Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Houthi Minta Trump Akhiri Konflik Gaza untuk Perbaiki Ekonomi AS 

Arsip - Warga Yaman mengikuti unjuk rasa untuk memprotes serangan udara gabungan AS-Inggris terhadap kamp-kamp kelompok tersebut, di Sanaa, Yaman, 12 Januari 2024. (ANTARA/Xinhua/Muhammad Muhammad)

Jakarta, IDN Times – Houthi di Yaman meminta Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih, Donald Trump, untuk memperbaiki ekonomi AS dengan mengakhiri perang di Gaza. Konflik di Palestina disebut telah menyebabkan kerugian besar bagi Washington.

"AS membayar harga ekonomi dan militer karena dukungannya terhadap agresi di Gaza dan juga karena agresinya di Yaman yang melayani Israel," kata seorang sumber Houthi, dilansir Sputnik News, Jumat (8/11/2024).

AS telah menghabiskan lebih dari 5 miliar dolar AS untuk meningkatkan pengaruhnya di Timur Tengah sejak perang di Gaza dimulai pada Oktober 2023. Sebanyak 2,5 miliar dolar AS di antaranya digunakan untuk kampanyenya memerangi Houthi dan mengebom Yaman.

"Pertanyaannya adalah, akankah Trump melanjutkan kebijakan yang sama dan akankah agresi AS terhadap Yaman berlanjut? Jika berlanjut, ekonomi mereka akan menderita lebih banyak kerugian," tambah sumber itu. 

1. Houthi gencar lakukan blokade di Laut Merah

Arsip foto - Juru bicara kelompok militer Houthi, Yahya Sarea, menyampaikan pernyataan saat protes pro-Palestina di Sanaa, Yaman, pada 24 Mei 2024. ANTARA/Xinhua/Mohammed Mohammed

Houthi memulai blokade parsial di Laut Merah dan Laut Arab sejak November 2023 sebagai tanggapan atas invasi darat Israel ke Gaza. Mereka merebut kapal dagang milik Israel, dan menembakkan ratusan drone dan rudal ke kapal-kapal komersial yang lewat serta kapal-kapal perang AS dan Inggris yang dikerahkan ke wilayah tersebut.  

AS sejauh ini gagal menghentikan aksi kelompok tersebut. Yang terjadi justru sebaliknya, Houthi semakin meningkatkan kemampuannya dengan menembakkan drone dan rudal jarak jauh ke Israel.

Kelompok tersebut juga bersumpah untuk melanjutkan kampanyenya hingga agresi terhadap Gaza dan Lebanon berhenti.

2. Trump enggan sebut Houthi semasa kampanye

Kandidat presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump. (x.com/@realDonaldTrump)

Pemerintahan Trump sempat mencap Houthi sebagai organisasi teroris pada Januari 2021, menjelang kepergiannya dari Gedung Putih.

Namun, selama kampanyenya, ia menghindari untuk menyebut langsung kelompok tersebut. Pada Januari, ia mengecam pemerintahan Biden atas serangan udara yang dipimpin AS yang dilancarkan terhadap Yaman.

“Ini adalah momen paling memalukan dalam sejarah AS. Sekarang kami melakukan perang di Ukraina, Israel, dan Yaman, tetapi tidak ada perang di Perbatasan Selatan,” kata Trump saat itu.

3. Houthi pesimis terpilihnya Trump bisa perbaiki situasi di Timur Tengah

Ilustrasi Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS). Tangan memegang dua batang cokelat dengan wajah kandidat presiden AS Donald Trump dan Kamala Harris. (ANTARA/Yuni Arisandy)

Dilansir AP News, Trump terpilih sebagai presiden AS ke-47 pada Rabu dengan perolehan 295 electoral vote, mengalahkan pesaingnya, Kamala Harris yang hanya mendulang 226 suara. Kemenangan Trump terjadi di tengah konflik di berbagai belahan dunia.

Pemimpin Houthi, Abdul Malik al-Houthi, pesimis bahwa terpilihnya Trump bisa menciptakan stabilitas regional di Timur Tengah.

"Trump gagal dalam proyek kesepakatan abad ini terlepas dari semua kesombongan, keangkuhan, kecerobohan, dan tiraninya, dan dia akan gagal kali ini juga," kata Houthi dalam pidato mingguan, dilansir Al Arabiya, Kamis.

Ia mengkritik presiden AS tersebut karena mendukung Israel dalam konflik. Selama masa jabatan pertamanya, Trump menjadi pendorong pembentukan hubungan diplomatik antara Israel dan negara-negara Teluk Uni Emirat Arab dan Bahrain serta Maroko.

Trump juga mendukung pemukiman Israel di Tepi Barat yang diduduki, yang ilegal menurut hukum internasional, serta memindahkan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem, yang diklaim oleh Israel dan Palestina sebagai ibu kota.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rama
EditorRama
Follow Us