[WANSUS] AS Tidak Mau Ada Konflik Militer Terbuka dengan China

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony J. Blinken awal pekan ini memulai turnya ke kawasan Asia Tenggara. Indonesia dipilih diplomat top itu sebagai perhentian pertama pada 13 Desember 2021 dan 14 Desember 2021.
Kunjungan Blinken ke Tanah Air bersamaan dengan momen Indonesia yang terlihat makin dekat dengan China. Apalagi, sejak Negeri Paman Sam resmi menyatakan diri kembali ke dunia internasional, mereka kerap bolak-balik menyatakan kawasan Indo Pasifik sangat penting.
Indo Pasifik merupakan istilah yang dipilih AS untuk mengganti penyebutan Asia Pasifik. Hal itu menandakan perubahan konsentrasi geopolitik AS.
Kunjungan Blinken seolah mewakili kunjungan Wakil Presiden Kamala Harris, yang pada Agustus lalu tak mampir ke Indonesia. Harris ketika itu hanya mengunjungi Singapura dan Vietnam.
Di sisi lain, sulit menampik persepsi kunjungan Blinken selama dua hari di Jakarta bukan bertujuan untuk mengimbangi pengaruh China di Indonesia.
Dalam wawancara eksklusif bersama IDN Times, Blinken membantah fokus kunjungan perdananya sebagai Menlu terkait China. Ia menegaskan kepentingannya hanya untuk memastikan Indo Pasifik menjadi kawasan bebas dilalui siapa saja dan tak didominasi Negeri Tirai Bambu.
Ia juga mengakui sudah beberapa kali berkunjung ke Indonesia. Kepada IDN Times, Blinken menyebut berkunjung ke Jakarta pada 1990-an saat masih menjadi staf era pemerintahan Presiden Bill Clinton.
Blinken juga mengatakan salah satu kunjungan ke Jakarta yang paling dikenang terjadi pada 2015. Saat itu, ia masih menjabat sebagai Wakil Menteri Luar Negeri.
"Kami waktu itu sempat berkunjung ke pesantren dan sambutannya sangat luar biasa. Kami juga sempat berbincang dengan para santri dan santriwati. Mereka menanyakan pertanyaan yang bagus-bagus," ungkap Blinken ketika berbincang santai sebelum wawancara resmi dimulai.
Sayangnya, kunjungan Blinken ke kawasan Asia Tenggara tidak berjalan mulus. Ia harus segera kembali ke AS dan tak mampir ke Thailand, karena seorang jurnalis di dalam rombongan mereka tertular COVID-19.
Dalam wawancara eksklsusif bersama IDN Times, Menlu Blinken menjawab berbagai isu bilateral yang hangat dibicarakan, mulai dari incaran investasi AS di Indonesia, protes China soal pengeboran di lepas pantai Natuna Utara, hingga pesan khusus kepada milenial calon pemimpin Indonesia. Berikut wawancara lengkap IDN Times dengan Menlu Blinken.
Bagaimana kunjungan Anda di Indonesia sejauh ini?

Sangat menyenangkan bisa kembali ke Jakarta selama 24 jam ini. Saya bertemu dengan Presiden Jokowi, teman, dan kolega saya, Menlu Retno, begitu juga rekan saya lainnya. Jadi, sejauh ini, ini kunjungan kerja yang baik.
Pada Senin (13/12/2021), Anda bertemu Presiden Jokowi. Ia mengatakan akan ada janji investasi yang masuk dari AS ke Indonesia. Bisa Anda ceritakan investasi macam apa yang bakal masuk Indonesia?
Pertama, sebelumnya Presiden Jokowi dan Presiden Biden melakukan pertemuan yang produktif di Glasgow selama konferensi perubahan iklim, COP26. Bahkan, pertemuan itu berjalan dua kali lebih lama dari yang dijadwalkan. Karena ada begitu banyak hal yang dibicarakan.
Salah satu yang dibicarakan adalah investasi, termasuk investasi di bidang infrastruktur. Kami memiliki program yang dibentuk melalui negara-negara G7 yang disebut "Build Back Better World", di mana kami bekerja secara erat dengan negara mitra seperti Indonesia untuk mengidentifikasi proyek-proyek yang bagus untuk investasi baru di bidang infrastruktur, infrastruktur kesehatan, digital, termasuk infrastruktur hijau.
Jadi, kami secara aktif tengah mengidentifikasi itu dengan negara mitra seperti Indonesia.
Apakah sudah ada angka berapa kira-kira nilai investasi yang akan masuk ke Indonesia?

Saya belum bisa memberikan kepada Anda berapa nilai investasi itu. Tapi kami mengharapkan secara keseluruhan bekerja dengan sektor swasta, di mana sumber investasi itu masuk untuk mendistribusikan investasi ratusan miliar dolar (AS) di sektor infrastruktur. Ada kebutuhan yang sangat besar di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Apa tanggapan Anda ketika kunjungan ke kawasan Asia Tenggara, khususnya Indonesia, dianggap China upaya untuk menghidupkan lagi era perang dingin?
Kunjungan dan keikutsertaan AS bukan fokus terhadap China, tetapi mengenai kawasan ini, di mana kami ikut tergabung di dalamnya. AS merupakan bagian kawasan Indo Pasifik dan kami melihat masa depan kami yang saling terkait ke kawasan ini, karena kawasan ini memiliki separuh dari penduduk di dunia.
Kawasan ini juga dinamis dan memiliki populasi muda yang melakukan banyak hal luar biasa. Kepentingan kami bukan ingin menjatuhkan siapa pun atau membuat pihak lain ditinggalkan. Kunjungan ini bermakna membangun relasi di kawasan ini, dan memastikan bahwa area Indo Pasifik adalah kawasan yang bebas dan terbuka.
Bagi individu, artinya mereka bisa hidup secara bebas di dalam masyarakat yang terbuka. Sedangkan, bagi negara, mereka bisa memilih jalan mereka sendiri dan mitranya. Bagi kawasan ini secara keseluruhan, negara-negara dapat saling berkolaborasi dan bekerja sama, bukan karena paksaan.
Beragam produk, orang, dan ide dapat lalu lalang (di kawasan Indo Pasifik) secara bebas, baik itu di dunia maya, laut, dan udara.
China mulai melakukan tindakan agresif terhadap Indonesia di perairan Natuna. Mereka kirim nota protes kepada RI agar menyetop pengeboran di kawasan lepas pantai di Laut Natuna Utara, karena mereka pikir pengeboran itu terjadi di wilayah China. Mereka juga memprotes latihan militer bersama antara Indonesia dengan Amerika Serikat. Apakah menurut Anda, China memiliki hak melakukan itu?

Ada aturan, hukum dan hukum internasional. Ada pula aturan hukum di laut. Kita semua harus mematuhi itu. Sayangnya, China telah membuat klaim seperti yang Anda sebut tadi, yang tidak kami dukung atau dibenarkan di dalam hukum internasional.
Sayangnya, itu menjadi salah satu elemen penyebab ketidakstabilan di kawasan, di mana kita semua memiliki kepentingan yang kuat untuk menjaga stabilitas, di mana perdagangan dapat berjalan dengan lancar dan kita hindari konflik.
Meski harapan saya bahwa kita semua, termasuk China akan mengikuti aturan dan pemahaman yang telah disepakati sesuai dengan aturan hukum internasional.
Bila kita semua melakukan itu, maka itu salah satu cara untuk memastikan kawasan Indo Pasifik bebas dan terbuka.
Menurut Anda, China dan AS tidak dalam posisi menuju ke konfrontasi militer terbuka? Karena kapal militer AS di sana (Laut China Selatan), begitu pula dengan kapal militer China.
Kami tidak memiliki kepentingan untuk berkonflik atau konfrontasi. Bahkan, itu menjadi tanggung jawab bagi para pemimpin kedua negara.
Ini sesuatu yang disampaikan oleh Presiden Biden kepada Presiden Xi Jinping ketika mereka terakhir berbicara, untuk memastikan meski kedua negara memiliki perbedaan dan persaingan yang kuat di antara kami, kami akan berusaha mengelola agar tidak berujung konflik.
Sebab, itu akan berakibat buruk bagi siapa pun. Bukan sesuatu yang kami inginkan, bukan sesuatu yang ingin kami cari. Dan kami putuskan untuk tetap mengelola secara efektif (agar tak ada konflik).
Presiden Joe Biden pernah berpidato bahwa Indonesia akan menjadi salah satu negara yang akan terdampak perubahan iklim. Prediksinya adalah ibu kota Jakarta akan tenggelam dalam 20 tahun ke depan, sehingga kita harus pindahkan ibu kota ke lokasi lain. Apa yang bisa dilakukan Indonesia dan AS untuk mencegah agar prediksi itu menjadi kenyataan?

Pertama-tama, semua negara saat ini terkena pengaruh perubahan iklim. Indonesia mungkin menjadi salah satu negara yang paling parah terdampak karena alasan yang jelas, lokasi geografisnya, dikelilingi lautan.
Pada faktanya, kita semua memiliki kewajiban untuk bekerja sama mencegah dampak kerusakan lebih jauh yang disebabkan oleh perubahan iklim dan itulah yang kami lakukan.
Di KTT COP26 Glasgow, negara-negara berkumpul, termasuk Indonesia dan AS untuk mengambil langkah nyata ke depan untuk menghadapi tantangan yang ada.
Sebagai contoh, Indonesia menandatangani kesepakatan menurunkan emisi gas rumah kaca, di mana mengikat kita semua untuk menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 30 persen dalam waktu satu dekade. Jika kita semua melakukan itu dan China turut berpartisipasi, maka itu sama saja dengan meniadakan semua pesawat yang mengudara dan kapal yang melaut, ini dalam hal gas emisi.
Sejalan dengan itu kami juga membuat langkah maju untuk mengatasi deforestasi dan mengubahnya jadi hutan hujan, karena itu salah satu aspek penting dalam mengatasi dampak perubahan iklim.
Semua negara turut serta di Glasgow, ada 65 persen dari GDP dunia membuat komitmen bila itu semua berhasil dipenuhi, itu poin pentingnya, maka tingkat suhu bumi akan tetap berada di 1,5 derajat celcius. Dan 35 persen (dari negara GDP tinggi) belum ikut serta, kita masih harus melihat apa yang dilakukan oleh negara yang lain.
Tetapi, ini poin penting lainnya. Kami melihat sesuatu di Glasgow. Kami menyaksikan generasi muda dari seluruh dunia menuntut perubahan, aksi nyata, kemajuan, dan itu pendorong yang sangat penting. Menuntut para pemimpin kami untuk memenuhi janjinya untuk mengatasi permasalahan yang ada di depan kita.
Tetapi, generasi muda justru kecewa dengan hasil KTT COP26 di Glasgow kemarin. Anda masih tetap berpikir ini langkah maju bukan sebaliknya?

Jelas itu langkah maju meski belum cukup. Kita semua harus melakukan lebih jauh lagi. Benar yang dikatakan orang-orang, kita memang belum mencapai target itu.
Seperti yang sudah saya katakan bahwa komitmen yang disepakati baru menjangkau 65 persen dari GDP dunia untuk bisa tetap membiarkan kita di suhu 1,5 derajat celcius. Tetapi komitmen itu harus benar-benar diimplementasikan, kemudian kita harus mengajak negara dengan 35 persen GDP dunia lainnya yang belum terlibat dalam kesepakatan ini.
Kita masih memiliki pekerjaan untuk dilakukan. Sekali lagi, saya terinspirasi oleh anak-anak muda yang menuntut kami untuk bertanggung jawab.
Dengan begitu bisa membawa ide baru dan energi untuk menyelesaikan permasalahan ini. Dan itu mengirimkan pesan bahwa kami berada di sini untuk kepentingan generasi muda.
Karena kita melakukan sesuatu di masa lalu dalam periode 10 hingga 30 tahun, bukan berarti kita harus melakukan hal serupa hingga 30 tahun mendatang.
Apa pesan Anda bagi anak muda dan calon pemimpin Indonesia, yang berusaha membuat perubahan lebih baik bagi negaranya?

Pesan saya sederhana, tetaplah bersuara, ikut terlibat, lakukan sesuatu agar suaramu didengar dan tuntut pertanggung jawaban dari para pemimpin, karena pada akhirnya nanti, kami akan menyerahkan dunia ini kepada kalian.
Dan sudah menjadi tanggung jawab kami untuk mewariskan dunia yang lebih baik. Suara dan aspirasi kalian sangat penting. Kami akan mendengarkan aspirasi mereka.