57 Ribu Orang Protes Pariwisata Massal di Kepulauan Canary

Jakarta, IDN Times - Puluhan ribu orang di Kepulauan Canary, Spanyol, melakukan protes atas pariwisata massal pada Sabtu (20/4/2024). Massa menuntut perubahan pada model pariwisata yang menurut mereka telah berlebihan dam membebani kepulauan.
Unjuk rasa itu itu diperkirakan diikuti oleh sekitar 57 ribu orang. Demonstrasi untuk mendukung protes itu terjadi di beberapa wilayah, termasuk di Madrid. Kunjungan pariwisata yang tinggi di Spanyol sedang menghadapi penolakan.
1. Pariwisata massal dianggap merusak
Dilansir BBC, di Santa Cruz de Tenerife, ibu kota pulau terbesar, Tenerife, para demonstran membawa plakat bertuliskan "Turis - hormati tanah saya!" dan "Canary mempunyai batas".
“Masalah utamanya adalah model pariwisata besar-besaran yang tidak bisa dipatahkan di pulau ini (selama) beberapa dekade, dan hanya menghancurkan pulau itu dan kehidupan penduduk di sini,” ujar pengunjuk rasa Lydia Morales.
“Kami merasa kami disingkirkan, prioritas kami tidak dipertimbangkan,” katanya, menambahkan bahwa para politisi lebih fokus pada pembangunan kompleks pariwisata dan hotel.
Massa menuntut penghentian pembangunan hotel dan resor pantai di selatan pulau itu. Pekan lalu, para aktivis di Tenerife melakukan aksi mogok makan sebagai protes atas apa yang mereka lihat sebagai pertumbuhan pariwisata yang merusak di kepulauan tersebut.
2. Warga kesulitan memiliki rumah

Dilansir France 24, protes tersebut diserukan oleh sekitar 20 kelompok sosial dan lingkungan. Mereka menuntut pembatasan wisatawan, mengusulkan pajak lingkungan untuk melindungi lingkungan, moratorium pariwisata, dan membatasi penjualan properti kepada non-penduduk.
“Kami tidak menentang pariwisata. Kami meminta mereka mengubah model yang memungkinkan pertumbuhan pariwisata tanpa batas," kata seorang demonstran perempuan bernama Rosario Correo.
“Kami bosan dengan kepadatan penduduk, gaji yang rendah, tidak memiliki rumah untuk ditinggali, dan melihat tanah kami dibeli oleh orang asing karena mereka mempunyai uang untuk membeli tanah kakek-nenek kami yang tidak mampu kami beli,” Nieves Rodrigues Rivera, seorang guru berusia 59 tahun.
"Kami melihat rumah-rumah liburan menyerbu desa-desa kami sehingga menaikkan harga sewa dan semakin mempersulit generasi muda seperti kami untuk meninggalkan rumah. Kami juga melihat pariwisata menghancurkan keanekaragaman hayati di sini," kata Antonio Samuel Diaz Garcia.
Data Institut Statistik Nasional tahun lalu menunjukkan 34 persen penduduk kepulauan berisiko mengalami kemiskinan atau pengucilan sosial, angka tertinggi kedua di Spanyol setelah Andalusia.
3. Protes pariwisata di Spanyol

Dalam beberapa bulan terakhir protes anti-pariwisata meningkat di seluruh Spanyol, negara yang paling banyak dikunjungi kedua di dunia. Pemerintah telah berupaya mencoba mendamaikan kepentingan penduduk dan sektor pariwisata yang menyumbang 12,8 persen perekonomian nasional.
Sebelum wabah virus corona yang menyebabkan perjalanan global terpuruk gerakan protes atas kunjungan wisatawan yang berlebihan telah aktif di Spanyol, terutama di Barcelona. Setelah pembatasan perjalanan dicabut, pariwisata melonjak dengan Spanyol menyambut rekor 85,1 juta pengunjung tahun lalu.
Tahun lalu, 16 juta orang mengunjungi Kepulauan Canary, lebih dari tujuh kali lipat jumlah penduduknya yang berjumlah 2,2 juta jiwa. Hal itu dianggap tidak berkelanjutan karena sumber daya yang terbatas di kepulauan.
Turis tertarik dengan Canary karena sinar matahari yang melimpah sepanjang tahun. Sektor pariwisata yang menarik membuat empat dari 10 penduduknya bekerja di bidang pariwisata, yang mencakup 36 persen perekonomian kepulauan itu.