Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Jerman Tangguhkan Permohonan Suaka Warga Suriah Usai Assad Lengser

bendera Jerman (unsplash.com/Maheshkumar Painam)
bendera Jerman (unsplash.com/Maheshkumar Painam)

Jakarta, IDN Times - Jerman telah memutuskan untuk menangguhkan seluruh permohonan suaka dari warga negara Suriah usai tergulingnya Presiden Bashar al-Assad pada akhir pekan.

Juru bicara Kementerian Dalam Negeri, pada Senin (9/12/2024), mengatakan bahwa Kantor Federal untuk Migrasi dan Pengungsi Jerman (BAMF) tidak akan memproses permintaan suaka sampai ada kejelasan lebih lanjut mengenai perkembangan politik di Suriah, yang baru saja pulih dari perang saudara selama 13 tahun.

Menurut data BAMF, Suriah merupakan negara pencari suaka terbanyak di Jerman pada 2024, dengan 72.420 permohonan suaka diajukan pada akhir November. Dari jumlah tersebut, sekitar 47.270 permohonan masih belum diputuskan.

1. Anggota partai CDU desak Jerman segera pulangkan warga Suriah

Pada Senin, anggota senior dari partai oposisi Persatuan Demokrat Kristen (CDU) mendesak Jerman untuk mulai memulangkan warga Suriah ke tanah air mereka secara massal.

CDU sendiri memimpin dalam jajak pendapat menjelang pemilihan federal pada Februari 2025. Janji kampanye mereka mencakup tindakan keras terhadap migrasi tidak teratur dan peningkatan deportasi.

"Saya yakin akan ada penilaian ulang terhadap situasi di Suriah dan, dengan demikian, juga penilaian ulang mengenai siapa yang diizinkan mencari perlindungan di negara kita dan siapa yang tidak," kata Jurgen Hardt, anggota parlemen CDU.

Sementara itu, rekan satu partainya, Jens Spahn, menyarankan agar Jerman menyewa pesawat dan menawarkan 1.000 euro (sekitar Rp16 juta) kepada setiap warga Suriah yang kembali ke negaranya.

Dilansir dari Reuters, lebih dari 800 ribu orang berkewarganegaraan Suriah tinggal di Jerman. Sebagian besar dari mereka tiba pada 2015 dan 2016, menyusul keputusan mantan Kanselir Angela Merkel yang mengizinkan lebih dari 1 juta pencari suaka memasuki negara Eropa tersebut.

2. Akan banyak orang berada dalam ketidakpastian

Tareq Alaows, juru bicara kelompok advokasi pengungsi Pro Asyl, mengatakan bahwa keputusan untuk menghentikan pemrosesan permohonan suaka akan membuat orang-orang berada dalam ketidakpastian selama berbulan-bulan. Hal ini juga dapat membahayakan integrasi mereka ke dalam masyarakat Jerman, dan memicu rasa takut serta ketidakpastian.

Ia mengungkapkan bahwa situasi politik di Suriah masih belum aman dan stabil, serta tindakan dari komunitas internasional diperlukan untuk menciptakan jalan menuju demokrasi.

"Spahn terlibat dalam upaya kampanye pemilu murah untuk memenangkan suara di masyarakat sayap kanan," kata Alaows kepada Al Jazeera.

Sementara itu, juru bicara Kementerian Dalam Negeri Jerman mengungkapkan bahwa belum jelas apakah akan ada pergerakan pengungsi masuk atau keluar dari Suriah. Kementerian disebut belum menilai apakah negara tersebut aman bagi pengungsi untuk kembali atau sebagai tujuan deportasi.

3. Warga Suriah di Jerman rayakan berakhirnya rezim Assad

Pada Minggu (8/12/2024), Kanselir Olaf Scholz dan Menteri Luar Negeri Annalena Baerbock menyambut baik berakhirnya pemerintahan Assad.

“Rakyat Suriah berhak mendapatkan masa depan yang lebih baik. Mereka telah melalui hal-hal yang mengerikan. Seluruh generasi tumbuh dalam perang, kesulitan dan kekurangan kemanusiaan, terancam oleh pengungsian terus-menerus,” tulis Baerbock di media sosial X.

Di berbagai kota di Jerman, ribuan warga Suriah merayakan tumbangnya rezim Assad sepanjang akhir pekan. Di distrik Neukolln dan Kreuzberg di Berlin, mobil-mobil yang dihiasi bendera oposisi Suriah berkeliling sambil membunyikan klakson, sementara orang-orang berkumpul untuk bernyanyi dan meneriakkan yel-yel hingga larut malam.

Mohammad al Masri, salah satu partisipan, bahkan sudah mencoba mencari penerbangan dari Berlin ke Damaskus. Pria berusia 32 tahun itu telah tinggal di Jerman selama hampir 1 dekade.

"Banyak orang meninggal hanya karena mereka keluar dan menyerukan kebebasan. Sekarang, saya bisa melihatnya, kami akhirnya mewujudkan impian kami. Saya bisa kembali ke rumah, akhirnya bertemu dengan orang tua saya, bertemu dengan teman-teman saya, tidur di kamar saya lagi, merasakan udara, suasana tanah air saya," ungkapnya.

Rana, yang ikut serta dalam protes terhadap Assad di Damaskus pada 2011, juga berharap dapat mengunjungi kampung halamannya di Qamishli sesegera mungkin. Seperti banyak warga Suriah lainnya, dia berharap Assad akan dimintai pertanggungjawaban atas kekejaman yang ia lakukan di bawah pemerintahannya.

“Kami menginginkan keadilan. Kami ingin dia diadili di ICC (Pengadilan Kriminal Internasional) karena dia adalah penjahat perang, dan kami akan menangkapnya, Insya Allah," kata perempuan berusia 34 tahun itu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fatimah
EditorFatimah
Follow Us