Abaikan Peringatan AS, Israel Tetap akan Luncurkan Serangan ke Rafah

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menegaskan kepada para diplomat Barat bahwa Israel akan tetap melancarkan serangan darat ke Rafah di Jalur Gaza selatan. Melansir dari The Guardian pada Jumat (19/4/2024), ia juga mengklaim bahwa Israel akan membanjiri Gaza dengan bantuan dan memastikan warga sipil diberi kesempatan untuk mengungsi dari Rafah.
Kota itu sendiri menjadi tempat perlindungan bagi setidaknya 1,4 juta warga Palestina yang mengungsi.
Netanyahu juga menyatakan akan ada serangan balasan yang menyasar langsung kepentingan Iran, bukan ke proksi-proksinya. Menanggapi kekhawatiran sekutunya, Netanyahu berupaya meyakinkan bahwa respons Israel terhadap Iran akan terukur.
1. Barat khawatir Israel serang Rafah
Reuters melansir, Gedung Putih menyatakan para pejabat senior AS telah menyampaikan kekhawatiran mereka kepada Israel terkait rencana serangan ke Rafah. Hal ini disampaikan dalam sebuah pertemuan virtual pada Kamis kemarin.
Presiden Joe Biden sebelumnya juga telah memperingatkan Israel untuk tidak melancarkan serangan besar-besaran ke kota itu guna menghindari jatuhnya lebih banyak korban sipil Palestina.
Meningkatnya dukungan sekutu Barat kepada Israel setelah serangan Iran dinilai membuat Netanyahu semakin percaya diri untuk meneruskan rencana serangannya ke Rafah, benteng pertahanan terakhir Hamas di Jalur Gaza.
Gedung Putih mengumumkan, penasihat keamanan nasional AS, Jake Sullivan, akan menerima pengarahan dari pejabat Israel tentang rencana ofensif mereka ke Rafah. Namun di sisi lain, pemerintah AS menilai rencana serangan Israel ke Rafah masih berpotensi memicu bencana kemanusiaan.
Pejabat AS dilaporkan telah memperingatkan Israel dalam pertemuan sebelumnya bahwa rencana mereka atas Rafah tidak memadai untuk evakuasi dan perlindungan lebih dari satu juta warga sipil Palestina di sana. Kota itu merupakan satu-satunya wilayah di Gaza yang belum diinvasi pasukan Israel secara besar-besaran.
2. Netanyahu bersikeras serangan ke Rafah perlu untuk kalahkan Hamas

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa negaranya berkomitmen untuk meraih kemenangan militer total atas kelompok militan Hamas. Menurutnya, tujuan tersebut tidak mungkin tercapai tanpa melancarkan serangan terhadap empat brigade tempur Hamas yang tersisa. Keempat brigade itu diduga tersembunyi di balik jaringan terowongan bawah tanah yang kompleks di bawah Kota Rafah.
Sementara itu, Netanyahu tampak meragukan efisiensi jalur dialog terkait konflik ini. Seorang sumber menjelaskan bahwa kendala utama dalam perundingan adalah Hamas tidak memiliki cukup tawanan hidup yang bisa ditukar dengan tahanan Palestina.
Meski demikian, AS dipercaya masih punya pengaruh yang kuat untuk menekan Israel terkait konflik ini. Pasalnya, sistem pertahanan udara AS dilaporkan telah berhasil menembak jatuh sekitar 60 persen dari total rudal dan drone yang diluncurkan Iran ke Israel pada Sabtu lalu.
3. Upaya damai terancam buntu, Israel diminta fokus ke gencatan senjata

Di tengah ancaman serangan Israel ke Rafah, sejumlah sekutu Barat justru mendesak Netanyahu untuk lebih fokus mengejar kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas. PM Inggris, Rishi Sunak, dan Menlu Jerman, Annalena Baerbock, meminta Netanyahu memanfaatkan momentum kegagalan serangan Iran akhir pekan lalu untuk memprioritaskan pembebasan sandera Israel yang tersisa.
Namun, prospek tercapainya kesepakatan damai tampak semakin suram. Pembicaraan mengenai pertukaran sandera yang difasilitasi Mesir dan Qatar bahkan kini terancam mandek. Israel menyebut peran Qatar sebagai mediator bermasalah.
"Sayangnya kami melihat ada penyalahgunaan dari mediasi ini untuk kepentingan politik yang sempit", ungkap PM Qatar, Mohammed bin Abdulrahman Al Thani mengakui situasi yang semakin sulit.
PM Al Thani menyindir politisi yang memanfaatkan konflik Israel-Hamas untuk kepentingan elektoral mereka. Ia menuding para politisi itu sengaja memfitnah dan menjelek-jelekkan Qatar yang berperan sebagai mediator dalam perundingan gencatan senjata.