Pramono Akan Temui Warga yang Menolak RDF Rorotan, Ini Harus Selesai!

- Permasalahan utama bukan pada fasilitas RDF Plant Rorotan, tetapi pada proses pengangkutan sampah serta sampahnya sendiri.
- Sampah yang digunakan di fasilitas RDF Rorotan seharusnya tidak lebih dari dua sampai lima hari sehingga tidak menimbulkan bau.
Jakarta, IDN Times - Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, akan menemui sejumlah warga yang menolak pengoperasian RDF Plant Rorotan di Jakarta Utara.
"Dalam waktu dekat saya akan ke lapangan, dan saya juga akan menerima warga yang mengeluh tentang RDF Rorotan karena RDF Rorotan apa pun harus diselesaikan," ujar Pramono di Taman Ismail Marzuki, Senin (3/11/2025).
1. Masalah RDG Rorotan pengangkutan sampah

Dia mengatakan, selama ini permasalahan utama bukan pada fasilitas RDF Plant Rorotan, tetapi pada proses pengangkutan sampah serta sampahnya sendiri.
"Jadi, RDF Rorotan sebenarnya permasalahannya bukan di RDF-nya, karena sebenarnya kita sudah commissioning sampai dengan 1.000-1.200. Saya mengakui secara jujur, problemnya adalah di pengangkutan dan sampahnya," ujar Pramono.
2. Pengangkutan sampah tidak lebih dari lima hari

Dia mengatakan, sampah yang digunakan di fasilitas RDF Rorotan seharusnya tidak lebih dari dua sampai lima hari sehingga tidak menimbulkan bau.
Selain itu, proses pengangkutannya juga bermasalah karena menyebabkan air lindi yang berasal dari tumpukan sampah mengalir selama perjalanan ke RDF Rorotan.
"Kemarin mobil yang mengangkut itu air lindinya bertebaran. Itu yang kemudian menyebabkan yang pertama bau ke mana-mana," ujar dia.
3. Perhatikan kenyamanan warga

Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta, Yuke Yurike, mengatakan, DPRD akan terus mendukung program strategis Pemprov DKI yang bertujuan mengatasi persoalan sampah. Namun, dia mengingatkan, pelaksanaannya tetap harus memperhatikan kenyamanan warga.
Saat ini RDF Plant Rorotan masih dalam tahap uji coba bertahap dengan target kapasitas 2.500 ton sampah per hari. Untuk sementara, pengolahan difokuskan pada sampah kering guna meminimalisasi potensi gangguan.
“Sepertinya mereka sangat berhati-hati. Uji cobanya dilakukan sedikit demi sedikit. Harapannya saat sudah beroperasi 100 persen, tidak ada lagi keluhan dari warga,” kata dia.
Yuke menambahkan, Komisi D terus memantau perkembangan RDF Plant dengan berkomunikasi intens bersama dinas terkait. DPRD juga berencana meninjau langsung ke lokasi sebelum fasilitas ini beroperasi penuh.
“Intinya, kami ingin memastikan tidak ada masalah ke depan. Kalau bau dan gangguan lingkungan bisa diatasi, tentu masyarakat juga akan menerima. Apalagi kalau RDF ini berjalan sesuai target, bisa mengurangi hingga 2.500 ton sampah per hari. Itu sudah sangat signifikan mengurangi timbunan di TPST Bantargebang,” ujar dia.
Refuse Derived Fuel (RDF) Rorotan merupakan fasilitas pengolahan sampah menjadi bahan bakar alternatif di Rorotan, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara.
RDF ini dibangun sebagai salah satu solusi Pemprov DKI Jakarta untuk mengurangi ketergantungan terhadap Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, sekaligus memanfaatkan sampah sebagai sumber energi terbarukan. Meski diklaim ramah lingkungan dan efisien dalam mengolah sampah, keberadaan RDF Rorotan menuai penolakan dari sejumlah warga di sekitar lokasi, termasuk penghuni Perumahan Jakarta Garden City (JGC) dan sebagian masyarakat Bekasi.
Warga mengeluhkan bau menyengat dan debu yang diduga berasal dari aktivitas RDF. Selain itu, warga menilai proyek tersebut dijalankan tanpa sosialisasi yang memadai dan uji dampak lingkungan yang transparan. Sejumlah warga telah melayangkan surat keberatan kepada kelurahan setempat bahkan ratusan warga menggelar demonstrasi di depan gerbang RDF Rorotan untuk menuntut penghentian operasional fasilitas tersebut, Jumat (21/3/2025).



















