Dirumorkan Tertunda, Pembebasan Sandera oleh Hamas Bakal Berlanjut

- Hamas menegaskan pembebasan sandera akan dilanjutkan jika Israel mematuhi gencatan senjata
- Israel dianggap melanggar perjanjian dengan mencegah kembalinya warga terlantar dan menghalangi bantuan kemanusiaan
- Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengancam akan membatalkan gencatan senjata jika sandera tak kunjung dibebaskan
Jakarta, IDN Times – Hamas mengatakan bahwa jadwal pembebasan sandera yang masih ditahan di Gaza akan tetap berlanjut. Namun, dengan syarat Israel harus mematuhi gencatan senjata sesuai dengan yang disepakati.
“Pendudukan (Israel) telah melanggar perjanjian berkali-kali, baik dengan mencegah kembalinya orang-orang terlantar atau menghalangi masuknya bantuan kemanusiaan,” kata juru bicara Hamas, Abdul Latif al-Qanoua, dilansir Anadolu.
Qanoua mengatakan ada tanda-tanda positif mengenai komitmen Israel terhadap perjanjian gencatan senjata. Namun, kata dia, jika Israel sama sekali tak berniat mematuhi gencatan senjata, maka pembebasan sandera akan dibatalkan.
1. Hamas siap bebaskan sandera setelah bertemu mediator
Dalam sebuah pernyataan, Hamas mengatakan bahwa langkah tersebut diambil setelah pembicaraan dengan mediator Mesir dan Qatar yang berjanji untuk bekerja guna menghilangkan hambatan dan mengisi kesenjangan.
”Hamas akan terus melaksanakan perjanjian Gaza sesuai dengan apa yang telah ditandatangani, termasuk pertukaran tahanan sesuai dengan jadwal yang ditentukan,” tambahnya.
Kelompok Palestina itu mengatakan pada Senin (10/2/2025) bahwa mereka akan menunda pembebasan sandera berikutnya sebagai tanggapan atas pelanggaran Israel terhadap perjanjian gencatan senjata.
Pemerintah Palestina telah mencatat serangkaian pelanggaran Israel terhadap kesepakatan tersebut, termasuk penembakan terhadap warga sipil dan penolakan akses terhadap bahan bantuan, seperti tenda dan karavan untuk warga sipil yang mengungsi di Gaza.
2. Netanyahu dan Trump ancam akan batalkan gencatan senjata

Merespons pernyataan Hamas pada Senin, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengancam akan membatalkan kesepakatan gencatan senjata jika semua sandera tak kunjung dibebaskan hingga Sabtu siang.
“Jika Hamas tidak mengembalikan sandera kami paling lambat Sabtu siang, gencatan senjata akan berakhir, dan tentara Israel akan kembali melakukan pertempuran sengit hingga Hamas akhirnya dikalahkan,” kata Netanyahu, dilansir Al Jazeera.
Ia juga menyalahkan Hamas karena telah melanggar ketentuan gencatan senjata di Gaza. Karena itu, kata dia, ia tak akan segan untuk mengumpulkan kembali para tentara untuk beroperasi di Gaza jika diperlukan.
Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, juga sebelumnya mengeluarkan ancaman serupa dengan Netanyahu. Namun, ancaman itu dibalas oleh tokoh senior Hamas, Sami Abu Zuhri.
"Trump harus ingat bahwa ada kesepakatan yang harus dihormati oleh kedua belah pihak, dan ini adalah satu-satunya cara untuk membawa kembali para tahanan. Bahasa ancaman tidak memiliki nilai dan hanya memperumit masalah," kata Abu Zuhri.
3. Israel kini bersiap untuk perang dengan skala lebih besar

Jurnalis Al Jazeera dari Amman di Yordania, Hamdah Salut, mengatakan bahwa para pejabat Israel kini kembali mulai merencanakan perang skala penuh.
“Ada anggota sayap kanan yang mengatakan 'sekarang saatnya membuka gerbang neraka di Gaza' dan menyerangnya dengan apa yang mereka sebut 'badai api besar',” katanya.
Ia menambahkan, ada juga beberapa pejabat Israel yang berbicara secara anonim kepada media dengan mengatakan bahwa Israel memang melanggar ketentuan perjanjian. Mereka tidak mengizinkan bantuan kemanusiaan sebagaimana yang disepakati.
Setidaknya 48.219 warga Palestina telah dipastikan tewas akibat serangan Israel di Gaza sejak Oktober 2023 dan 111.665 terluka, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Kantor Media Pemerintah Gaza telah memperbarui jumlah korban tewas menjadi sedikitnya 61.709 karena banyak orang hilang yang terjebak di bawah reruntuhan bangunan Gaza kini diduga tewas.