Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Panglima TNI Akan Ubah SOP Pemusnahan Amunisi, Buntut Insiden Garut

Panglima TNI, Jenderal Agus Subiyanto (kiri) ketika berada di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta Pusat. (IDN Times/Santi Dewi)
Intinya sih...
  • Panglima TNI akan mengubah prosedur pemusnahan amunisi yang sudah kedaluwarsa setelah ledakan di Garut menewaskan 13 orang, termasuk sembilan warga sipil.
  • Amunisi yang sudah kedaluwarsa sensitif terhadap gerakan, gesekan, dan cahaya sehingga mudah meledak, kata Agus Subiyanto.
  • Kepala Gudang Pusat Amunisi III ikut gugur dalam peristiwa tersebut; Mabes TNI tak sepenuhnya menyalahkan almarhum Antonius Hermawan karena amunisi rentan meledak.

Jakarta, IDN Times - Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto mengatakan, pihaknya akan mengubah prosedur standar terkait pemusnahan amunisi yang sudah kedaluwarsa. Kebijakan ini diambil usai terjadi ledakan amunisi di Kabupaten Garut pada 12 Mei 2025, yang menewaskan 13 orang, termasuk sembilan warga sipil. 

Dalam pandangan Agus, amunisi yang sudah kedaluwarsa sensitif terhadap gerakan, gesekan dan cahaya. Akibatnya mudah untuk meledak. 

"Sehingga, memang ini jadi masukan buat kami. SOP-nya nanti akan kami ubah supaya personel yang melaksanakan pemusnahan itu bisa aman. Kami akan koreksi ke dalam, mudah-mudahan tidak terjadi seperti itu," ujar Agus usai menggelar rapat tertutup dengan Komisi I DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (26/5/2025). 

Dalam kesempatan itu, jenderal bintang empat tersebut justru menyebut tidak melibatkan masyarakat sipil dalam aktivitas berbahaya. Warga sipil hanya membantu aktivitas administratif dan memasak bagi prajurit TNI yang bermalam di titik pemusnahan amunisi. 

"Sebenarnya, masyarakat sipil itu tukang masak dan pegawai di situ," tutur dia. 

Ketika ditanyakan kembali mengapa bisa puluhan tahun warga sipil ikut membantu aktivitas pemusnahan, Agus lagi-lagi hanya menyebut mereka bertugas sebagai juru masak. 

Namun, temuan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) di lapangan berbeda. Korban sipil ikut jatuh karena ada 21 warga yang diajak dalam aktivitas pemusnahan amunisi yang sudah kedaluwarsa. Bahkan, delapan dari sembilan warga sipil yang tewas ditemukan berada di dekat lubang ketiga berisi detonator yang meledak. 

1. TNI ikut beri santunan bagi keluarga korban

Panglima TNI, Jenderal Agus Subiyanto ketika melepas tiga jenazah prajurit TNI Angkatan Darat (AD) yang jadi korban insiden ledakan di Garut. (Dokumentasi Puspen TNI)

Agus menjelaskan, TNI turut memberikan sejumlah santunan bagi keluarga korban.

"Yang pertama santunan risiko kematian senilai Rp350 juta, ada pula tabungan asuransi, bantuan beasiswa Rp30 juta per dua anak, kemudian gaji terusan 12 kali gaji pokok tetap, dan gaji pensiun 50 persen kali gaji pokok," kata Agus. 

Ia memastikan, semua santunan itu sudah disampaikan kepada keluarga korban. Santuan diberikan oleh Pangdam III/Siliwangi, Menteri Pertahanan, Panglima TNI, KSAD, hingga Gubernur. 

Mabes TNI AD sebelumnya menyampaikan membuka peluang bagi anak dari korban yang ingin berkarier di TNI AD maka akan dibantu. Sementara, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi menjanjikan santunan senilai Rp50 juta kepada anggota keluarga korban. 

2. Mabes TNI akui ada kekeliruan prosedur yang dilakukan kepala gudang amunisi

Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI, Mayjen TNI Kristomei Sianturi (Dok. Mabes TNI)

Sementara Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI, Mayjen TNI Kristomei Sianturi mengatakan, hasil investigasi ledakan di Desa Sagara, Kabupaten Garut menunjukkan ada kesalahan prosedur yang dilakukan oleh Kepala Gudang Pusat Amunisi III, Kolonel Cpl Antonius Hermawan. Tetapi, Antonius ikut gugur dalam peristiwa 12 Mei 2025. 

"Hasil investigasi itu menyatakan bahwa ada kesalahan prosedur yang dilakukan oleh almarhum (Antonius), tapi kan almarhum sudah meninggal. Bahwa ternyata masyarakat sipil ikut menjadi korban ledakan," kata Kristomei di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat. 

Meski begitu, Mabes TNI tak sepenuhnya menyalahkan almarhum Kolonel Cpl Antonius Hermawan. Sebab, amunisi yang sudah kedaluwarsa rentan untuk meledak. 

"Ada perbedaan suhu atau gesekan itu bisa menyebabkan terjadinya ledakan. Makanya itu, nanti ke depan yang tadi Kapuspalad (Kepala Pusat Peralatan TNI AD) sudah diminta untuk memperbaiki SOP agar peristiwa serupa bisa dihindari terulang kembali," tutur dia. 

3. Daftar 13 korban tewas dalam insiden ledakan amunisi di Garut

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi ketika menemui keluarga korban yang menunggu di RSUD Pameungpeuk, Garut. (IDN Times/Azziz Zulkhairil)

Berikut daftar 13 korban meninggal akibat insiden ledakan amunisi di Garut:

  1. Agus bin Kasmin, alamat Kampung Cimerak, Kecamatan Cibalong (meninggal dunia).
  2. Ipan bin Obar, alamat Kampung Cimerak, Kecamatan Cibalong (meninggal dunia).
  3. Anwar bin Inon, alamat Kampung Cidahon, Kecamatan Pameungpeuk (meninggal dunia).
  4. Endang, alamat Singajaya (meninggal dunia).
  5. Yus Ibing bin Inon, alamat Kampung Cidahon, Kecamatan Pameungpeuk (meninggal dunia).
  6. Iyus Rijal, alamat Kampung Cimerak, Kecamatan Cibalong (meninggal dunia).
  7. Toto, alamat Kampung Cimerak, Kecamatan Cibalong (meninggal dunia).
  8. Dadang, alamat Kampung Sakambangan, Kecamatan Cibalong (meninggal dunia).
  9. Rustiawan, alamat Kampung Cimerak, Kecamatan Cibalong (meninggal dunia).
  10. Kolonel Cpl Antonius Hermawan, S.T., M.M., Tim Gupusmi 3 Jakarta (meninggal dunia).
  11. Mayor Cpl Anda Rohanda, Tim Gupusmi 3 Jakarta (meninggal dunia).
  12. Kopda Eri Dwi Priambodo, Tim Gupusmi 3 Jakarta (meninggal dunia).
  13. Pratu April Setiawan, Tim Gupusmi 3 Jakarta (meninggal dunia).
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Santi Dewi
Jujuk Ernawati
Santi Dewi
EditorSanti Dewi
Follow Us