Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Demi Akur dengan Erdogan, Swedia Ekstradisi 'Teroris' Turki

ilustrasi bendera Swedia (Pixabay.com/Unif)

Jakarta, IDN Times - Swedia telah mengekstradisi seorang pria Turki pada Sabtu (3/12/2022). Dia dituduh terkait dengan kelompok militan yang dinilai sebagai kelompok teroris. Turki segera menangkap pria yang disebut bernama Mahmut Tat tersebut.

Sejak Swedia mengajukan proposal bergabung dengan NATO, Turki telah meminta agar Stockholm mengekstradisi tersangka teroris yang melarikan diri ke negara itu.

Keanggotaan NATO membutuhkan persetujuan dari semua anggota dan Turki bisa menyetujuinya jika memenuhi syarat seperti menyerahkan tersangka teroris yang berlindung di Swedia.

1. Tersangka dijatuhi hukuman penjara lebih dari enam tahun

ilustrasi (Unsplash.com/ Niu Niu)

Mahmut Tat, pria Turki yang diekstradisi dari Swedia, disebut anggota dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dilarang Turki. Dia dijatuhi hukuman lebih dari enam tahun penjara karena jadi anggota partai terlarang tersebut.

Melansir Deutsche Welle, Tat berhasil melarikan diri ke Swedia dan mengajukan suaka. Namun permintaan tersebut ditolak oleh otoritas Swedia.

Tat kemudian diekstradisi ke Turki. Dia tiba di Istanbul pada Jumat malam melalui sebuah penerbangan. Pihak kepolisian Turki kemudian manahan lelaki tersebut.

2. Kasus permohonan suaka yang ditolak

Pemerintah Swedia memberikan konfirmasi atas ekstradisi tersebut namun mereka tidak menyebutkan identitasnya. Menteri Migrasi Swedia, Maria Malmer Stenergard, menjelaskan bahwa ini adalah kasus permohonan suaka yang ditolak, kutip Associated Press.

Pria yang diketahui bernama Mahmut Tat itu tinggal di bagian barat Swedia dan bekerja di industri restoran.

Ekstradisi ini menjadi salah satu poin penting dalam aksesi Swedia dalam keanggotaan NATO. Turki adalah satu-satunya anggota aliansi tersebut yang menentang Swedia menjadi anggota NATO, karena menganggap negara itu menyembunyikan orang-orang dari kelompok Kurdi.

3. Swedia dan Finlandia membuat kemajuan menuju keanggotaan NATO

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan (Twitter.com/Recep Tayyip Erdogan)

Invasi Rusia ke Ukraina telah mengancam keamanan Eropa secara keseluruhan. Swedia dan Finlandia, dua negara Nordik yang netral selama puluhan tahun, akhirnya memutuskan untuk bergabung NATO karena merasa terancam.

Namun, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menentang keanggotaan dua negara Nordik karena dinilai menutup mata terhadap terorisme.

Turki memberi syarat supaya negaranya dapat menerima dua negara Nordik bergabung di NATO. Salah satu syaratnya adalah mengekstradisi tersangka teroris ke Turki. Mereka umumnya adalah anggota PKK yang dianggap sebagai organisasi terlarang.

Melansir Reuters, pada Sabtu, Ankara mengatakan bahwa Swedia atau Finlandia telah membuat kemajuan menuju keanggotaan NATO. Namun, keduanya masih perlu berbuat lebih banyak untuk memenuhi tuntutan Turki menangani kelompok militan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vanny El Rahman
EditorVanny El Rahman
Follow Us