46.611 Jiwa di Bener Meriah Aceh Masih Terisolir, 13 Hilang

- 30 orang meninggal dunia, 13 orang hilang
- Pengungsi diserbu berbagai penyakit seperti flu, ISPA, diare, TB, dan GHPR
- Kemenkes salurkan logistik kesehatan ke Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat
Jakarta, IDN Times - Sudah 22 hari sejak banjir bandang besar melanda Kabupaten Bener Meriah, Aceh pada Rabu (26/11/2025), dampak bencana masih dirasakan warga hingga kini. Sejumlah masyarakat dilaporkan masih berada dalam kondisi terisolir, sementara aktivitas di wilayah terdampak belum sepenuhnya pulih.
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) per 18 Desember 2025 pukul 20.00 WIB, jumlah penduduk terdampak mencapai 182.900 jiwa dari jumlah tersebut ribuan warga masih terisolir.
"(Sebanyak) 46.611 jiwa masih tercatat terisolir," tulis laporan tersebut, dikutip Jumat (19/12/2025).
1. 30 orang meninggal dunia

Selain itu, Kemenkes juga telah menyiapkan 45 titik pengungsian disiapkan untuk menampung warga. Sementara itu, tercatat korban di Kabupaten Bener Meriah terdapat 12 orang luka ringan, empat orang luka berat.
"(Sebanyak) 30 orang meninggal dunia, serta 13 orang masih dinyatakan hilang," tulis laporan Kemenkes.
2. Pengungsi diserbu berbagai penyakit

Di sektor kesehatan, kondisi pengungsian turut memicu peningkatan kasus penyakit. Influenza Like Illness (ILI) atau penyakit dengan gejala mirip flu menjadi yang paling banyak ditangani dengan 9.944 kasus, disusul Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) sebanyak 3.600 kasus dan diare akut sebanyak 852 kasus.
Selain itu, tercatat tuberkulosis (TB) sebanyak 165 kasus dan Gangguan Hipertensi pada Kehamilan dan Persalinan (GHPR) sebanyak 122 kasus. Penyakit lainnya yang juga dilaporkan meliputi suspek demam tifoid sebanyak 82 kasus, suspek campak ada 65 kasus, penyakit kulit sebanyak 60 kasus, penyakit tangan, kaki, dan mulut ada 29 kasus, serta demam berdarah dengue DBD sebanyak 16 kasus.
3. Kemenkes salurkan logistik kesehatan pasca bencana

Sementara itu, Kemenkes terus menyalurkan logistik kesehatan pascabencana ke tiga provinsi, yakni Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat. Bantuan ini tidak hanya berupa obat-obatan, tetapi juga hygiene kit dan emergency kit sebagai langkah pencegahan penyakit di wilayah terdampak bencana.
Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes Agus Jamaludin menegaskan pentingnya pendekatan komprehensif dalam respons kesehatan pascabencana.
“Logistik kesehatan tidak hanya obat-obatan. Hygiene kit dan emergency kit menjadi kunci untuk mencegah penyakit yang muncul akibat sanitasi dan lingkungan yang tidak sehat pascabencana,” ujar Agus.
Berdasarkan Laporan Situasi Penanganan Bencana Banjir dan Tanah Longsor Aceh, Sumatra Utara dan Sumatra Barat pada 15 Desember 2025 pukul 22.00 WIB, di Provinsi Aceh, distribusi dilakukan sejak akhir November hingga Desember 2025 ke sejumlah kabupaten/kota. Obat-obatan dikirimkan ke Aceh Tengah (33 koli), Pidie Jaya (200 paket HD), Bireuen (4 koli), Gayo Lues (8 koli), Aceh Timur (30 koli), Langsa (18 koli), dan Aceh Tamiang (22 koli).
Selain obat, Kemenkes menyalurkan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk balita dan ibu hamil ke Aceh Tengah (34 dus), Pidie Jaya (23 dus), Gayo Lues (41 dus), Bener Meriah (29 dus), Lhokseumawe (75 dus), Aceh Utara (65 dus), Pidie (30 dus), dan Aceh Besar (34 dus).
Aceh juga menerima peralatan kesehatan khusus berupa oxygen concentrator sebanyak 10 unit untuk Aceh Tengah dan 10 unit untuk Bener Meriah. Selain itu, disalurkan 35 Emergency Medical Team (EMT) kit, 50 emergency kit, serta 50 paket family hygiene kit melalui Dinas Kesehatan Provinsi Aceh dan Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan (SKK).



















