Pelaku Peledakan SMAN 72 Akses Situs Kekerasan saat Merasa Tertindas

Jakarta, IDN Times - Detasemen Khusus (Densus) 88 mengungkap terduga pelaku peledakan di SMAN 72 Jakarta mengakses situs berisi konten kekerasan ekstrem (gore) sejak awal 2025.
Juru Bicara Densus 88, AKBP Mayndra Eka Wardhana, mengatakan anak berkonflik dengan hukum (ABH) atau pelaku saat itu sedang merasa tertindas.
“ABH sejak awal tahun yang bersangkutan sudah mulai melakukan pencarian, ketika merasa perasaan tertindas, kesepian, tidak tahu harus menyampaikan kepada siapa,” ujar Eka di Polda Metro Jaya, Selasa (11/11/2025).
“Lalu yang bersangkutan juga memiliki motivasi dendam, dendam terhadap beberapa perlakuan-perlakuan kepada yang bersangkutan,” lanjut Eka.
Di situs tersebut, ABH mendapatkan gambaran bagaimana orang-orang meninggal dunia, mengalami kecelakaan atau mengalami kekerasan secara keji dengan berbagai tingkatannya.
“Di situ yang menginspirasi yang bersangkutan, karena ABH juga mengikuti sebuah komunitas media sosial yang bisa dikatakan di situ juga mereka sangat mengagumi kekerasan,” ujarnya.
Selain itu, terduga pelaku juga mengaku terinspirasi dengan enam serangan teror aliran Neo Nazi, Etnonasionalis hingga White Supremacy.
Pertama, Eric Harris dan Dylan Klebold yang dikenal sebagai dua siswa senior yang melakukan Pembantaian Sekolah Menengah Atas Columbine (Columbine High School Massacre) pada 20 April 1999 di Columbine, Colorado, AS. Mereka diduga beraliran Neo Nazi.
Kedua, Dylann Roof beraliran White Supremacy atau supremasi kulit putih. Ia melakukan pembunuhan massal dengan melakukan penembakan gereja Charleston di Amerika Serikat pada 17 Juni 2015.
Ketiga, Alexandre Bissonnette yang melakukan penembakan massal di sebuah masjid di Quebec City, Kanada, pada 29 Januari 2017. Ia beraliran White Supremacy atau supremasi kulit putih.
Keempat, Vladislav Roslyakov yang terlibat kasus penembakan dan pemboman massal di Politeknik Kerch (Kerch Polytechnic College) di Krimea, Rusia, pada 17 Oktober 2018. Ia beraliran Neo Nazi.
Kelima, Brenton Tarrant, seorang ekstremis sayap kanan dan penganut supremasi kulit putih dari Australia. Ia melakukan penembakan massal di dua masjid, Masjid Al Noor dan Linwood Islamic Centre, di Christchurch, Selandia Baru, pada 15 Maret 2019.
Keenam, Natalie Lynn Rupnow yang merupakan pelaku penembakan sekolah di Abundant Life Christian School di Madison, Wisconsin, Amerika Serikat, pada 16 Desember 2024. Ia beraliran Neo Nazi.
“Yang bersangkutan hanya mempelajari, kemudian mengikuti beberapa tindakan ekstremisme yang dilakukan, bahkan posesnya kemudian beberapa simbol yang ditemukan itu sekadar menginspirasi,” ujar Eka.


















