Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Fasilitas Nuklir Rusak, Iran Tegaskan Tetap Lanjutkan Pengayaan Uranium

Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi. (Tasnim News Agency, CC BY 4.0, via Wikimedia Commons)
Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi. (Tasnim News Agency, CC BY 4.0, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Iran bersedia melanjutkan perundingan nuklir dengan AS, tetapi tidak secara langsung.
  • Teheran menegaskan tidak menghentikan kerja sama dengan IAEA meskipun inspekturnya telah meninggalkan Iran.
  • Iran bakal bahas program nuklir dengan Inggris-Prancis-Jerman di Istanbul untuk membahas implementasi perjanjian nuklir 2015.

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan bahwa Teheran tidak dapat menghentikan program nuklirnya, termasuk pengayaan uraniumnya. Langkah itu dipilih meskipun fasilitas nuklir negara itu telah rusak parah akibat gelombang serangan udara AS dan Israel pada bulan lalu.

"Program ini sekarang dihentikan karena, ya, kerusakannya serius dan parah, tetapi jelas, kami tidak dapat menghentikan pengayaan kami karena ini adalah pencapaian para ilmuwan kami sendiri, dan sekarang, lebih dari itu, ini adalah masalah kebanggaan nasional," kata Araghchi, dikutip dari Al Jazeera.

Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, mengatakan upaya AS dan Israel untuk menghentikan program nuklir Teheran sia-sia. Dia menyebut gagasan itu sebagai ilusi. Pezeshkian mengatakan, kemampuan nuklir Iran berada di benak para ilmuwan negara itu, bukan fasilitasnya.

1. Iran bersedia melanjutkan perundingan nuklir dengan AS

Araghchi mengatakan bahwa Iran terbuka untuk berunding dengan AS, tetapi perundingan tersebut tidak akan bersifat langsung untuk saat ini. Dia menyebut jika Washington menginginkan solusi yang saling menguntungkan, pihaknya siap untuk terlibat.

"Kami siap melakukan langkah-langkah membangun kepercayaan apa pun yang diperlukan untuk membuktikan bahwa program nuklir Iran bersifat damai dan akan tetap damai selamanya, dan Iran tidak akan pernah mengembangkan senjata nuklir," kata Araghchi.

"Sebagai imbalannya, kami berharap mereka mencabut sanksi mereka (kepada Iran)," tambahnya.

Sebelumnya, Teheran dan Washington telah mengadakan perundingan pada awal tahun ini. Namun, perundingan itu terhenti sejak Israel melancarkan serangannya ke Iran.

Mengutip Anadolu, Pezeshkian menegaskan bahwa setiap negosiasi harus mengakui hak Iran untuk memperkaya uranium untuk penggunaan sipil. Pemimpin Teheran itu memberi peringatan keras bahwa negaranya siap menanggapi dengan tegas setiap serangan Israel di masa depan.

2. Teheran menegaskan tidak menghentikan kerja sama dengan IAEA

ilustrasi logo Badan Energi Atom Internasional (IAEA) (IAEA Imagebank, CC BY 2.0, via Wikimedia Commons)
ilustrasi logo Badan Energi Atom Internasional (IAEA) (IAEA Imagebank, CC BY 2.0, via Wikimedia Commons)

Araghchi mengatakan bahwa Organisasi Energi Atom Iran masih mengevaluasi bagaimana serangan AS memengaruhi material yang diperkaya Teheran. Dia menambahkan, pihaknya akan segera memberi tahu Badan Energi Atom Internasional (IAEA) terkait temuannya.

Selain itu, diplomat Iran itu mengatakan setiap permintaan kepada IAEA untuk mengirimkan inspektur akan dipertimbangkan dengan saksama. Pihaknya menegaskan tidak menghentikan kerja sama dengan badan nuklir PBB tersebut.

Para inspektur IAEA meninggalkan Iran setelah Pezeshkian menangguhkan kerja sama dengan badan PBB itu. Teheran mengkritik tajam IAEA atas resolusi yang menuduhnya tidak mematuhi kewajiban nuklir. Pihaknya mengklaim resolusi itu digunakan Israel sebagai dalih untuk melancarkan serangannya.

3. Iran bakal bahas program nuklir dengan Inggris-Prancis-Jerman

ilustrasi bendera Iran (pexels.com/Engin Akyurt)
ilustrasi bendera Iran (pexels.com/Engin Akyurt)

Iran dijadwalkan akan bertemu Inggris, Prancis, dan Jerman di Istanbul pada Jumat untuk membahas program nuklirnya. Namun demikian, Teheran menganggap pihak-pihak Eropa menggagalkan perjanjian nuklir 2015 dan bertanggung jawab atas kelalaian dalam mengimplementasikan perjanjian itu.

Dilansir France24, perjanjian nuklir 2015 dicapai antara Iran dan anggota tetap Dewan Keamanan PBB, yakni Inggris, China, Prancis, Rusia, dan AS, serta ditambah Jerman. Perjanjian itu memberlakukan pembatasan pada program nuklir Iran dengan imbalan keringanan sanksi.

Ketiga negara Eropa itu mengancam akan menerapkan kembali sanksi internasional terhadap Iran. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Jerman, Martin Giese, mengatakan jika tidak ada solusi yang dicapai pada akhir Agustus, snapback akan menjadi opsi bagi ketiga sekutu Barat itu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us