Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Akui Hancurkan Budaya-Bahasa Pribumi, Kanada Bayar Genda Rp31,5 T

ilustrasi masyarakat Pribumi Kanada (Unsplash.com/Tandem X Visuals)

Jakarta, IDN Times - Kanada akan membayar 2,8 miliar dolar AS atau Rp31,5 triliun kepada 325 kelompok pribumi. Keterangan pada Sabtu (21/1/2023) itu disampaikan setelah kelompok tersebut mengajukan gugatan atas kerusakan bahasa dan budaya imbas program asrama di masa lalu.

Namun, pengadilan federal belum memberikan persetujuan untuk mencairkan dana tersebut karena masalah persyaratan.

Antara tahun 1800-an hingga 1900-an, Kanada mengirim sekitar 150 ribu anak Pribumi ke 139 sekolah asrama yang dijalankan Gereja Katolik. Di sana, mereka terputus dari keluarga, bahasa dan budaya leluhurnya. Banyak anak dilecehkan dan ribuan lainnya diyakini tewas karena terlantar dan malnutrisi.

1. Sekolah asrama menghancurkan bahasa dan merusak budaya Pribumi

Sekolah asrama Kanada masa lalu telah mengungkap sejarah kelam kolonial. Ribuan kuburan tak bertanda ditemukan di bekas sekolah asrama tersebut dalam dua tahun terakhir.

"Sistem sekolah asrama menghancurkan bahasa kami, sangat merusak budaya kami, dan meninggalkan warisan kerusakan sosial. Efeknya melampaui generasi saya. Butuh banyak generasi bagi kita untuk sembuh," kata Shane Gottfriedson, pemimpin pribumi dan salah satu penggugat, dikutip Al Jazeera.

Marc Miller, Menteri Federal Hubungan Kerajaan-Pribumi, mengatakan bahwa semua penyintas dari sejarah kelam sekolah asrama itu berhak mendapat keadilan dan kompensasi.

Sekolah asrama Kanada dipahami sebagai lembaga asimilasi paksa yang dikelola Gereja Katolik untuk anak-anak pribumi, First-Nations, Inuit, dan Metis. Mereka dipaksa belajar bahasa yang bukan bahasa ibu dan belajar budaya yang bukan budaya leluhur mereka.

2. Dana kompensasi untuk revitalisasi bahasa dan budaya Pribumi

Class action pribumi Kanada diajukan pada 2012 atas perusakan bahasa dan budaya. Kanada dan ratusan komunitas pribumi kemudian sepakat menyelesaikan gugatan itu dengan membayar uang reparasi.

Dilansir CBC, Kanada setuju untuk memberikan kompensasi sebesar Rp31,5 triliun. Uang itu merupakan dana perwalian yang akan digelontorkan selama 20 tahun, jika pengadilan federal menyetujui kesepakatan itu.

Dana itu juga akan dijalankan secara independen dari pemerintah federal. Organisasi pengelola akan dibentuk dan diatur oleh dewan yang terdiri dari sembilan direktur pribumi. Pencairan dana masih menunggu keputusan pengadilan federal.

Pemerintah Kanada mengatakan, dana tersebut akan digunakan untuk revitalisasi pendidikan, budaya, dan bahasa pribumi, serta mendukung penyintas dalam penyembuhan dan berhubungan kembali dengan warisan leluhur.

3. Kanada dinilai terlalu lama mengakui sejarah kelamnya

ilustrasi bendera Kanada (Unsplash.com/Hermes Rivera)

Sekolah asrama di Kanada dinilai secara efektif melucuti identitas, budaya, dan bahasa. Sekolah akhirnya ditutup pada akhir 1900-an, tapi dampak buruknya masih terasa hingga saat ini.

"Terlalu lama bagi Kanada untuk mengakui sejarahnya, mengakui genosida yang dilakukannya, dan mengakui kerugian kolektif yang ditimbulkan oleh Sekolah Asrama kepada Bangsa kita," kata Garry Feschuk, seorang pemimpin Pribumi dikutip Deutsche Welle.

Dia meminta pemerintah Kanada berjalan bersama kelompok Pribumi untuk berjuang melakukan perbaikan. Penyelesaian gugatan saat ini disebut sebagai langkah awal yang baik.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vanny El Rahman
EditorVanny El Rahman
Follow Us