Resmikan Gereja di Penjaringan, Anies Bicara soal Toleransi

Jakarta, IDN Times - Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, meresmikan Gereja Bethel Indonesia (GBI) yang ada di Jelambar Timur, Kelurahan Pejagalan, Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (3/9/2022).
Dalam kesempatan itu, Anies menyinggung soal pentingnya toleransi imbal balik (twin tolerance) untuk mewujudkan Jakarta sebagai kota yang membahagiakan, menenangkan, meneduhkan, dan mendamaikan.
"Kami merasa senang bahwa di Jakarta masing-masing umat beragama bisa menjalankan agamanya dengan baik. Apabila itu terus diwujudkan, maka kota ini menjadi kota yang membahagiakan, menenangkan dan suasananya teduh dan damai untuk semua," kata Anies, dikutip dari siaran pers.
1. Toleransi bukan dari satu pihak

Menurut Anies, toleransi tidak berasal dari satu pihak semata, tetapi muncul dari berbagai pihak.
Anies mengatakan, masing-masing pihak harus memberikan rasa kepedulian, perhatian, pemahaman agar toleransi dapat bergerak dua arah.
"Seperti halnya di GBI Jelambar Timur ini, masyarakat memberikan ruang untuk jemaat memiliki sebuah gereja dan menjalankan agamanya. Di sisi lain pengelola dan jemaat pun menghormati warga di sekitarnya," kata dia.
Anies menilai, hal tersebut menghadirkan rasa kepedulian sehingga kehadiran gereja pun bukan saja bermanfaat bagi jemaat tapi juga bagi lingkungan sekitarnya.
2. Pembangunan gereja hasil swadaya

Ketua Panitia Pembangunan GBI Jelambar Timur, Andreas Gina Jaya, mengatakan, pembangunan gereja tersebut merupakan hasil swadaya jemaat dan donatur.
Peletakan batu pertama pembangunannya dilakukan pada 20 Juni 2020 dan rampung dibangun pada Agustus 2022.
"Gedung ini kami bangun di lahan yang baru kami beli, tak jauh dengan gedung gereja sebelumnya, masih satu di jalan yang sama," kata dia.
Adapun pembangunan gedung gereja dimulai dengan dikeluarkannya Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Rumah Ibadah yang dikeluarkan Pemprov DKI Jakarta.
3. Sebelumnya gereja sering kebanjiran

Menurut Andreas, pembangunan gereja tersebut dilakukan karena gedung sebelumnya kerap kali terkena banjir.
Hal tersebut dikarenakan ketinggian dasar bangunan gereja di bawah saluran air.
"Gedung sebelumnya sering kebanjiran karena ketinggian dasar di bawah saluran air dan tidak memiliki lahan parkir sehingga kerap menggunakan jalan sebagai lahan parkir," ucap dia.