Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kisah Soeharto Penguasa Orde Baru yang Diberi Gelar Pahlawan Nasional

Repro. Buku "B.J. Habibie: 72 Hari Sebagai Wakil Presiden RI" (Sekretariat Negara, 1998)
Repro. Buku "B.J. Habibie: 72 Hari Sebagai Wakil Presiden RI" (Sekretariat Negara, 1998)
Intinya sih...
  • Soeharto lahir di dusun kecil Pulau Jawa, anak kedua dari sebelas bersaudara dalam keluarga sederhana.
  • Soeharto tumbuh menjadi anak cerdas dan bergabung ke militer pada usia 19 tahun dengan predikat lulusan terbaik.
  • Soeharto memiliki peran penting sebagai Panglima Mandala untuk membebaskan Irian Barat dari Belanda dan menumpas Gerakan 30 September (G30S) pada 1965.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Presiden Prabowo Subianto telah memberikan gelar pahlawan nasional kepada Presiden kedua Republik Indonesia Soeharto. Presiden yang menggoreskan perjalanan panjang dan lika-liku sejarah di Indonesia.

Soeharto lahir di Bantul, Yogyakarta pada 8 Juni 1921. Penguasa Orde Baru tersebut meninggal dunia pada 27 Januari 2008, pada usia 80 tahun.

Semasa kecil, Soeharto dikenal sebagai bocah cerdas dan pendiam. Dia lahir dari keluarga sederhana di Pulau Jawa. Lahir dengan perawakan baik, Soeharto pun masuk militer. Karier Soeharto di militer terus melonjak, usai berhasil menuntaskan tugasnya dalam pembebasan Irian Barat dari Belanda.

Kini, ia dikenang sebagai Bapak Pembangunan Indonesia. Berikut profil dan kisah kehidupan Soeharto yang merupakan mantan mertua Presiden Prabowo.

1. Soeharto lahir di dusun kecil Pulau Jawa

Infografis wacana pemberian gelar pahlawan nasional Soeharto
Infografis wacana pemberian gelar pahlawan nasional Soeharto (IDN Times/Sukma Shakti)

Dalam buku Gerakan 30 September: Pelaku, Pahlawan dan Petualang oleh Julius Pour yang mengutip buku The Smiling General oleh OG Roeder dikisahkan, Soeharto lahir di sebuah dusun kecil yang bernama Kesumu, Desa Argomulyo, Bantul, Yogyakarta. Ia adalah anak kedua dari sebelas bersaudara di dalam keluarga sederhana.

Selain kemiskinan, Soeharto juga didera kesedihan akibat perceraian kedua orang tuanya. Dengan berbagai macam lika-liku kehidupan, Soeharto pun dikenal sebagai bocah yang pendiam.

"Ketika Soeharto dilahirkan, di langit tidak ada tanda-tanda kudus, tidak ada letusan gunung berapi dan juga tidak ada sebutan Putra Fajar seperti diramalkan kepada anak orang kaya, berpengaruh dan selalu ingin mengagung-agungkan dirinya sendiri. Kelahiran Soeharto tidak berbeda dengan kelahiran anak-anak dusun dengan orang tua melarat, tetapi punya senyum kebahagiaan," tulis Julius dalam buku tersebut.

Boro-boro membayangkan jadi sosok orang penting, Soeharto justru lebih membayangkan suatu saat nanti anak-anaknya akan membantunya di sawah.

2. Soeharto tumbuh menjadi anak cerdas dan bergabung ke militer

Soeharto pahlawan nasional
Lukisan wajah Seoharto (IDN Times/Vanny El Rahman)

Seperti dikutip dari buku Runtuhnya Sang Penguasa dari Kudeta hingga Terbunuh oleh Nur Laeliyatul Masruroh, diceritakan pula Soeharto tumbuh menjadi anak yang cerdas. Dibarengi dengan kesehatan dan postur tubuhnya yang tegap, ia pun masuk militer.

Pada 1 Juni 1940, Soeharto tercatat sebagai siswa militer di Gombong, Jawa Tengah. Ia menjalani masa pelatihan selama enam bulan dan keluar dengan predikat lulusan terbaik. Pada usia 19 tahun, ia telah memiliki pangkat kopral.

3. Soeharto memiliki peran penting sebagai Panglima Mandala, untuk membebaskan Irian Barat dari Belanda

Soeharto pahlawan nasional
Seorang pelajar melintas di depan mural mantan Presiden RI Soeharto dan BJ Habibie (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)

Soeharto pertama kali bertugas sebagai militer dengan bergabung dengan Batalyon XIII Rampal, Malang, Jawa Timur. Setelahnya, ia masuk sekolah lanjutan Bintara di Gombong dan berhasil mendapatkan kenaikan pangkat dalam waktu yang relatif singkat.

Brigjen Soeharto pun mulai tampil menjadi sosok yang memiliki peran penting sebagai Panglima Mandala, untuk pembebasan Irian Barat dari Belanda.

Pada 1 Mei 1963, Soeharto berhasil menjalankan tugasnya, Bumi Cendrawasih pun bergabung dengan Ibu Pertiwi.

4. Soeharto dan peristiwa G30S/PKI

Infografis wacana pemberian gelar pahlawan nasional Soeharto
Infografis wacana pemberian gelar pahlawan nasional Soeharto (IDN Times/Sukma Shakti)

Dalam bukunya, Nur juga menjelaskan, Soeharto berhasil menumpas Gerakan 30 September (G30S) pada 1965. Peristiwa kelam bangsa Indonesia itu mengorbankan enam perwira senior dan satu perwira pertama TNI-AD.

Mayjend Soeharto yang pada saat itu menjabat sebagai Pangkostrad memimpin operasi penumpasan G30S. Pada 11 Maret 1966, Soeharto mendapat perintah dari Presiden Sukarno untuk membubarkan PKI. Perintah itu tertulis dalam Surat Perintah 11 Maret atau dikenal Supersemar.

5. Presiden Sukarno melantik Soeharto menjadi Menteri Utama Bidang Hamkam pada Juli 1966

Soeharto jadi pahlawan
Bambang Trihatmodjo dan Siti Hardijanti Hastuti Rukmana (Tutut Soeharto) saat menghadiri pemberian gelar pahlawan nasional kepada ayahanda Soeharto. (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Dengan beberapa pencapaian yang telah ditorehkan Soeharto, Presiden Sukarno pun kemudian melantiknya sebagai Menteri Utama Bidang Hamkam pada Juli 1966. Jabatan itu diemban Soeharto hingga ia resmi menjadi Presiden ke-2 RI pada 1968.

Soeharto pun secara berurutan kembali dipilih MPR menjadi presiden pada 1973, 1983, 1988, 1993, dan 1998. Namun, karena terjadinya kerusuhan akibat krisis monoter serta dinilai sebagai pemimpin yang otoriter, Soeharto akhirnya diminta mundur, dan resmi mengundurkan diri menjadi presiden pada 21 Mei 1998.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rochmanudin Wijaya
Aldzah Fatimah Aditya
Rochmanudin Wijaya
EditorRochmanudin Wijaya
Follow Us

Latest in News

See More

Aliansi Perempuan: Soeharto Tak Layak Dapat Gelar Pahlawan Nasional

10 Nov 2025, 20:42 WIBNews