Pejabat Jepang Dicopot karena Lontarkan Komentar Negatif ke LGBTQ

PM Jepang Fumio Kishida meminta maaf

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida meminta maaf atas komentar diskriminatif yang dibuat oleh salah satu pembantunya pekan lalu. Dia kemudian menegaskan kembali kebijakan pemerintah untuk menghormati keragaman dan menciptakan masyarakat yang inklusif.

"Komentar baru-baru ini yang dibuat oleh ajudan benar-benar bertentangan dengan kebijakan pemerintah, dan kami telah membuat keputusan untuk segera membebaskan dari tugasnya sebagai sekretaris Perdana Menteri," kata Kishida pada Senin (6/2/2023).

“Saya menyesali kesalahpahaman yang mungkin muncul di kalangan masyarakat mengenai arah kebijakan pemerintah, dan saya meminta maaf kepada siapa pun yang mungkin tersinggung karenanya,” tambah dia, dilansir Bloomberg.

1. Sebut ogah tinggal bersebelahan dengan LGBTQ

Pejabat Jepang Dicopot karena Lontarkan Komentar Negatif ke LGBTQilustrasi lgbtq+ (pexels.com/Anna Shvets)

Sekretaris Perdana Menteri, Masayoshi Arai, diberhentikan pada akhir pekan setelah mengatakan kepada wartawan, dalam briefing off-the-record, bahwa dia tidak ingin melihat pasangan sesama jenis bermukim di sebelahnya.

Dia menambahkan, beberapa orang akan meninggalkan negara jika pernikahan sesama jenis diperkenalkan.

Di antara negara-negara demokrasi besar Kelompok Tujuh (G7), Jepang adalah satu-satunya yang tidak memiliki sistem hukum untuk pernikahan sesama jenis, sesuatu yang menurut sejumlah orang menyebabkan masalah di berbagai bidang mulai dari imigrasi, warisan, dan perawatan medis.

Kelompok bisnis juga mengatakan, kurangnya ketentuan tersebut menempatkan Jepang pada posisi yang kurang menguntungkan untuk bersaing di kancah global.

Baca Juga: Paus Sebut LGBTQ Bukan Kejahatan: Kita Semua Anak Tuhan

2. Pemerintahan Kishida diharapkan lebih merangkul keragaman

Pejabat Jepang Dicopot karena Lontarkan Komentar Negatif ke LGBTQPerdana Menteri Jepang, Fumio Kishida. (twitter.com/kishida230)

Pernyataan Arai datang setelah Kishida mengatakan kepada anggota parlemen minggu lalu, bahwa perlu kehati-hatian ekstrem untuk melegalisasi pernikahan sesama jenis. Secara tidak langsung, Kishida juga menyiratkan legalisasi hal itu akan mengarah kepada perubahan negatif.

Partai Demokrat Liberal (LDP), yang telah lama berkuasa dan konservatif, cenderung mendapat dukungan yang lebih kuat di antara para pemilih yang lebih tua, yang menurut jajak pendapat lebih lambat merangkul kelompok LGBTQ.

Menjelang pemilihan terbaru Oktober lalu, enam partai oposisi utama berjanji mendukung undang-undang untuk melindungi orang-orang LGBT di Jepang. Tapi, Kishida bersama partai koalisinya, termasuk LDP, tidak mendukung undang-undang itu.  

“Saya menganggap serius fakta bahwa sekretaris Perdana Menteri telah dicopot dari jabatannya karena komentarnya yang tidak pantas,” kata pemimpin partai Komeito, Natsuo Yamaguchi.

“Saya berharap ada peningkatan gerakan untuk menjelaskan dengan jelas arah masyarakat yang beragam dan inklusif yang dicari oleh pemerintah Kishida, dan bergerak untuk meningkatkan pemahaman tentang LGBT dan masalah lainnya, sambil mendengarkan mereka yang merupakan LGBT,” tambah Yamaguchi.

3. Kelompok tua di Jepang lebih lambat menerima kelompok LGBTQ

Pejabat Jepang Dicopot karena Lontarkan Komentar Negatif ke LGBTQilustrasi LGBTQ (pexels.com/Sharon McCutcheon)

Survei yang dilakukan oleh surat kabar Mainichi dan Universitas Saitama, dari November 2021 hingga Januari 2022, menemukan bahwa 71 persen responden berusia 18 hingga 29 tahun mengatakan pernikahan sesama jenis harus diakui secara hukum. Jumlahnya turun menjadi 25 persen untuk mereka yang berusia 70 tahun atau lebih.

Pemerintah daerah, termasuk Tokyo, telah berusaha untuk memberikan dukungan dengan menawarkan sistem pendaftaran kemitraan, meskipun hal ini tidak memiliki kekuatan hukum dan masih membuat pasangan sesama jenis menghadapi masalah karena kurangnya pengakuan atas hubungan mereka.

Kelompok kesetaraan pernikahan juga mengejar serangkaian kasus melalui pengadilan Jepang, menuntut ganti rugi yang timbul dari kurangnya hak untuk pasangan sesama jenis, dikutip dari The Straits Times.

Baca Juga: Paus Fransiskus Tegaskan LGBTQ Dosa tapi Bukan Tindakan Kriminal

Andi IR Photo Verified Writer Andi IR

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya