Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Biden: Jatuhnya Assad adalah Momen Keadilan bagi Warga Suriah  

Presiden Amerika Serikat, Joe Biden. (commons.wikimedia.org/Office of the President of the United States)
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden. (commons.wikimedia.org/Office of the President of the United States)

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyebut kejatuhan rezim Bashar al-Assad di Suriah sebagai momen keadilan setelah puluhan tahun penindasan. Namun, peristiwa bersejarah ini juga dikhawatirkan membawa risiko ketidakpastian bagi kawasan Timur Tengah.

Pernyataan tersebut disampaikan Biden dari Gedung Putih beberapa jam setelah kelompok pemberontak mengambil alih kendali negara itu pada Minggu (8/12/2024). Media pemerintah Rusia melaporkan Assad telah melarikan diri ke Moskow bersama keluarganya dan telah mendapat suaka.

Biden mengingatkan rezim Assad bertanggung jawab atas kematian ratusan ribu warga sipil selama perang saudara berkepanjangan. Biden menyatakan pihaknya akan bekerja sama dengan mitra AS di Suriah untuk memastikan keamanan kawasan tersebut.

"Jatuhnya rezim ini adalah wujud keadilan. Ini adalah momen bersejarah bagi rakyat Suriah yang telah lama menderita untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi negara mereka. Namun, ini juga momen yang penuh risiko dan ketidakpastian," ujar Biden, dilansir New York Times. 

1. Rezim Assad jatuh karena dukungan sekutunya melemah

Biden mengklaim jatuhnya Assad merupakan hasil dari upaya AS dan sekutunya melemahkan pendukung utama Suriah. Presiden AS itu menyebut dukungan dari Rusia, Iran, dan Hizbullah runtuh karena mereka kini lebih lemah dibanding saat dia mulai menjabat.

Pemerintahan Biden menilai bantuan militer dan dukungan diplomatik AS kepada Ukraina telah membuat pasukan Rusia terjebak di Eropa. Tindakan tersebut diyakini telah berperan menghancurkan Hizbullah di Lebanon dan menggagalkan dua serangan Iran ke Israel.

Melansir AP, Trump turut berkomentar melalui media sosialnya bahwa Assad jatuh lantaran Putin tidak lagi tertarik melindunginya. Presiden terpilih AS itu mendesak agar segera dilakukan gencatan senjata di Ukraina.

Biden berjanji mengirim pejabat AS ke Timur Tengah serta akan berbicara langsung dengan para pemimpin kawasan dalam beberapa hari ke depan. Seorang pejabat senior AS meluruskan bahwa negaranya tidak berencana mendikte masa depan Suriah.

"Masa depan akan ditulis oleh rakyat Suriah sendiri," kata pejabat tersebut, dilansir Reuters. 

2. AS waspadai kelompok oposisi Suriah

Kelompok oposisi utama yang menggulingkan Assad dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS). Kelompok ini pernah berafiliasi dengan Al-Qaeda dan masih dianggap sebagai organisasi teroris oleh pemerintah AS meski telah putus hubungan.

AS telah bertukar pesan dengan kelompok pemberontak melalui pemerintah Turki dalam beberapa hari terakhir. Pesan tersebut memperingatkan mereka agar tidak bekerja sama dengan militan ISIS. Para pemberontak memberikan jaminan melalui Turki bahwa mereka tidak berniat mengizinkan ISIS menjadi bagian dari gerakan mereka.

Pemerintahan Biden kini tengah mempertimbangkan sejauh mana keterlibatan langsung mereka dengan kelompok oposisi Suriah ke depan. Analis intelijen dan pembuat kebijakan AS berupaya menentukan apakah kelompok-kelompok tersebut telah berubah secara substansial.

"Kami mencatat pernyataan dari para pemimpin kelompok pemberontak ini dalam beberapa hari terakhir dan mereka mengatakan hal yang benar saat ini. Namun saat mereka mengambil tanggung jawab lebih besar, kami akan menilai tidak hanya kata-kata mereka tetapi juga tindakan mereka," ujar Biden.

Pejabat senior AS mengakui pihaknya diizinkan berbicara dengan HTS dan pemimpinnya meski masuk dalam daftar teroris. Namun, pihak AS tidak diperbolehkan memberikan dukungan material kepada mereka.

3. AS akan mengamankan senjata kimia rezim Assad

AS memiliki sekitar 900 pasukan di Suriah yang bekerja sama dengan kelompok Kurdi di wilayah timur laut yang dikuasai oposisi. Kehadiran militer ini akan terus berlanjut dengan fokus mencegah kebangkitan kembali ISIS di kawasan tersebut.

Biden mengungkapkan pasukan AS telah melakukan serangan udara presisi terhadap kamp dan operasi ISIS di Suriah pada Minggu (8/12/2024). Serangan tersebut menghantam lebih dari 75 target ISIS menggunakan pesawat pembom B-52, jet tempur F-15, dan pesawat A-10.

AS juga akan fokus mengamankan senjata kimia yang sebelumnya berada di bawah kendali pemerintah Assad. Upaya pengamanan ini akan dilakukan tanpa melibatkan pasukan AS di lapangan.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken memastikan negaranya mendukung pergantian kepemimpinan di Suriah secara damai. AS meminta semua pihak menjaga keselamatan warga sipil, khususnya kelompok minoritas di Suriah sambil tetap patuh pada aturan perang internasional.

Melansir CNN, pejabat militer AS mengingatkan semua organisasi di Suriah bahwa mereka akan dimintai pertanggungjawaban jika bekerja sama atau mendukung ISIS. Jenderal Erik Kurilla dari Komando Pusat AS menyatakan pihaknya tidak akan membiarkan ISIS memanfaatkan situasi saat ini untuk bangkit kembali.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Leo Manik
EditorLeo Manik
Follow Us