Donald Trump: Warga Yahudi di Amerika Serikat Tidak Peduli Israel

Jakarta, IDN Times - Mantan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengatakan orang-orang Yahudi di Negeri Paman Sam tidak peduli dengan Israel. Pernyataan itu terungkap melalui rekaman yang tersebar di media sosial pekan lalu.
“Orang-orang Yahudi di Amerika Serikat tidak menyukai Israel atau tidak peduli dengan Israel,” kata Trump ketika diwawancarai Barak Ravid, jurnalis dan penulis buku Trump's Peace: The Abraham Accords and the Reshaping of the Middle East, dikutip dari MEE.
Presiden ke-45 AS itu juga menyalahkan orang Yahudi atas kekalahannya pada pemilu 2020.
“Dulu (orang yang mendukung Israel) memiliki kekuasaan mutlak atas Kongres, tapi hari ini saya pikir justru sebaliknya,” tambah Trump.
1. Sejumlah politisi Demokrat menentang Israel

Pada saat yang sama, Trump menyebut, Barrack Obama dan Joe Biden sebagai pihak yang bertanggung jawab atas berkurangnya dukungan Kongres terhadap Israel.
“Tetapi, dalam pemilu mereka masih mendapatkan suara dari orang-orang Yahudi,” ungkap dia.
Beberapa orang menuding Partai Demokrat menentang Israel, yang merupakan salah satu fokus utama kebijakan luar negeri AS di Timur Tengah selama beberapa dekade terakhir. Di antara politisi Demokrat yang mengkritik keras Israel adalah anggota Kongres Ilham Omar dan Rashida Tlaib. Keduanya berusaha mengakhiri bantuan militer AS ke Israel.
Tlaib dan Omar telah melayangkan undang-undang untuk mendukung gerakan boikot, divestasi, dan sanksi demi mendukung Palestina. Banyak yang mengatakan Tlaib dan Omar hanya mewakili sebagian kecil dari Partai Demokrat, yang sebagian besar masih berkomitmen untuk Israel.
Awal tahun ini, Kongres yang dikendalikan Demokrat meloloskan RUU pembelanjaan pertahanan raksasa, yang mencakup bantuan militer AS ke Israel, seperti pengisian kembali sistem pertahanan Iron Dome.
2. Survei terbaru soal Yahudi di AS

Kritik Trump terhadap Yahudi di AS bukan hal baru. Pada 2019, ketika masih menjabat presiden, dia mengatakan orang-orang Yahudi bersalah karena memilih Partai Demokrat.
Yahudi di AS berjumlah 2,4 persen dari total populasi Negeri Paman Sam, dan telah lama menjadi lumbung suara Partai Demokrat. Jajak pendapat yang dilakukan Pew Research Center pada 2021 menunjukkan, sebanyak 70 persen orang Yahudi AS mengidentifikasi atau cenderung memilih Demokrat.
Hasil survei yang sama juga menunjukkan tanda-tanda perpecahan yang muncul antara orang-orang Yahudi Ortodokos, yang usinya relatif lebih muda atau orang-orang Yahudi yang lanjut usia.
Pada 2020, sekitar 75 persen Yahudi Ortodoks mengidentifikasi dirinya sebagai Republikan dan sangat mendukung kebijakan Trump.
3. Trump kecewa dengan Yahudi di AS

Ketika berbicara dengan Ravid, Trump juga mengatakan, “orang Kristen evangelis mencintai Israel lebih dari orang Yahudi di negara ini."
Kaum evangelis adalah bagian penting dari basis Trump dalam pemilihan 2016, yang sukses mengantarkan dia ke kursi kepemimpinan AS hingga 2020. Mereka dipandang sebagai basis massa di AS yang mendukung Israel.
Trump kemudian membanting majalah The New York Times, seraya mengatakan bahwa mereka membenci Israel. Ungkapan itu merujuk pada Yahudi yang menjalankan surat kabar tersebut, dan tidak menunjukkan dukungannya kepada Trump.
Pada lain kesempatan, Trump juga kecewa dengan ucapan selamat yang disampaikan mantan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu atas kemenangan Joe Biden dan Kamala Harris. Trump mengklaim dia adalah satu-satunya Presiden AS yang berkorban paling banyak demi Israel.