibran 24,9 persen, dan Ganjar-Mahfud 24,6 persen.