Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

9 Anak Tewas di Afghanistan gegara Mainkan Ranjau Darat Sisa Perang

ilustrasi bendera Afganistan.(unsplash.com/ Farid Ershad)
ilustrasi bendera Afganistan.(unsplash.com/ Farid Ershad)

Jakarta, IDN Times - Sembilan anak tewas terkena ledakan ranjau darat yang belum meledak pada Minggu (31/3/2024).. Ranjau sisa invasi Rusia di Afghanistan di masa lalu tersebut meledak ketika sekelompok laki-laki dan perempuan memainkannya di distrik Geru, provinsi Ghazni.

Polisi Ghazni mengatakan, anak-anak tersebut diidentifikasi lima perempuan dan empat laki-laki. Mereka berusia antara empat tahun hingga 10 tahun.

“Sebuah ranjau yang belum meledak, sisa dari masa invasi Rusia, meledak saat mereka memainkannya,” kata kata kepala departemen informasi dan kebudayaan provinsi Ghazni, Hamidullah Nisar.

“Sayangnya, kejadian ini menewaskan sembilan anak,” kata Nisar, dikutip Dawn.

1. Sebagian besar wilayah Afghanistan masih dipenuhi persenjataan sisa perang

Dilansir Barron's, sebagian besar wilayah Afganistan dipenuhi ranjau, granat dan mortir yang belum meledak sisa konflik selama beberapa dekade. Konflik tersebut mulai dari invasi Soviet tahun 1979, perang saudara, dan pemberontakan Taliban Afgfanistan selama 20 tahun melawan pemerintah yang didukung negara asing.

Kekerasan di Afghanistan mulai berkurang sejak Taliban Afghanistan merebut kekuasaan pada Agustus 2021 sekaligus mengakhiri pemberontakan mereka. Namun, persenjataan dan ranjau yang tidak meledak masih sering memakan korban jiwa, terutama anak-anak.

Juga pada Minggu, seorang anak tewas dan lima orang lainnya terluka ketika perenjataan yang tidak meledak, kemudian meledak di provinsi Herat, kata polisi setempat pada unggahan di Twitter.

2. Puluhan ribu warga sipil menjadi korban sisa ranjau

Dilansir Voa News, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Kabul pada Senin mengatakan, puluhan ribu warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak di Afghanistan terbunuh atau terluka oleh ranjau darat dan sisa- sisa bahan peledak masa perang.

Afghanistan mengalami perang saudara selama beberapa tahun pada tahun 1990an. Konflik tersebut terjadi setelah pasukan Rusia menarik diri dari negara tersebut sekaligus mengakhiri invasi militer mereka dalam satu dekade.

Mitra PBB telah membuka lahan seluas 3.011 kilometer persegi di Afghanistan. Dalam laporannya pada Senin, PBB juga menekankan bahwa lebih banyak pekerjaan yang diperlukan untuk melindungi warga Afghanistan yang belum pulih dari konflik selama beberapa dekade.

3. Kebutuhan mendesak untuk atasi sisa ranjau di Afghanistan

Tahun lalu, laporan Komite Palang Merah Internasional (ICRC) menyoroti kebutuhan mendesak dalam upaya mengatasi masalah pencemaran senjata di Afghanistan yang sedang dilanda konflik.

ICRC mencatat 640 anak-anak terbunuh atau terluka dalam 541 insiden yang melibatkan ledakan darat dan sisa-sisa bahan peledak antara Januari 2022 dan Juni 2023.

"Ini hampir 60 persen dari jumlah total korban sipil (1.092 orang) karena insiden terkait persenjataan yang belum meledak (UXO)," tulis laporan tersebut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us