Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Jurnalis Papua: Sulit Verifikasi Berita Jika Ada Kasus Libatkan Aparat

Mantan Kepala Badan Pemelihara Keamanan (Kabaharkam) Polri, Komjen Pol. Agus Andrianto menyambangi Batalyon Infanteri 410/Alugoro, Blora, Jawa Tengah (Dok. Humas Polri)
Mantan Kepala Badan Pemelihara Keamanan (Kabaharkam) Polri, Komjen Pol. Agus Andrianto menyambangi Batalyon Infanteri 410/Alugoro, Blora, Jawa Tengah (Dok. Humas Polri)

Jakarta, IDN Times - Pemimpin Redaksi Suara Papua, Arnoldus Belau mengatakan, pihaknya sangat sulit jika ingin memverifikasi suatu isu kepada aparat. Dia menceritakan, Suara Papua sempat dituding oleh Kodam sebagai media yang tak pernah mengonfirmasi kepada aparat.

Arnoldus pun membantah tudingan tersebut, dan menyatakan selalu memverifikasi dan memberikan mereka ruang .

"Dalam beberapa kasus itu sulit sekali terutama ketika kita mau konfirmasi tentang kasus-kasus yang melibatkan aparat. Baik itu penembakan mau pun kekerasan ke masyarakat ataupun penyisiran yang menyebabkan korban di masyarakat," katanya dalam webinar bertajuk "Akses Informasi di Tanah Papua: Tantangan dan Harapan", yang digelar Katalogue BEM FISIP UI, Kamis (18/6) malam.

1. TNI-Polri selalu mengklaim bahwa yang ditembak adalah kombatan

Ilustrasi (IDN Times/Arief Rahmat)
Ilustrasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Arnoldus mencontohkan, ada anak berusia 13 Tahun di Intan Jaya yang ditembak oleh aparat TNI. Namun, TNI mengklaim, bahwa yang mereka tembak adalah kombatan.

Suara Papua lantas mengonfirmasi hal itu ke Kapolres, Kapolsek Intan Jaya, hingga Kapolda Papua. Namun, mereka semua sama sekali tak memberi pernyataan.

"Justru mereka mengeluarkan pernyataan dengan rilis bahwa yang mereka tembak itu kombatan. Nah, ini artinya upaya untuk melakukan verifikasi konfirmasi itu buat saya di Suara Papua yang melibatkan institusi TNI dan Polri, itu sulit sekali," jelasnya.

2. Wartawan yang meliput di Papua sering mendapat intimidasi dan kekerasan

IDN Times/Sukma Shakti
IDN Times/Sukma Shakti

Arnoldus mengatakan, wartawan yang meliput di Papua seringkali mendapatkan intimidasi dan kekerasan fisik. Yang terbaru, lanjutnya, 3 wartawan Papua diusir dari halaman dekat Kampus Universitas Cendrawasih di Abepura.

"Saat itu mereka mau meliput demonstrasi dari mahasiswa, lalu kemudian mereka diusir," kata Arnoldus.

3. Wartawan asli dan non-Papua mendapat perlakuan yang sama

Ilustrasi kerja jurnalistik. IDN Times/Arief Rahmat
Ilustrasi kerja jurnalistik. IDN Times/Arief Rahmat

Arnoldus melanjutkan, yang menariknya lagi, Kapolsek Abepura menyatakan bahwa ketiga wartawan itu bukanlah wartawan. Bahkan, dia menuding ketiganya ke hal-hal yang negatif.

"Jadi sampai hari ini, tidak hanya wartawan asli Papua, tapi juga wartawan-wartawan non-Papua dapat perlakuan yang sama. Ketika melakukan liputan berkaitan dengan hal-hal yang mungkin sensitif atau hal-hal tertentu, mendapat perlakuan yang sama," tuturnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Axel Joshua Harianja
EditorAxel Joshua Harianja
Follow Us

Latest in News

See More

AS-Inggris Jalin Kemitraan Nuklir untuk Lepas dari Rusia

16 Sep 2025, 08:08 WIBNews