Mendagri Sebut Papua Barat Daerah Paling Rawan Saat Pemilu

Jakarta, IDN Times - Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo menyatakan pelaksanaan Pemilu 2019 yang paling rawan berada di daerah Papua Barat, Yogyakarta dan Sumatera Barat.
Ia mengatakan, Indeks Kerawanan Pemilu Papua Barat mencapai 52,83, Daerah Istimewa Yogyakarta 52,14, dan Sumatera Barat 51,21.
1. Tantangan demokrasi

Tjahjo mengatakan, potensi kerawanan pemilu merupakan tantangan demokrasi yang harus dihadapi dan diantisipasi oleh seluruh pihak karena dapat meningkatkan suhu politik nasional dan mengganggu kestabilan bangsa.
"Karenanya, pemerintah dan pemerintah daerah perlu bersama-sama dengan aparat keamanan terus bersinergi dalam meningkatkan kesiapsiagaan dan pemantapan guna mewujudkan sukses Pemilu 2019," kata Menteri dalam Rakornas Bidang Kewaspadaan Nasional dalam rangka Pemantapan Penyelenggaraan Pemilu Serentak 2019 di Batam, Kepulauan Riau, seperti dikutip dari Antara, Kamis (28/2).
2. Tantangan dan kerawanan Pemilu diklasifikasikan dalam variabel

Ia menjelaskan, terdapat sejumlah tantangan dan kerawanan dalam Pemilu 2019 yang diklasifikasikan dalam variabel dan indikator yang memengaruhinya.
Pertama, variable kamtibmas dengan indikator konflik pendukung, isu SARA, hoaks, dan konflik batas wilayah. Kedua, variabel Daftar Pemilih Tetap (DPT) dengan indikator pemilih ganda dan perekaman KTP elektronik.
Ketiga, variabel netralitas ASN dengan indikator mobilitas ASN dan penggunaan fasilitas negara. Keempat, variabel penyelenggara pemilu dengan indikator netralitas penyelenggara pemilu dan penyelenggara pemilu yang terkena sanksi.
Kemudian kelima, variabel bantuan dan dukungan, dengan indikator distribusi logistik, penertiban alat peraga kampanye dan pengamanan TPS.
3. Tingkat partisipasi politik masyarakat ditargetkan meningkat jadi 78 persen

Dalam kesempatan itu, Tjahjo mengatakan bagian terpenting dari proses pemilu adalah peran dan partisipasi masyarakat. Tingkat partisipasi politik masyarakat juga menjadi perhatian khusus pada Pemilu 2019.
Menurut dia, saat ini terjadi fenomena fluktuasi tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pemilu, ini terlihat dari beberapa hasil pelaksanaan pemilu legislatif sebelumnya yaitu tahun 2004 tingkat partisipasi masyarakatnya 84 persen, 2009 tingkat partisipasi masyarakat 71 persen dan tahun 2014 sebesar 74 persen. Untuk Pemilu 2019, KPU mencanangkan tingkat partisipasi masyarakat 78 persen.
Dia berharap target tersebut dapat terpenuhi dengan baik dan bahkan melampaui yang telah dicanangkan.
4. Wiranto peringatkan pihak-pihak yang ingin mengganggu jalannya pemilu

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto mengatakan Pemilu Serentak 2019 merupakan momentum untuk memilih pemimpin yang amanah.
Ia mengingatkan siapa saja yang mengganggu pesta demokrasi berarti mengkhianati bangsa.
"Ini merupakan momentum, momentum itu yang baik jangan kita jadikan tidak baik. Di sini kita memilih pemimpin, harus secara aman kemudian tertib dan sukses. Jangan coba-coba mengganggu pemilu, siapapun dia dengan cara apapun, karena yang menganggu pemilu itu mengkhianati bangsa," kata dia.