Peneliti BRIN Kaji Ketersediaan Air Wilayah IKN, Hanya 20,41 Persen

- BRIN gunakan teknologi mirip otak manusia untuk analisis data air IKN
- Kelangkaan air di IKN bisa picu dampak lingkungan dan sosial seriusJika ketersediaan air di IKN tidak tercukupi, potensi dampak yang bisa terjadi mulai dari perubahan iklim hingga masalah sosial.
Bogor, IDN Times – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menunjukkan hasil kajian tentang ketersediaan air di Ibu Kota Nusantara (IKN). Hasilnya, ketersediaan air di IKN hanya 20,41 persen.
Hal tersebut ditemukan setelah Pusat Riset Iklim dan Atmosfer melakukan kajian mendalam menggunakan teknologi canggih, yaitu data satelit dengan pendekatan Artificial Neural Network (ANN) atau Jaringan Saraf Tiruan (JST).
Kajian yang menggunakan data satelit Sentinel-2A selama kurun waktu Januari hingga Desember 2022 ini menunjukan persentase ketersediaan air yang penting untuk perencanaan pembangunan IKN.
Penelitian BRIN mengklasifikasikan wilayah IKN dan sekitarnya menjadi tiga kategori, yaitu air tinggi/HW (High Water), air vegetasi/VW (Vegetation Water), dan nonair/NW (Non Water). Hasilnya, mayoritas area adalah nonair.
"Hasil kajian persentase ketersediaan air di wilayah IKN dan sekitarnya menunjukan bahwa ketersediaan air tinggi/HW sebesar 0,51 persen, air vegetasi/VW 20,41 persen, dan non air/NW 79,08 persen," kata Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, Laras Toersilawati dalam paparannya di Kantor BRIN Kota Bogor, Kamis (2/10/2025).
1. BRIN gunakan teknologi mirip otak manusia untuk analisis data air IKN

Laras mengatakan, untuk mendapatkan hasil yang akurat, studi ini tidak menggunakan metode statistik konvensional. Peneliti mengandalkan Artificial Neural Network (ANN) atau Jaringan Saraf Tiruan (JST) yang berfungsi mirip jaringan saraf biologis pada otak manusia.
"JST atau ANN ini merupakan sistem pemrosesan informasi dengan karakteristik yang mirip dengan jaringan saraf biologis, yaitu jaringan saraf pada otak manusia," kata Laras.
Dia mengatakan, JST awalnya dirancang sebagai alat pengenalan pola dan analisis data yang memiliki keunggulan dibandingkan metode statistik konvensional mengharuskan data berdistribusi normal.
2. Kelangkaan air di IKN bisa picu dampak lingkungan dan sosial serius

Jika ketersediaan air di IKN tidak tercukupi, kata Laras, maka dampak yang akan terasa mulai dari perubahan iklim hingga masalah sosial.
Dampak yang perlu diwaspadai, antara lain, perubahan iklim dan lingkungan yang menyebabkan berkurangnya hujan baik jumlah hari hujan maupun curah hujan.
Kemudian penurunan kualitas air (asam dan tercemar zat besi) dan dampak sosial dan lingkungan pada peningkatan kebutuhan air karena pendatang yang tertarik ke IKN bisa meningkatkan kebutuhan air bersih.
3. Tiga solusi BRIN termasuk kota spons

BRIN mengajukan beberapa solusi inovatif untuk mengatasi kemungkinan kelangkaan air di IKN. Salah satunya adalah penerapan konsep kota spons yang ramah lingkungan.
"Pemerintah dapat membangun bendungan dan sistem perpipaan baru, serta embung. Kedua, membangun hutan kota dan melakukan konservasi lahan dengan reboisasi atau penanaman pohon pengganti," ujar Laras.
Selain itu, dia juga menekankan pentingnya konsep penerapan kota spons (sponge city) dengan cara mengelola air hujan secara alami, menyerap dalam tanah, dan memanfaatkan kembali.
"Serta tak kalah penting melakukan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya menghemat dan tidak mencemari air, ini bisa menjadi solusinya,” ucap Laras.