China Serius Pulihkan Kehidupan Hutan, Habitat Burung Kembali Layak

- Pemulihan hutan menambah habitat dan redam dampak iklim.
- Rentang tahun 2000–2020 menunjukkan hampir tiga perempat spesies burung meraih tambahan ruang hidup, terutama jenis yang mudah beradaptasi.
- Perluasan ruang hijau China capai ratusan juta hektare
Jakarta, IDN Times – Tim ekologi China pada Jumat (5/12/2025) merilis temuan riset yang menunjukkan pemulihan hutan nasional sanggup memperbesar ruang hidup hingga 73,6 persen spesies burung hutan. Mereka menilai 402 burung penetap sebagai indikator, memadukan citra satelit dengan laporan masyarakat, lalu menjalankan model ceruk ekologi yang mengisolasi dampak iklim. Kajian yang dipublikasikan Nature Communications itu menegaskan pemulihan hutan memberi dorongan kuat bagi keberadaan burung.
Dilansir dari Global Times, China selama dua dekade terakhir berhasil membalik kerusakan hutan lewat program besar seperti perlindungan hutan alam dan Program Grain for Green hingga menghasilkan kenaikan bersih sekitar 21.800 kilometer persegi.
Perbaikan itu disertai kualitas hutan yang makin padat, pohon lebih menjulang, petaknya saling terhubung, serta struktur pepohonan makin berlapis. Perubahan tersebut membuat habitat burung menjadi lebih layak untuk dihuni.
1. Pemulihan hutan menambah habitat dan redam dampak iklim

Rentang 2000–2020 menunjukkan hampir tiga perempat spesies burung meraih tambahan ruang hidup, terutama jenis yang mudah beradaptasi. Upaya pemulihan juga terbukti mampu menahan sebagian pengaruh perubahan iklim terhadap habitat burung.
Hutan alam dan hutan tanaman sama-sama efektif memulihkan keanekaragaman hayati, dengan tutupan pohon dan kerumitan tajuk menjadi penentu utama keberhasilan.
2. Perluasan ruang hijau China capai ratusan juta hektare

Dilansir dari CGTN, sepanjang 2024, China menambah tutupan hijau lewat penanaman pohon di lahan 4,45 juta hektare hingga membuat total tutupan hutan melampaui 25 persen dengan cadangan kayu lebih dari 20 miliar meter kubik. Lahan yang telah dihijaukan melewati 773 juta hektare dan menempatkan China sebagai negara dengan perluasan ruang hijau terbesar. Udara bersih kini tercatat pada 87,2 persen hari dalam satu tahun, sedangkan perairan permukaan yang berkualitas baik mencapai 90,4 persen.
Di periode yang sama, lebih dari 5 juta hektare lahan berhasil dipulihkan dan diamankan. Sebanyak 3,22 juta hektare padang rumput kembali direvitalisasi, 2,78 juta hektare kawasan terdampak penggurunan dan karst diperbaiki, dan sabuk hijau sepanjang lebih dari 3 ribu kilometer menjadi pelindung Gurun Taklimakan di Xinjiang.
Hingga 2023, penyerapan karbon tahunan China melampaui 1,2 miliar ton. Lebih dari 200 kota menyandang predikat Kota Hutan Nasional, penghijauan desa melewati 32 persen, dan Beijing, Distrik Ninghe di Tianjin, serta tujuh wilayah lain meraih gelar Kota Menawan Keanekaragaman Hayati dalam Konferensi Para Pihak ke-16 (COP16) Konvensi PBB tentang Keanekaragaman Hayati.
3. Proyek penghijauan raksasa mengubah lanskap utara China

Program Sabuk Penahan Tiga Utara yang berjalan sejak 1978 masih memegang status proyek penghijauan terbesar dunia dengan misi membendung perluasan gurun di barat laut, utara, dan timur laut China. Pemerintah mengalokasikan 32 miliar yuan China dan sekitar 4,4 miliar dolar AS (setara Rp73,26 triliun) untuk 287 proyek ekologi serta 58 kebun bibit yang memungkinkan rehabilitasi 3,8 juta hektare lahan.
Satu dekade terakhir, kawasan Beijing–Tianjin–Hebei mencatat peningkatan signifikan dengan penambahan hutan lebih dari 13 ribu hektare di Beijing, lebih dari 300 hektare di Tianjin, serta lebih dari 425 ribu hektare di Hebei. Perkembangan ini mengurangi frekuensi badai debu, menjernihkan udara, dan menghidupkan kembali keanekaragaman hayati setempat.
Pendekatan penghijauan China kini lebih terarah dengan pemilihan jenis pohon yang sesuai iklim dan kondisi tanah berdasarkan kajian ilmiah. Penerapan ini membuat hutan lebih tangguh dan stabil. Upaya yang mengutamakan keanekaragaman hayati tersebut meningkatkan mutu hutan, memperbesar penyerapan karbon, menekan erosi tanah, dan memperbaiki cadangan air.


















