2 Komandan AS Ragu Kekuatan Militer dan Nuklir Korut Telah Berkurang

Washington, IDN Times - Dua Komandan Amerika Serikat dari cabang yang berbeda, pada hari Selasa (12/02) meragukan jika kekuatan militer dan nuklir yang dimiliki oleh Korea Utara telah berkurang ataupun dapat dikurangi.
Laksamana Philip Davidson selaku Kepala Indo-Pasific Command dan Jenderal Robert Abrams selaku komandan baru untuk seluruh kekuatan militer AS di Korea, sama-sama menyampaikan kekhawatiran dan keraguannya terhadap hasil dari perkembangan perdamaian Semenanjung Korea yang tengah gencar dilaksanakan Pemerintah AS, seperti yang dilansir dari Reuters dan The Guardian.
1. Kekuatan militer Korut terlihat tidak ada perubahan

Dikutip dari The Guardian, Jenderal Robert Abrams menyatakan bahwa sedikit atau tidak ada perubahan sama sekali terhadap kekuatan militer Korea Utara meskipun KTT pertama Trump dan Kim Jong Un telah menyetujui penurunan ketegangan di Semenanjung Korea.
Menurut kesaksian Abrams didepan Senat Kemiliteran AS, Korea Utara masih melanjutkan pelatihan militer musim dingin tanpa ada indikasi pengurangan jumlah keaktifan militernya. KTT kedua yang akan dilaksanakan dalam beberapa minggu lagi akan menjadi salah satu momen dimana kedua negara kembali mendiskusikan perkembangan selanjutnya demi tercapai keamanan yang signifikan.
"Saya mengerti tentang fakta bahwa, meskipun ada pengurangan ketegangan di DMZ dan penghentian provokasi strategis yang disertai dengan pernyataan publik tentang niat untuk melakukan denuklirisasi, sedikit atau bahkan tidak ada perubahan yang dapat diverifikasi terhadap kekuatan militer Korea Utara", ujar Jenderal Robert Abrams.
2. Korea Utara kemungkinan besar tidak akan memberikan seluruh senjata nuklirnya

Persetujuan yang seharusnya dilaksanakan oleh Korea Utara setelah KTT pertama di Singapura Juni 2018 lalu, terlihat stagnan dalam pelaksanaan proses dan munculnya keraguan oleh Perwira AS jika Korea Utara benar-benar berkomitmen.
Laksamana Philip Davidson menyatakan menurut intelegennya ada kemungkinan besar Korea Utara tidak akan memberikan seluruh senjata nuklir yang mereka miliki dan hal ini membuat Davidson ragu dengan niat sebenarnya dari Pemerintah Korut, dilansir dari Reuters.
"Penilaian USINDOPACOM tentang denuklirisasi Korea Utara konsisten dengan posisi Komunitas Intelegen. Yaitu, kami berpikir Korea Utara tidak mungkin akan menyerahkan semua senjata nuklir atau kemampuan produksinya, namun berupaya untuk menegosiasikan denuklirisasi parsial dengan imbalan AS dan konsesi Internasional", ujar Laksamana Philip Davidson Kepala Indo-Pasific Command.
3. Ancaman Korut masih sangat kuat

Keraguan dan kekhawatiran menyelimuti Perwira Angkatan Bersenjata AS yang melihat komitmen Korea Utara dalam denuklirisasi Semenanjung Korea tidak akan dilaksanakan sepenuhnya. Niat Pemerintah Korut yang sangat diragukan membuat ancaman perang nuklir dan perang konvensional di Korea dapat terjadi kapan saja jika situasi berubah drastis secara tiba-tiba.
Ancaman kuat yang terlihat jelas didepan mata menurut Laksamana Philip Davidson dan Jenderal Robert Abrams, menunjukkan proses perdamaian serta denuklirisasi hanya berdampak sedikit terhadap perubahan. Keduanya sangat berharap di KTT kedua di Hanoi pada 27-28 Februari 2019, Pemerintah AS dan Korea Utara dapat menemukan konsensus yang konkret agar perdamaian dapat tercapai.