AS Setop Kirim Senjata ke Ukraina, Rusia: Permulus Perdamaian

Jakarta, IDN Times - Juru Bicara Kepresidenan Rusia Dmitry Peskov, pada Selasa (4/3/2025), mengatakan bahwa penangguhan bantuan militer Amerika Serikat (AS) ke Ukraina dapat mempercepat proses perdamaian.
Belakangan ini, hubungan bilateral AS-Rusia terus membaik setelah dialog di Arab Saudi. Di sisi lain, hubungan AS-Ukraina justru berada di titik terendah menyusul perselisihan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih.
1. Sebut pembekuan bantuan akan memaksa Ukraina ikut dialog damai
Peskov mengungkapkan, pembekuan bantuan militer dari AS ke Ukraina akan memaksa Kiev untuk bersedia ikut dalam negosiasi damai dengan Rusia.
"Jika AS menghentikan bantuan persenjataan ke Ukraina, ini menjadi kontribusi terbaik untuk perdamaian. Ini adalah solusi untuk benar-benar mendorong rezim Kiev untuk berundind dan mengikuti proses perdamaian," tuturnya, dikutip Kyiv Post.
Ia menambahkan bahwa Rusia masih akan melihat bagaimana situasi di lapangan. Ia menyebut, selama ini AS yang menjadi penyuplai persenjataan terbesar ke Ukraina setelah invasi skala besar Rusia di Ukraina.
Namun, Peskov menyebut masih ada persenjataan AS yang sedang dalam perjalanan ke Ukraina sebelum ditetapkannya pembekuan bantuan. Senjata tersebut kemungkinan sudah berada di zona transit logistik di Polandia.
2. Rusia khawatirkan perselisihan Trump-Zelenskyy
Sejumlah pejabat dan diplomat Rusia mengaku khawatir terhadap perselisihan Zelenskyy dan Trump. Mereka menyebut bahwa perselisihan keduanya akan berdampak pada semakin lamanya proses perdamaian.
"Kami (Rusia) menghargai Trump yang berupaya menyelesaikan konflik di Ukraina. Jika isu tersebut masih jadi agenda, maka seluruh agenda tersebut harus dipertanyakan. Apa yang harus dipertanyakan?" tuturnya, dilansir dari The Moscow Times.
Salah seorang diplomat Rusia menyebut Trump sebagai sosok yang menganggap dirinya mampu menyelesaikan segala permasalahan. Namun, jika Ukraina tidak setuju dengan ini, maka seluruh formula perdamaian tidak akan berarti.
3. Klaim Zelenskyy tidak menginginkan perdamaian
Pekan lalu, Peskov menuding Zelenskyy tidak menginginkan perdamaian setelah berseteru dengan Trump dan Wakil Presiden AS JD Vance di Gedung Putih.
"Dia tidak ingin damai. Seseorang harus memaksanya berdamai. Jika Eropa dapat melakukannya, maka saya menghargai langkah tersebut. Insiden perselisihan Trump dan Zelenskyy di Gedung Putih menunjukkan kurangnya kemampuan diplomatiknya," terangnya.
Ia menyebut bahwa pemimpin Eropa harus memuluskan semua perselisihan dan mendorong Zelenskyy untuk berdialog. Peskov mengklaim upaya dari AS saja tidak cukup dan kesiapan Rusia tidak cukup untuk mengakhiri perang di Ukraina.
Ia menggambarkan bahwa situasi saat ini cukup kompleks karena kolektif Barat mulai kehilangan persatuannya. Sementara, ia menyebut Rusia akan terus melancarkan operasi militernya untuk mencapai tujuannya sejak awal.