Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Waspada Cuaca Ekstrem! BMKG Ingatkan Ancaman Banjir dan Longsor

ilustrasi hujan lebat (IDN Times/Muhammad Nasir)
ilustrasi hujan lebat (IDN Times/Muhammad Nasir)
Intinya sih...
  • BMKG memperingatkan cuaca ekstrem dalam sepekan ke depan, berpotensi menyebabkan banjir, longsor, dan gelombang tinggi di sejumlah wilayah Indonesia.
  • Faktor pemicu cuaca ekstrem termasuk DMI negatif, OLR negatif, pengaruh MJO, gelombang Kelvin, Rossby ekuator, serta siklon tropis 93S di Samudra Hindia barat Bengkulu dan pola siklonik di Kalimantan Utara.
  • Prediksi BMKG menunjukkan hujan lebat pada 12–14 September berpotensi melanda beberapa provinsi dan peringatan ini diperkuat dengan bencana banjir terparah dalam satu dekade terakhir yang melanda Bali pada 9-10 September.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kembali memberi peringatan ancaman cuaca ekstrem dalam sepekan ke depan. Hujan lebat hingga sangat lebat disertai angin kencang diprediksi melanda sejumlah wilayah Indonesia, memperbesar risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, dan gelombang tinggi.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan, dinamika atmosfer yang kini berlangsung cukup kompleks dan patut diwaspadai.

“Dinamika atmosfer saat ini memicu potensi hujan lebat hingga sangat lebat, disertai angin kencang yang perlu diwaspadai masyarakat maupun pemerintah daerah. Cuaca ekstrem ini dapat meningkatkan risiko banjir, longsor, maupun gelombang tinggi,” katanya di Jakarta, Jumat (12/9/2025).

1. Sederet faktor pemicu risiko bencana hidrometeorologi

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati (Dok. BMKG)
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati (Dok. BMKG)

BMKG memaparkan sederet faktor pemicu kondisi ini, mulai dari fase Dipole Mode Index (DMI) negatif (−1,27), anomali Outgoing Longwave Radiation (OLR) negatif, pengaruh Madden–Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, Rossby ekuator, serta gelombang atmosfer frekuensi rendah yang tengah aktif.

Situasi diperparah oleh kemunculan bibit siklon tropis 93S di Samudra Hindia barat Bengkulu, dan pola siklonik di Kalimantan Utara.

2. Potensi hujan lebat pada 12-18 September

Analis cuaca di Stasiun BMKG Meteorologi Ahmad Yani, Gempita Icky Dzikrillah memperlihatkan spot hujan di wilayah Jateng melalui layar citra satelit. (IDN Times/Fariz Fardianto)
Analis cuaca di Stasiun BMKG Meteorologi Ahmad Yani, Gempita Icky Dzikrillah memperlihatkan spot hujan di wilayah Jateng melalui layar citra satelit. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Prediksi BMKG menunjukkan hujan lebat pada 12–14 September berpotensi melanda Riau, Bangka Belitung, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Maluku, Papua Tengah, dan Papua Selatan. Sementara angin kencang berpeluang terjadi di Kepulauan Riau, Sulawesi Selatan, dan Maluku.

Pada 15–18 September, giliran Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan yang diprediksi diguyur hujan lebat.

3. Banjir Bali terparah dalam satu dekade

Banjir
Penanganan sisa banjir di Kota Denpasar (IDN Times/Ayu Afria)

Peringatan ini diperkuat dengan bencana banjir terparah dalam satu dekade terakhir yang melanda Bali pada 9-10 September. BNPB mencatat, lebih dari 120 titik banjir tersebar di tujuh kabupaten/kota, dengan Denpasar mencatat 81 titik banjir.

Curah hujan ekstrem yang melampaui 300 milimeter per hari terjadi di Jembrana, Tampak Siring, Karangasem, hingga Klungkung. Padahal, hujan di atas 150 milimeter per hari sudah dikategorikan ekstrem secara klimatologis.

Dwikorita menekankan, hujan luar biasa tersebut dipicu kombinasi faktor atmosfer skala regional dan lokal.

“Aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, dan Rossby ekuator yang aktif bersamaan dengan kondisi atmosfer labil di Bali memperbesar risiko terbentuknya awan konvektif secara masif,” jelasnya.

4. Faktor lain yang memperparah dampak banjir

Hujan Deras, 4 RT di Jaksel Terandam Banjir
Hujan Deras, 4 RT di Jaksel Terandam Banjir (Dok. BPBD Jakarta)

Namun, faktor alam bukan satu-satunya penyebab. BMKG menilai, buruknya sistem drainase, sedimentasi, sampah, serta alih fungsi lahan turut memperparah dampak banjir. Sistem peringatan dini sebenarnya sudah dikeluarkan sejak 5 September, bahkan diperbarui hingga 11 kali dalam periode 9-10 September saat hujan ekstrem mengguyur Bali.

Dwikorita menjelaskan, kesiapsiagaan harus menjadi perhatian serius di tengah prediksi cuaca ekstrem. Masyarakat diminta rutin memantau informasi resmi BMKG serta melakukan langkah mitigasi sederhana, mulai dari menjaga kebersihan drainase hingga tidak membuang sampah sembarangan.

“Dengan kesiapsiagaan dan mitigasi yang baik, kita bisa meminimalkan risiko bencana akibat cuaca ekstrem yang masih akan berlangsung dalam beberapa hari ke depan,” kata dia.

Share
Topics
Editorial Team
Sunariyah Sunariyah
EditorSunariyah Sunariyah
Follow Us

Latest in News

See More

Prabowo Hampir 2 Jam di Qatar, Lanjut ke Abu Dhabi Bertemu MBZ

12 Sep 2025, 23:17 WIBNews