Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Nakes Kerap Dicibir, Dokter Eva: Gak Perlu Dipuji, Asal Jangan Dihujat

Tenaga kesehatan membantu seorang pasien COVID-19 usai pelaksanaan shalat Idul Fitri di halaman Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI) di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (13/5/2021). ANTARA FOTO/Moch Asim
Tenaga kesehatan membantu seorang pasien COVID-19 usai pelaksanaan shalat Idul Fitri di halaman Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI) di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (13/5/2021). ANTARA FOTO/Moch Asim

Jakarta, IDN Times - Beban berat di tengah pandemik COVID-19 bukan hanya dirasakan pasien COVID-19, tetapi juga ditanggung oleh tenaga kesehatan (nakes) yang menanganinya.

Ketua Dokter Indonesia Bersatu (DIB), Dokter Eva Sri Diana Chaniago mengungkapkan tak jarang para nakes dan dokter merasa terbebani oleh hujatan masyarakat. Apalagi, menurut dia, pendekatan pemerintah pada nakes tidak ada.

"Gak usah lah kami dipuji, paling gak kami jangan dicaci," kata dia saat dihubungi IDN Times, Senin (19/7/2021).

1. Banyak nakes masih maju ke garda terdepan meski sudah beberapa kali terpapar COVID-19

Ilustrasi petugas medis yang menangani COVID-19 (ANTARA FOTO/Basri Marzuki)
Ilustrasi petugas medis yang menangani COVID-19 (ANTARA FOTO/Basri Marzuki)

Dr Eva geram dengan sejumlah tuduhan yang ditujukan pada nakes, seperti salah satunya isu membunuh pasien. Padahal banyak dokter dan perawat yang meninggal dunia saat merawat pasien COVID-19.

"Teman-teman yang masih bertahan ini sampai tiga kali COVID-19 masih saja maju, sudah sembuh tetap saja kerja, tidak ada kapok-kapok nya mungkin selain karena kebutuhan mereka juga karena menganggap ini adalah sudah biasa, jalani aja, pengabdian," ujarnya.

2. Kesembuhan pasien jadi kebahagiaan tersendiri bagi nakes

ilustrasi tenaga kesehatan dan keluarga pasien (ANTARA FOTO/Fauzan)
ilustrasi tenaga kesehatan dan keluarga pasien (ANTARA FOTO/Fauzan)

Eva mengungkapkan bahwa kepulangan pasien dari ruang ICU atau kabar pasien COVID-19 yang sudah negatif adalah hal yang menggembirakan bagi nakes.

"Hasil swabnya negatif seperti nonton bola apalagi kalau pasien ICU bisa pulang itu luar biasa kita senang banget," kata dia.

Namun kondisi saat ini memang genting. Eva mengungkapkan jika dahulu saat lima pasien masuk ICU, satu meninggal dunia, namun di tengah maraknya varian baru COVID-19 biasanya hanya satu pasien yang mampu bertahan atau bahkan nihil.

3. Pengabdian nakes pada masyarakat yang jadi korban kesehatan dan sistem

Seorang tenaga kesehatan melambaikan tangan sebelum memberikan makanan kepada pasien positif COVID-19 di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) Bandung, Jawa Barat, Senin (13/7/2020) (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)
Seorang tenaga kesehatan melambaikan tangan sebelum memberikan makanan kepada pasien positif COVID-19 di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) Bandung, Jawa Barat, Senin (13/7/2020) (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)

Dia mengungkapkan bahwa kerja para nakes adalah bentuk pengabdian. Eva sendiri mengaku bisa saja melarikan diri namun jiwa kemanusiaan lekat dengan profesinya. Sedangkan banyak teman-teman sejawatnya yang bisa bertahan dan maju walau sudah berkali-kali positif. Belum lagi saat ini penanganan COVID-19 menghadapi banyak berita hoaks dan berpengaruh pada penanganan pandemik.

"Saya memang dokter, saudara-saudara saya kan banyak yang bukan dokter dan ini semua korban kesehatan, korban sistem, makanya saya berjuang membenahi sistem," ujarnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Lia Hutasoit
Dwifantya Aquina
Lia Hutasoit
EditorLia Hutasoit
Follow Us