40 Pemimpin Eropa Rapat di Budapest Bahas Kemenangan Trump

Jakarta, IDN Times - Para pemimpin Uni Eropa (UE) menggelar pertemuan darurat di Budapest, Hungaria, Kamis (8/11/2024) untuk membahas respons terhadap kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS).
Mereka menyoroti pentingnya memperkuat pertahanan benua dan upaya mengurangi ketergantungan kepada AS. Sebab, muncul kekhawatiran bahwa Trump akan menghentikan dukungan terhadap Ukraina dan melemahkan komitmen Washington terhadap NATO.
Pertemuan European Political Community (EPC) tersebut dihadiri lebih dari 40 kepala negara dan pemerintahan, termasuk Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.
"Jawaban yang kami berikan sekarang akan menentukan masa depan Eropa untuk beberapa dekade ke depan," ungkap Perdana Menteri Hungaria, Viktor Orbán, selaku tuan rumah, dilansir dari The New York Times.
1. Eropa harus mandiri dari AS
Presiden Prancis, Emmanuel Macron, menyatakan bahwa Eropa harus berani mengambil keputusan mandiri.
"Kami tidak bisa lagi serahkan keamanan kami kepada AS. Eropa harus bangkit dan menentukan nasibnya sendiri," ujar Macron.
Sementara itu, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyoroti pentingnya persatuan UE.
"Kami telah membuktikan Eropa mampu mengambil tanggung jawab dengan bersatu. Hal ini sudah terbukti saat kita menghadapi pandemi dan krisis energi," jelasnya.
Negara-negara Eropa sepakat meningkatkan anggaran pertahanan mereka. Hal ini sesuai tuntutan Trump sejak masa jabatan pertamanya. Trump menginginkan negara-negara NATO mengalokasikan minimal 2 persen dari PDB untuk pertahanan.
"Trump benar soal peningkatan anggaran pertahanan ini," ujar Sekretaris Jenderal NATO yang baru, Mark Rutte.
2. Krisis politik Jerman-Prancis persulit respons UE
Kemenangan Trump datang di saat yang tidak tepat bagi Eropa. Jerman baru saja mengalami guncangan setelah koalisi pemerintahan Kanselir Olaf Scholz bubar. Sementara itu, Prancis juga sedang menghadapi kebuntuan politik di parlemen.
Pengamat menilai UE belum siap menghadapi kembalinya Trump ke Gedung Putih.
"Berbeda dengan klaim yang ada, Eropa belum siap menghadapi dampak ekonomi dari tarif tinggi Trump. Mereka juga belum siap dengan kemungkinan perubahan kebijakan Ukraina dan tuntutan peningkatan anggaran pertahanan," tulis analis Eurointelligence, dikutip dari The Guardian.
Kemenangan Trump juga berpotensi memperkuat partai sayap kanan di Eropa. Orbán, yang merupakan sekutu dekat Trump, menyambut hangat kemenangan ini.
"Kelompok yang menginginkan perdamaian di Ukraina kini semakin kuat. Ini situasi baru yang harus direspons Eropa," tegasnya.
3. Ukraina tolak ide Trump selesaikan perang dalam sehari

Meski situasi tidak menentu, Zelenskyy berupaya optimistis melihat kemenangan Trump.
"Pembicaraan saya dengan Trump berjalan baik dan produktif," ungkap dia, dilansir dari ABC News.
Zelenskyy khawatir dengan pernyataan Trump yang mengklaim bisa mengakhiri perang dalam sehari. Menurutnya, perdamaian tidak bisa dicapai secara instan. Hal ini dinilai bisa berujung pada perjanjian yang menguntungkan Rusia.
"Gencatan senjata tanpa jaminan keamanan hanya akan memberi kesempatan Rusia melanjutkan pendudukan," jelasnya.
Situasi semakin rumit dengan adanya kerja sama antara Rusia dan Korea Utara.
"Rusia telah mengirim teknologi terbaru mereka ke Korea Utara sebagai imbalan bantuan dalam perang melawan Ukraina. Ancaman ini serius bukan hanya bagi NATO di Eropa, tapi juga bagi daratan AS," jelasnya.
PM Luksemburg, Luc Frieden, meminta semua pihak tidak terlalu cepat bereaksi terhadap pernyataan Trump selama kampanye. Hal ini karena sebagian pernyataan Trump bisa saja hanya retorika.