Gus Mus Tolak Soeharto Jadi Pahlawan, Fadli Zon Angkat Bicara

- Gus Mus menolak wacana Soeharto jadi pahlawan nasional karena dosa politik terhadap NU, seperti tekanan dan pemaksaan politik terhadap kiai NU.
- Fadli Zon menilai kehadiran keluarga Gus Dur saat penyerahan gelar pahlawan bukan dukungan terhadap Soeharto, namun Gus Mus tetap tidak setuju.
- Banyak kiai berjasa besar bagi Indonesia, tapi keluarganya enggan mengajukan gelar pahlawan agar amal kebaikannya tidak berkurang di mata Allah.
Jakarta, IDN Times – Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus), menegaskan penolakannya terhadap wacana penetapan Presiden ke-2 RI Soeharto sebagai pahlawan nasional. Menurutnya, warga Nahdlatul Ulama (NU) yang mendukung hal itu berarti tidak memahami sejarah.
Pernyataan Gus Mus itu memicu respons dari Menteri Kebudayaan sekaligus Ketua Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan (GTK), Fadli Zon. Ia menilai kehadiran keluarga Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) saat penyerahan gelar pahlawan bukan bentuk dukungan terhadap Soeharto.
“Kalau saya lihat kehadiran dari Ibu Sinta Nuriyah, Ibu Sinta Nuriyah kan istri Presiden Gus Dur. Ada Ibu Yenny, ada cucu-cucunya. Itu menandakan, dan tadi juga beliau menyampaikan sangat senang dan sangat apresiatif. Jadi saya kira itu sudah cukup menjelaskan, kalau saya,” ujar Fadli Zon di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (10/11/2025).
1. Gus Mus nyatakan paling tidak setuju Soeharto jadi pahlawan

Dilansir dari laman NU Online, Gus Mus menyatakan paling tidak setuju Soeharto menjadi pahlawan nasional.
"Saya paling tidak setuju kalau Soeharto dijadikan pahlawan nasional," ucap dia.
2. Gus Mus beberkan "dosa" Soeharto

Gus Mus menyebut, selama berkuasa, Soeharto memiliki “dosa politik” terhadap NU. Ia menuturkan banyak kiai yang menjadi korban tekanan Orde Baru.
“Banyak kiai yang dimasukin sumur, papan nama NU tidak boleh dipasang, yang suruh dipasang banyak dirobohin oleh bupati-bupati. Adik saya sendiri, Kiai Adib Bisri akhirnya keluar dari PNS karena dipaksa masuk Golkar,” bebernya.
3. Kiai NU dipaksa masuk Golkar

Gus Mus juga mengungkap praktik pemaksaan politik terhadap sejumlah kiai NU agar bergabung dengan Partai Golkar.
“Kiai Sahal Mahfudh itu didatangi pengurus Golkar Jawa Tengah diminta jadi penasehat Golkar Jawa Tengah. Kiai Sahal tidak mau, saya menyaksikan sendiri,” tutur Gus Mus.
Menurutnya, banyak kiai berjasa besar bagi Indonesia, namun keluarga mereka enggan mengajukan gelar pahlawan.
“Banyak kiai yang dulu berjuang, tapi keluarganya tidak ingin mengajukan gelar pahlawan. Alasannya supaya amal kebaikannya tidak berkurang di mata Allah. Kalau istilahnya, menghindari riya’,” ujarnya.
















