Drone Pengintai Canggih AS Dikerahkan ke Okinawa Jepang, Ada Apa?

- Drone pengintai jarak jauh MQ-4C Triton dikerahkan ke Pangkalan Udara Kadena di Jepang tanpa batas waktu, memicu penolakan dari pemerintah lokal Okinawa.
- Menteri Pertahanan Jepang Gen Nakatani menyatakan penempatan drone bertujuan memperkuat kemampuan pengawasan militer di kawasan, terutama dekat Taiwan dan Laut China Timur.
- Gubernur Okinawa Denny Tamaki mengecam keputusan tersebut karena dianggap memperbesar beban masyarakat sekitar pangkalan Kadena, yang telah lama dirasakan tekanannya. Ia menuntut rencana penempatan ditinjau kembali.
Jakarta, IDN Times – Militer Amerika Serikat (AS) bakal mengerahkan drone pengintai jarak jauh MQ-4C Triton ke Pangkalan Udara Kadena di Prefektur Okinawa, Jepang. Langkah ini diumumkan Kementerian Pertahanan Jepang pada Selasa (8/4/2025), dan disebut akan berlaku tanpa batas waktu.
Kebijakan ini langsung memantik penolakan dari pemerintah lokal Okinawa yang menganggap kehadiran drone tersebut makin menambah beban wilayah mereka sebagai pusat utama pangkalan militer AS di Jepang.
Dilaporkan, drone MQ-4C Triton akan mulai beroperasi dalam beberapa pekan ke depan dari pangkalan militer AS di Kadena.
1. AS perkuat pengawasan di tengah memanasnya situasi kawasan

Menteri Pertahanan Jepang Gen Nakatani, menyatakan bahwa penempatan ini bertujuan memperkuat kemampuan pengawasan dan pengumpulan informasi militer di kawasan.
“Penempatan ini diharapkan akan meningkatkan kemampuan pengumpulan intelijen aliansi Jepang-AS dan, pada gilirannya, kemampuan pencegahan dan respons aliansi,” ujar Nakatani dalam konferensi pers, dikutip dari The Japan Times, Rabu (9/4/2025).
Triton merupakan drone tanpa awak berukuran besar, mampu terbang di ketinggian lebih dari 15 ribu meter selama lebih dari 24 jam. Dengan jangkauan hingga 13.700 kilometer, pesawat ini dirancang untuk memantau area luas, jauh lebih unggul dari drone Reaper yang sudah lebih dulu digunakan di Kadena sejak 2023.
Nakatani menyebut pengiriman drone ini penting karena situasi keamanan di wilayah sekitar Jepang, terutama dekat Taiwan dan Laut China Timur, makin tidak menentu. Ia menekankan bahwa kehadiran Triton akan membantu mengawasi aktivitas militer negara tetangga yang terus meningkat.
2. Gubernur Okinawa menolak keras pengerahan drone AS

Penolakan keras datang dari Gubernur Okinawa Denny Tamaki. Ia mengecam keputusan tersebut karena dianggap memperbesar beban yang sudah lama dirasakan masyarakat di sekitar pangkalan Kadena. Pernyataan ini ia sampaikan sesaat setelah diberi pemberitahuan resmi oleh Biro Pertahanan Okinawa.
“Kami dengan tegas meminta agar rencana penempatan ini ditinjau kembali dan beban kami dikurangi secara nyata,” ucap Tamaki dalam pernyataan resminya, dikutip dari Kyodo News, Rabu (9/4).
Tamaki selama ini dikenal vokal menolak ekspansi fasilitas militer asing di Okinawa. Menurutnya, kehadiran pangkalan AS telah menimbulkan tekanan sosial dan lingkungan yang berat. Ia menyoroti bahwa masyarakat lokal kerap tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan penting semacam ini.
Pemerintah Jepang menyatakan bahwa Triton tidak akan menimbulkan gangguan serius, terutama dari sisi kebisingan. Nakatani menyebut nyaris tak ada keluhan saat drone serupa ditempatkan sementara tahun lalu, dan menambahkan bahwa drone ini jarang perlu lepas landas atau mendarat karena daya jelajahnya yang luas.
3. China semakin aktif dan Jepang tak mau kecolongan

Kementerian Pertahanan Jepang mengaitkan penempatan Triton dengan peningkatan tajam aktivitas militer China, khususnya penerbangan drone di dekat wilayah Jepang. Menurut data terbaru, jumlah drone militer Tiongkok yang terdeteksi selama tahun fiskal 2024 melonjak tajam.
“Penerbangan drone China di sekitar Jepang pada tahun fiskal 2024 mencapai 30 kali, angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan empat kali pada tahun fiskal 2021,” ungkap Nakatani.
Lebih dari itu, penerbangan drone China kini terpantau menjangkau wilayah yang sebelumnya belum pernah dilewati. Sejak April 2023, Kementerian Pertahanan mencatat ada penerbangan antara Pulau Yonaguni dan Taiwan, serta di sekitar perairan Pulau Amami Oshima di Prefektur Kagoshima.
AS dan Jepang menilai kondisi ini sebagai sinyal perlunya penguatan pengawasan udara. Dengan Triton, mereka berharap bisa membaca situasi lebih cepat dan mengambil langkah tegas jika terjadi eskalasi militer.