38 Orang Tewas akibat Serangan Pemberontak di Gereja Kongo

Jakarta, IDN Times - Sedikitnya 38 orang tewas dan 15 lainnya terluka akibat serangan di sebuah gereja di bagian timur Republik Demokratik Kongo (DRC). Beberapa rumah dan toko juga dibakar.
Pejabat lokal mengatakan, anggota Pasukan Sekutu Demokratik (ADF), kelompok yang berafiliasi dengan ISIS, menyerbu gereja di kota Komanda, provinsi Ituri, pada Sabtu (26/7/2025) malam ketika sejumlah umat Katolik sedang beribadah. Sebanyak 31 jemaat dibunuh, sementara 7 jenazah lainnya ditemukan di luar gereja. Banyak warga masih hilang usai serangan tersebut.
"Para pemberontak menargetkan umat Kristen yang sedang bermalam di gereja Katolik. Tragisnya, mereka dibunuh dengan cara ditembak atau ditebas menggunakan parang," kata Christophe Munyanderu, aktivis hak asasi manusia yang berada di tempat kejadian, dikutip dari Al Jazeera.
1. Sumber lain sebut jumlah korban tewas capai 43 orang
Situs Radio Okapi yang disponsori PBB menyebutkan bahwa jumlah korban tewas mencapai 43 orang, sementara juru bicara militer baru dapat mengonfirmasi 10 kematian.
“Apa yang kami ketahui pagi ini adalah ada penyerbuan oleh orang-orang bersenjata dengan parang ke dalam sebuah gereja tidak jauh dari Komanda, di mana sekitar 10 orang terbunuh dan dibantai dan beberapa toko dibakar,” kata Jules Ngongo, juru bicara militer DRC.
Ia menambahkan bahwa para pelaku diyakini berasal dari kelompok pemberontak ADF.
2. Masyarakat desak intervensi militer segera
Dieudonne Duranthabo, koordinator masyarakat sipil di Komanda, mengaku kecewa bahwa serangan ADF bisa terjadi di sebuah kota yang dipenuhi aparat keamanan. Ia mengatakan bahwa beberapa warga telah meninggalkan Komanda dan mengungsi ke Bunia, ibu kota provinsi Ituri.
“Kami mendesak intervensi militer sesegera mungkin, karena kami mendapat informasi bahwa musuh masih berada di dekat kota kami," tambahnya, dikutip dari CNN.
Misi Stabilisasi Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa di DRC telah mengecam peningkatan kekerasan yang terjadi di Ituri belakangan ini. Awal bulan ini, ADF juga membunuh puluhan orang di provinsi tersebut.
3. Serangan ADF telah menewaskan ribuan warga sipil
ADF dibentuk di Uganda pada akhir tahun 19900-an menyusul dugaan ketidakpuasan terhadap Presiden Yoweri Museveni. Setelah pasukan Uganda melancarkan serangan militer pada 2002, kelompok ini memindahkan operasinya ke negara tetangga, DRC, dan sejak itu bertanggung jawab atas pembunuhan ribuan warga sipil.
Pada 2019, ADF menyatakan sumpah setia kepada ISIS. Pemimpin kelompok tersebut mengklaim bahwa mereka berjuang untuk membentuk pemerintahan garis keras di negara Afrika Timur tersebut.
Pada akhir 2021, Uganda dan DRC meluncurkan operasi militer gabungan bernama "Shujaa" untuk memberantas ADF. Namun, hingga kini, upaya tersebut belum membuahkan hasil yang signifikan.