Warga Baduy Ditolak RS Usai Dibegal, Pratikno: Ya Allah, Kami Lacak!

- Warga Baduy Dalam, Repan, menjadi korban begal dan ditolak rumah sakit karena tidak memiliki KTP. Dia akhirnya mendapat perawatan setelah dibawa ke rumah sakit lain.
- Repan tidak mendapat penanganan serius di klinik terdekat setelah luka tangannya tidak dijahit atau ditangani dengan baik.
Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno, kaget mendengar kabar seorang warga Baduy Dalam, Repan, menjadi korban begal dan sempat ditolak rumah sakit untuk mendapat perawatan karena tidak memiliki KTP. Pratikno mengaku akan melacak kasus tersebut.
"Ya Allah, kami lacak, ya!" ujar Pratikno di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (5/11/2025).
Terkait dengan warga Baduy yang tidak memiliki KTP, Pratikno mengaku akan membahas hal tersebut dengan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).
"Oke, kami bicarakan dengan Kemendagri, ya, di Adminduk kan itu ya," ujar dia.
1. Kronologi warga Baduy kena begal

Warga Baduy Dalam, Repan, menjadi korban begal dan terluka saat berjualan madu di Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Usai menjadi korban begal, dia sempat mendatangi sebuah rumah sakit yang ada di sekitar lokasi kejadian, tetapi ditolak karena tak punya KTP.
Repan pun langsung pergi ke rumah pelanggan madunya yang bernama Johan Chandra atau dikenal Nello di kawasan Tanjung Duren, Jakarta Barat, sambil menahan sakit lukanya.
Nello mengatakan, Repan datang pada Senin, 27 Oktober 2025 pagi, didampingi sekuriti kompleks. Repan datang dengan raut wajah ketakutan dan kebingungan. Tangan kirinya diperban.
Repan lalu menceritakan kejadian yang dialaminya dan meminta tolong kepada Nello agar menghubungi keluarganya yang ada di Baduy.
"Dia ketakutan, kebingungan, terus kemudian minta tolong untuk diteleponkan saudaranya yang di Baduy," kata Nello.
2. Repan tak mendapatkan penanganan serius

Beberapa tahun silam, Nello pernah ke Baduy dan masih menyimpan kontak orang Baduy yang dikenalinya. Nello berupaya menghubungi orang Baduy itu tapi sempat tak direspons. Nello kemudian mengajak Repan ke klinik terdekat dari rumahnya.
"Dia (Repan) selalu info kalau kesakitan di tangannya, 'sakit, sakit, sakit' gitu kan, terus akhirnya saya bilang, 'Pan, ini kan sudah dirawat di rumah sakit.' Terus kemudian dia bilang, 'Iya, tapi cuma sebatas diikat aja, tidak dijahit atau tidak diapa-apain sama sekali," kata Nello.
3. Repan mendapat 10 jahitan

Repan pun dibawa ke ke klinik. Di klinik, perban yang melilit tangan kiri Repan dibuka dan ternyata darah langsung mengucur deras. Pihak klinik akhirnya menyerah menangani Repan sehingga dia dirujuk ke Rumah Sakit Ukrida dan mendapat 10 jahitan.
"Langsung mancur (darahnya) gitu sampai, bener-bener syok banget, bener-bener si pegawainya yang staf klinik itu katanya, 'Pak, mohon maaf banget kita gak bisa nanganin di sini, ini bener-bener sudah kena vena-nya'," kata Nello.
Diberitakan, Repan dibegal di kawasan Cempaka Putih. Ia kehilangan 10 botol madu, ponsel, dan uang tunai senilai Rp3 juta. Polisi masih menyelidiki kasus ini dan sudah memeriksa CCTV setempat.

















