Hendak Kirim S-300 ke Ukraina, Rusia Ancam Yunani

Jakarta, IDN Times - Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, memberikan ultimatum kepada Yunani terkait rencana pengiriman senjata S-300 ke Ukraina. Pasalnya, senjata antiserangan udara itu merupakan peninggalan Uni Soviet.
Meski masuk dalam anggota Uni Eropa (UE), Yunani merupakan negara dengan dukungan terendah untuk Ukraina selama perang Rusia-Ukraina. Keterangan itu dimuat dalam Eurobarometer yang menunjukkan presentasenya hanya sebesar 48 persen.
1. Rusia sebut ini merupakan upaya provokatif dari Yunani
Sesuai keterangan dari Zakharova pada Senin (19/12/2022), langkah Yunani termasuk bentuk provokatif terhadap Rusia. Pasalnya, langkah itu akan membuat senjata buatan Uni Soviet digunakan dalam melawan militernya sendiri.
"Kami merasa rencana Yunani memasok rezim Kiev dengan S-300 atau senjata anti-serangan udara Rusia/Soviet lain dalam melawan Rusia adalah bentuk yang sangat provokatif," papar Zakharova, dilansir Ekathimerini.
"Otoritas Yunani menggarisbawahi terkait kesiapannya untuk menyuplai sistem pertahanan misil S-300 PMU1 ke Ukraina dengan syarat menggantikannya dengan sistem pertahanan udara Patriot dari Amerika,"
"Ini adalah ketidakpedulian Yunani kepada pembatasan internasional terkait perdagangan senjata. Kami akan menghancurkan semua senjata yang akan digunakan dalam dikirimkan ke Ukraina," imbuhnya.
2. AS desak Yunani kirimkan S-300 ke Ukraina
Rencana pengiriman S-300 milik Yunani ke Ukraina ini disebabkan oleh desakan dari Amerika Serikat (AS). Nantinya, senjata anti-serangan udara buatan Soviet itu akan digantikan dengan milik AS, Patriot.
Keterangan itu disampaikan oleh Menteri Pertahanan Yunani, Nikos Panagiotopoulos yang membuka kemungkinan pengiriman S-300 ke Ukraina. Nantinya, senjata Patriot akan dikirimkan ke Pulau Kreta untuk menggantikan S-300 yang ditempatkan di sana.
Dilaporkan Euractiv, pengiriman senjata ke area kepulauan Yunani tak lain karena meningkatnya tensi Yunani-Turki dalam beberapa bulan terakhir. Maka, Yunani tidak ingin kapabilitas pertahanannya berkurang karena mengirimkan senjata itu ke Ukraina.
Terhitung pada 19 Desember, sebanyak 31 pesawat tempur Turki telah melanggar wilayah udara Yunani. Pesawat itu lewat di atas Laut Aegean tanpa memberi izin terlebih dahulu terkait rencana penerbangannya.
3. Rusia-Yunani punya latar belakang agama yang sama

Hubungan diplomatik Rusia-Yunani telah mengalami pasang surut dalam beberapa abad terakhir. Padahal, kedua negara sebenarnya punya latar belakang agama yang sama, yakni Kristen Ortodoks.
Dilansir Greek Reporter, juru bicara Kemlu Rusia, Maria Zakharova pernah mengatakan bahwa Rusia-Yunani punya kesamaan kepercayaan, tapi itu semua mengalami penurunan sampai tidak ada wujudnya. Dia mengkhawatirkan ini akan ada garis besar pembatas antara kedua negara.
Pemerintah Yunani yang tergabung dalam NATO dan UE ikut mengecam invasi Rusia ke Ukraina. Negara Mediterania itu juga telah mengirimkan bantuan senjata dan kemanusiaan ke Ukraina. Bahkan, Yunani sudah mengusir 12 diplomat Rusia pada awal April.
Akan tetapi, berdasarkan survei menunjukkan bahwa satu dari dua warga Yunani tidak mendukung keputusan pemerintahannya. Meskipun, warga membuka lebar bantuan dan tempat bagi pengungsi asal Ukraina di negaranya. Sedangkan, 60 persen warga menolak mengirimkan senjata ke Ukraina dalam melawan Rusia.