Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bunuh Diri Meningkat di Korsel selama Pandemik, Terbanyak Anak Muda

depresi (unsplash.com/Malicki M Beser)

Jakarta, IDN Times - Hampir 40 ribu orang di Korea Selatan melakukan bunuh diri selama tiga tahun masa pandemi COVID-19. Tingkat bunuh diri meningkat di kalangan generasi muda.

Data Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan serta Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea pada Rabu (11/10/2023), menunjukkan bahwa sebanyak 39.453 orang meninggal karena bunuh diri dari 2020 hingga 2022

Angka ini lebih tinggi dibandingkan 32.156 kematian akibat COVID-19, termasuk gagal napas yang disebabkan oleh virus corona dan penyakit penyerta lainnya, yang tercatat pada periode yang sama.

1. Jumlah kasus bunuh diri di kalangan anak muda terus meningkat

ilustrasi orang depresi (unsplash.com/M.)

Meskipun kasus bunuh diri telah sedikit menurun selama lima tahun terakhir, namun tingkat bunuh diri di kalangan remaja dan mereka yang berusia 20-an tahun dilaporkan terus meningkat.

Angka bunuh diri remaja naik dari 5,8 pada 2018 menjadi 7,2 pada 2022, sedangkan angka bunuh diri remaja berusia 20-an naik dari 17,6 menjadi 21,4 pada periode yang sama.

Peningkatan angka bunuh diri selama pandemi COVID-19 telah diamati secara global. Menurut sebuah laporan dari Pusat Statistik Kesehatan Nasional Amerika Serikat (AS) yang melacak tingkat bunuh diri di AS, meningkatnya angka bunuh diri selama pandemi dapat merujuk pada kembalinya pemicu stres lama yang tertekan oleh keadaan yang tidak biasa, seperti lockdown dan kegiatan sekolah atau pekerjaan jarak jauh.

2. Pemerintah harus menyatakan bunuh diri sebagai bencana nasional

Ilustrasi perempuan yang mengalami depresi (unsplash.com/Sydney Sims)

Korea Selatan sendiri memiliki tingkat bunuh diri tertinggi di antara 34 negara anggota Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) yang disurvei. Negara itu telah menduduki posisi teratas sejak 2003.

“Pemerintah harus menyatakan bunuh diri sebagai bencana nasional dan melakukan upaya sekuat tenaga untuk melawannya,” kata Baek Jong-hean dari Partai Kekuatan Rakyat yang berkuasa. Ia juga merupakan anggota Komite Kesehatan dan Kesejahteraan Majelis Nasional.

3. Tingginya kesenjangan di masyarakat Korea adalah salah satu penyebab depresi

ilustrasi depresi (pexels.com/Pixabay)

Menurut Kim Jae-woo, profesor sosiologi di Universitas Nasional Cheonbuk, meningkatnya kesenjangan dan rasa tidak berdaya termasuk beberapa faktor yang berkontribusi pada tingginya kasus bunuh.

“Terlepas dari Covid-19, kesenjangan semakin dalam di masyarakat Korea. Rasa kekurangan, kecemasan akan masa depan, stres dan depresi berasal dari masalah ini," kata Kim, dikutip Korea JoongAng Daily.

Ia juga mengungkapkan bahwa tingginya prevalensi depresi di Korea merupakan masalah struktural.

“Kaum muda Korea paling dirugikan oleh pasar tenaga kerja karena berkurangnya lapangan kerja baru dan meningkatnya PHK serta lapangan kerja sementara. Kesulitan ekonomi seperti utang semakin memburuk.”

Untuk mencegah bunuh diri, Kim mengatakan bahwa pemerintah harus membuat perubahan kebijakan dan intervensi yang lebih mendasar.

“Pemerintah tidak hanya perlu meningkatkan jumlah lapangan kerja, namun juga meningkatkan kualitas kesempatan kerja. Selain itu, diperlukan pula bantuan dalam aspek perumahan, kesejahteraan, dan sosial budaya. Kebijakan juga harus dikategorikan agar sesuai dengan kebutuhan spesifik berbagai jenis generasi muda Korea, seperti mereka yang hidup sendiri," ujarnya.

Mari bersama cegah perilaku bunuh diri.

Bunuh diri merupakan masalah kesehatan jiwa serius yang sering diabaikan masyarakat. Jika kamu membutuhkan pertolongan atau mengenal seseorang yang membutuhkan bantuan, kamu bisa menghubungi layanan konseling pencegahan bunuh diri, di nomor telepon gawat darurat (emergency) hotline (021) 500–454 atau 119, bebas pulsa.

Menurut data dari Kementerian Kesehatan RI, saat ini sudah terdapat lebih dari 3.000 Puskesmas yang memiliki layanan kesehatan jiwa. Kamu bisa menghubungi atau langsung mendatangi Puskesmas terdekat untuk mengetahui apakah mereka melayani kesehatan jiwa. Bagi pemegang BPJS, konsultasi kejiwaan di Puskesmas tidak dikenakan biaya alias gratis. Jika belum memiliki BPJS, kamu tetap bisa berkonsultasi dengan biaya administrasi sebesar Rp5.000.

Selain itu, Kemenkes RI juga menyiapkan 5 RS jiwa rujukan yang dilengkapi dengan layanan konseling kesehatan jiwa dan pencegahan bunuh diri. RS jiwa tersebut ialah:

  • RSJ Amino Gondohutomo Semarang, nomor telepon (024) 6722565
  • RSJ Marzoeki Mahdi Bogor, nomor telepon (0251) 8324024, 8324025, 8320467
  • RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta, nomor telepon (021) 5682841
  • RSJ Prof Dr Soerojo Magelang, nomor telepon (0293) 363601
  • RSJ Radjiman Wediodiningrat Malang, nomor telepon (0341) 423444

NGO Indonesia pencegahan bunuh diri:

  • Jangan Bunuh diritelp: (021) 9696 9293email: janganbunuhdiri@yahoo.com
  • Organisasi INTO THE LIGHT message via page FB: Into The Light Indonesia (@IntoTheLightID)direct message via Twitter: @IntoTheLightID
  • Kementerian Kesehatan Indonesia telp: (021) 500454
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us