Survei LPI: Jokowi Dicintai Pemuda Papua

Jakarta, IDN Times - Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) melakukan jajak pendapat terhadap pemuda Papua mengenai kecintaannya kepada Presiden Joko "Jokowi" Widodo.
LPI melakukan survei pada 3-9 April 2023 terhadap para pemuda Papua dengan jumlah 300 responden. Kriteria pemuda yang disurvei berusia 24-39 tahun dengan pendidikan dari D1 hingga S3.
"Margin of error dari ukuran sampel tersebut sebesar 5 persen pada tingkat kepercayaan sekitar 95 persen," ujar Direktur Eksekutif LPI, Boni Hargens di Jakarta, Jumat (14/4/2023).
1. Survei mengambil latar belakang pembangunan Papua Youth Creative Hub

Boni menerangkan, survei tersebut mengambil larang belakang pembangunan Papua Youth Creative Hub yang diresmikan Presiden Jokowi pada Maret 2023.
Gedung tersebut dibangun untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi di berbagai bidang, seperti di bidang fesyen, industri kreatif, peternakan, dan perikanan, bahkan platform aplikasi.
Menurutnya, ada empat indikator dalam survei LPI yakni, indikator kesesuaian, efektivitas pemanfaatan, kontribusi pada perekonomian dan kepuasan masyarakat.
"Indikator kesesuaian untuk mengukur dimensi perencanaan atau kebijakan dengan ekspektasi publik berikut realisasinya," kata dia.
2. Bangga terhadap Presiden Jokowi

Dalam surveinya, LPI memasukkan pertanyaan kepada responden terkait apakah bangga kepada Jokowi sudah yang sudah membangun Papua Youth Creative Hub.
Berikut hasilnya:
- Bangga: 43,18 persen
- Sangat bangga: 39,13 persen
- Tidak bangga: 12,32 persen
- Sangat tidak bangga: 5,37 persen
"Ruang publik saat ini narasi yang berkembang didominasi pemilu, saya rasa tidak sehat, dan masyarakat disuguhkan survei elektabilitas, popularitas. Kami memilih untuk memotret kerja pemerintah dan kami mulai dari Papua," ucap dia.
3. Jokowi bangun infrastruktur dan SDM di Papua

Dalam kesempatan itu, pengamat kebijakan publik, Krisno Legowo, mengatakan pada awal Presiden Jokowi ingin membangun Papua, ada sejumlah masalah.
"Pertama, geografis Papua sendiri dan kedua soal mobilitas dan kemudian nilai-nilai kemahalan dalam kehidupan. Ini jadi permasalah," kata Krisno.
"Saya mengikuti pendekatan (pembangunan) di Papua itu ada dua, pembangunan infrastruktur dan SDM," kata dia.