Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

AS Tegaskan Tak Ada Awan Nuklir dari Uji Coba Senjata Perintah Trump

ilustrasi ledakan yang diakibatkan oleh uji coba senjata nuklir (commons.wikimedia.org/United States Department of Energy)
ilustrasi ledakan yang diakibatkan oleh uji coba senjata nuklir (commons.wikimedia.org/United States Department of Energy)
Intinya sih...
  • Pengujian tidak melibatkan bahan nuklir
  • Perintah Trump akhiri moratorium 33 tahun
  • Reaksi Rusia akan perintah Trump
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Menteri Energi Amerika Serikat Chris Wright menegaskan, tidak akan ada ledakan nuklir atau awan cendawan dari uji coba senjata yang diperintahkan oleh Presiden Donald Trump. Menurutnya, kegiatan tersebut hanya sebatas pengujian sistem nonkritis untuk memastikan kesiapan teknis senjata nuklir AS.

Pernyataan itu disampaikan Wright dalam wawancara dengan Fox News pada Minggu (2/11/2025), setelah muncul laporan bahwa Trump memerintahkan Departemen Pertahanan untuk memulai kembali uji coba senjata nuklir yang sudah berhenti selama lebih dari tiga dekade.

“Saya rasa uji coba yang dibicarakan saat ini adalah pengujian sistem. Ini bukan ledakan nuklir. Ini yang kami sebut ledakan nonkritis,” jelas Wright, dikutip dari Anadolu, Senin (3/11/2025).

Ia menambahkan, pengujian tersebut hanya mencakup pemeriksaan komponen dan sistem pemicu senjata untuk memastikan bahwa mekanisme dan geometri perangkat nuklir bekerja dengan benar.

“Ini bukan sesuatu yang membuat penduduk gurun Nevada khawatir akan melihat awan cendawan di langit,” ujarnya menegaskan. Penjelasan ini datang di tengah meningkatnya kekhawatiran internasional soal potensi perlombaan senjata nuklir baru, terutama setelah Rusia memberi sinyal siap menggelar uji coba serupa.

1. Pengujian tidak melibatkan bahan nuklir

Perjanjian 1996, larangan semua ledakan nuklir termasuk uji coba senjata nuklir (dok.Rusian News Agency (TASS))
Perjanjian 1996, larangan semua ledakan nuklir termasuk uji coba senjata nuklir (dok.Rusian News Agency (TASS))

Wright menegaskan, pengujian ini tidak melibatkan detonasi bahan nuklir yang bisa menghasilkan ledakan besar atau radiasi. Kegiatan yang dilakukan lebih ke arah teknis, seperti memeriksa stabilitas sistem dan memastikan perangkat berfungsi sesuai desain.

Jenis uji ini disebut nonkritis, karena tidak menimbulkan reaksi berantai dari material fisik yang menyebabkan ledakan nuklir.

“Yang kami lakukan hanyalah memastikan semua komponen bekerja sebagaimana mestinya tanpa menghasilkan ledakan,” kata Wright.

Pejabat energi AS lainnya juga menekankan bahwa pengujian seperti ini rutin dilakukan oleh laboratorium nasional untuk menjaga kesiapan arsenal nuklir tanpa melanggar perjanjian internasional.

Langkah ini disebut penting agar AS tetap bisa mempertahankan posisi strategisnya di tengah meningkatnya ketegangan global, tanpa harus melakukan uji coba penuh yang berpotensi memicu reaksi internasional.

2. Perintah Trump akhiri moratorium 33 tahun

WhatsApp Image 2025-09-23 at 9.13.06 PM (1).jpeg
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump sedang menyampaikan pidatonya di General Assembly Hall, New York, Selasa (23/9/2025). (IDN Times/Marcheilla Ariesta)

Perintah Presiden Donald Trump ini menandai potensi berakhirnya moratorium uji coba senjata nuklir AS yang telah berlangsung selama 33 tahun sejak 1992.

Sebelumnya, pemerintahan-pemerintahan di Washington menahan diri dari melakukan uji coba karena menghormati Perjanjian Pelarangan Uji Coba Nuklir Komprehensif (CTBT), meskipun AS belum meratifikasinya.

Namun, Trump berulang kali menegaskan bahwa AS tidak akan ‘diam saja’ sementara negara lain mengembangkan kemampuan nuklir mereka.

Langkah ini dipandang sebagai upaya Trump untuk menunjukkan ketegasan terhadap Rusia, China, dan Korea Utara, yang dalam beberapa tahun terakhir terus meningkatkan uji coba rudal dan sistem senjata strategis mereka.

Pakar hubungan internasional menilai bahwa keputusan ini, meski bersifat simbolis, tetap berisiko meningkatkan ketegangan dan memperlemah upaya global menuju perlucutan senjata nuklir.

3. Reaksi Rusia akan perintah Trump

Menteri Pertahanan Federasi Rusia, Sergey Shoygu. twitter.com/mod_russia
Menteri Pertahanan Federasi Rusia, Sergey Shoygu. twitter.com/mod_russia

Beberapa jam setelah kabar perintah Trump muncul, Rusia langsung merespons. Kepala Dewan Keamanan Rusia, Sergey Shoygu, mengatakan Moskow akan melakukan uji coba senjata nuklir jika negara lain, termasuk AS, benar-benar memulainya terlebih dahulu.

“Jika ada negara lain yang melakukan uji coba senjata nuklir, Rusia akan menanggapi dengan langkah yang sama,” ujar Shoygu.

Pernyataan itu memperkuat kekhawatiran akan perlombaan senjata nuklir baru, terutama di tengah hubungan yang semakin dingin antara Moskow dan Washington.

Meski begitu, Rusia menegaskan bahwa sejauh ini mereka hanya melakukan uji coba pada rudal jelajah dan torpedo bertenaga nuklir, bukan ledakan senjata nuklir aktif. Para pengamat memperingatkan bahwa jika kedua negara benar-benar melanjutkan uji coba nuklir, dunia bisa kembali ke era ketegangan seperti masa Perang Dingin.

Share
Topics
Editorial Team
Sunariyah Sunariyah
EditorSunariyah Sunariyah
Follow Us

Latest in News

See More

2 Jam Menghadap Prabowo, Jonan: Puji Tuhan Dengar Masukan Saya

03 Nov 2025, 21:34 WIBNews