Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

PT DI Uji Kemampuan Drone MALE Elang Hitam Bulan Depan

Drone Medium Altitude Long Endurance (MALE) buatan PT Dirgantara Indonesia. (IDN Times/Santi Dewi)
Drone Medium Altitude Long Endurance (MALE) buatan PT Dirgantara Indonesia. (IDN Times/Santi Dewi)
Intinya sih...
  • Drone Elang Hitam buatan dalam negeri diuji kemampuannya bulan depan oleh PT Dirgantara Indonesia.
  • Spesifikasi Male Elang Hitam: radius operasional 250 km, cruising altitude 3000-5000 m, kecepatan maksimum 235 km/jam, dan mampu terbang selama 30 jam tanpa henti.
  • PT DI ingin masuk ke sektor komersial dengan memproduksi pesawat untuk angkut barang/orang serta fokus pada pesawat perintis Nurtanio N-219.

Jakarta, IDN Times - PT Dirgantara Indonesia (DI) akan melakukan uji kemampuan pesawat udara nirawak atau drone buatan dalam negeri pada bulan depan. Drone Medium Altitude Long Endurance (MALE) itu diberi nama Elang Hitam, dan sepenuhnya buatan dalam negeri. 

"Saat ini mungkin dalam satu bulan ke depan, kami akan demo flight untuk Male (Medium Altitude Long Endurance). Itu bisa terbang selama 24 jam, kemudian payload-nya (muatan) sekitar 300 kilogram," ujar Direktur PT Dirgantara Indonesia, Gita Amperiawan, di Bandung, Rabu (26/2/2025). 

Ia pun berharap investasi yang sudah digelontorkan oleh pemerintah untuk mengembangkan Male Elang Hitam tidak sia-sia. Sebab, salah satu tren pertempuran ke depan bakal banyak menggunakan pesawat nirawak. 

"Ini sedang kami buat dan mudah-mudahan bisa masuk ke pengadaan Renstra 2025-2029," kata mantan pejabat tinggi di TNI Angkatan Udara (AU) itu. 

Male termasuk salah satu produk yang dikembangkan oleh PT DI sejak 2016 lalu. Pesawat tanpa awak itu dapat digunakan untuk misi identifikasi target dengan menggunakan payload EO/IR dan SAR. 

Apa saja spesifikasi Male Elang Hitam ini?

1. Drone Male Elang Hitam sanggup terbang dengan kecepatan 235 km/jam

Drone Medium Altitude Long Endurance (MALE) buatan PT Dirgantara Indonesia. (IDN Times/Santi Dewi)
Drone Medium Altitude Long Endurance (MALE) buatan PT Dirgantara Indonesia. (IDN Times/Santi Dewi)

Lebih lanjut, drone Male Elang Hitam memiliki radius operasional 250 km dan cruising altitude tiga ribu hingga lima ribu meter dengan kecepatan maksimum 235 kilometer per jam. Elang Hitam mampu terbang dengan ketinggian maksimal 7200 meter dan mampu terus terbang tanpa henti hingga 30 jam.

Drone bisa lepas landas dengan landasan pacu sepanjang 700 meter. Alutsista itu juga mampu mendarat di landasan pacu sepanjang 500 meter.

Elang Hitam memiliki dimensi panjang 8,3 meter, tinggi 1,02 meter dengan bentang sayap 16 meter. Drone ini dibekali dengan 4-stroke engine berkekuatan 110 hingga 150 horse power dan dua baling-baling.

Elang hitam juga memiliki empty weight 575 kilogram dan kapasitas muatan hingga 300 kilogram. Drone mampu menampung bahan bakar seberat 420 kilogram. 

2. PT DI ingin memasuki pangsa pasar komersial

Pesawat CN 235 buatan PT Dirgantara Indonesia, Bandung. (IDN Times/Santi Dewi)
Pesawat CN 235 buatan PT Dirgantara Indonesia, Bandung. (IDN Times/Santi Dewi)

Sementara, Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia, Gita Amperiawan mengatakan, pihaknya ingin masuk ke sektor yang lebih komersial dan tak lagi menyasar niche market. Salah satu langkahnya yakni PT DI ingin memproduksi pesawat untuk angkut barang atau orang di sektor komersial. 

Selama ini, PT DI menerima pesanan dari instansi militer. Padahal, persyaratan yang harus dipenuhi jauh lebih berat. 

"Kalau (memenuhi pesanan) militer itu lebih berat requirement-nya daripada komersial. Permasalahannya, sampai saat ini lebih dari 90 persen market PT DI adalah militer," kata Gita. 

Upaya itu membuahkan hasil pada 2019 lalu. Dua provinsi, termasuk Riau total sudah memesan 10 unit pesawat. 

"Ada pula penandatanganan lima kontrak dengan Kongo. Pesawat akan digunakan di sektor tambangnya," ujarnya.

Bahkan ke depan, kata Gita, PT DI akan fokus menyiapkan pesawat Nurtanio N-219 sebagai pesawat perintis. Sebab, rata-rata panjang landasan pacu bagi pesawat perintis kurang dari satu kilometer. 

"Pesawat kami bisa take off di (landasan) 600 sampai 800. Apalagi rata-rata (runway) bagi pesawat perintis itu bukan aspal. Itu unpaved," katanya. 

3. PT Dirgantara Indonesia ingin lebih dikenal di kalangan anak muda

Direktur PT Dirgantara Indonesia (DI), Gita Amperiawan ketika memberi penjelasan kepada media. (IDN Times/Santi Dewi)
Direktur PT Dirgantara Indonesia (DI), Gita Amperiawan ketika memberi penjelasan kepada media. (IDN Times/Santi Dewi)

Lebih lanjut di forum itu, Gita sempat curhat lantaran kesulitan mengenalkan PT DI ke kelompok generasi muda. Bahkan, para pelajar yang baru-baru ini berkunjung ke PT DI terkejut ketika mengetahui perusahaan yang didirikan oleh mantan Presiden BJ Habibie itu ternyata masih beroperasi. 

"Bayangkan, untuk (pelajar di sekitar) baru mengerti kalau PT DI masih hidup," kata Gita.

Persepsi itu tidak lepas dari pemberitaan pada 2007 lalu, di mana PT DI pernah digugat pailit oleh karyawannya. Gugatan itu dikabulkan oleh hakim di pengadilan niaga.

Itu sebabnya, Gita bahagia ketika mendengar Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin mengangkat Deddy Corbuzier sebagai staf khusus bidang komunikasi sosial dan publik. Harapannya, lebih banyak generasi muda yang bersedia bekerja menjadi insinyur di PT DI. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Santi Dewi
Sunariyah Sunariyah
Santi Dewi
EditorSanti Dewi
Follow Us