Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Tradisi Pesilat Bulan Suro Tidak Digelar di Madiun

Ilustrasi pencak silat. Antara/Louis Rika Stevani

Madiun, IDN Times - Untuk kedua kalinya para pesilat di wilayah Madiun tidak menggelar tradisi peringatan bulan Muharam atau Suro. Sebab, PPKM akibat pandemik COVID-19 masih diterapkan. 

Menteri Dalam Negeri juga telah menerbitkan istruksi yang melarang kegiatan seni budaya digelar selama PPKM Level 4,3, dan 2. Berdasarkan aturan itu pengurus pusat kedua perguruan silat sepakat untuk tidak melaksanakan tradisi untuk menjaga kondusifitas warga. Selain itu, mengantisipasi penyebaran virus Corona.

1. Tradisinya setiap malam Suro dan pertengahan bulan

Ilustrasi pencak silat. Antara foto/Melvinas Priananda

Ketua Umum PSHT Moerdjoko mengatakan bahwa pengurus wilayah, cabang dan ranting bertanggungjawab mengendalikan anggota untuk tidak melanggar kesepakatan tersebut. Apabila ada yang melanggar, maka akan ditindak secara hukum.

"Untuk malam satu suro yang biasanya ada kegiatan nyekar atau ziarah, sudah kami instruksikan kepada anggota untuk ditiadakan. Sebagai gantinya, bisa melakukan doa bersama (secara virtual)," ujar dia.

2. Penandatanganan maklumat disaksikan Danrem 081/DSJ Madiun

foto bersama di depan Makorem 081/DSJ Madiun. Istimewa

Kesepakatan untuk tidak menggelar tradisi itu diteken pengurus perguruan silat dalam sebuah maklumat. Penandatanganannya berlangsung di Makorem 081/DSJ Madiun, Rabu siang (3/8/2021). 

Selain pengurus pusat dua pergruan silat, kegiatan itu juga dihadiri sejumlah pejabat, seperti Komandan Korem 081/DSJ Madiun, Kolonel Inf.Waris Ari Nugroho dan Wali Kota Madiun, Maidi.

3. Pengurus organisasi di setiap wilayah diwajibkan mengendalikan anggota

Ilustrasi pencak silat. Antara/Louis Rika Stevani

Ketua Umum PSHT Moerdjoko mengatakan bahwa pengurus wilayah, cabang dan ranting bertanggungjawab mengendalikan anggota untuk tidak melanggar kesepakatan tersebut. Apabila ada yang melanggar, maka akan ditindak secara hukum.

"Untuk malam satu suro yang biasanya ada kegiatan nyekar atau ziarah, sudah kami instruksikan kepada anggota untuk ditiadakan. Sebagai gantinya, bisa melakukan doa bersama (secara virtual)," ujar dia.

4. Ikuti anjuran pemerintah

Ilustrasi PPKM (IDN Times/Mia Amalia)

Hal senada diungkapkan Ketua PSHWTM, Agus Wiyono Santoso. Menurut dia, peniadaan tradisi tidak mengurangi arti dari nilai Suran Agung. Hanya saja, pelaksanannya selama dua tahun ini tidak melibatkan masa dalam jumlah banyak.

"Kami juga sudah menginstruksikan kepada anggota bahwa tahun ini tidak ada gelaran Suran Agung. Dan kegiatan lainnya juga mengikuti anjuran pemerintah," ia menuturkan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nofika Dian Nugroho
EditorNofika Dian Nugroho
Follow Us