Hungaria Sebut Ukraina Tidak Akan Menang Melawan Rusia

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri Hungaria, Viktor Orban pada Sabtu (23/7/2022), menyebut bahwa Ukraina tidak dapat menang melawan Rusia. Selain itu, ia juga mendesak agar Barat segera mengadakan perundingan perdamaian dengan Rusia untuk mencegah meluasnya peperangan.
Pada Kamis lalu, Menlu Hungaria, Péter Szijjártó sudah berkunjung ke Moskow untuk bertemu dengan pejabat tinggi Rusia. Kunjungan itu dalam rangka pengadaan gas alam baru dan kelanjutan perjanjian di bidang energi.
1. Orban desak Uni Eropa merubah strategi soal perang di Ukraina
Sesuai pernyataannya ketika berkunjung ke Rumania pada Sabtu, PM Orban menyebut bahwa Uni Eropa memerlukan strategi baru dalam menghadapi Rusia untuk menghentikan perang di Ukraina.
"Strategi baru dibutuhkan saat ini, terutama yang memfokuskan pada perundingan perdamaian, dibanding untuk memenangkan perang di Ukraina. Hanya perbincangan antara Rusia dan Amerika Serikat yang bisa menghentikan konflik ini karena Rusia menginginkan jaminan keamanan," tutur Orban, dikutip dari RFE/RL.
Orban juga mengatakan bahwa strategi yang dilakukan telah gagal dan Eropa justru kolaps seperti halnya domino, akibat melambungnya harga energi. Maka dari itu dibutuhkan strategi baru.
"Kami duduk di dalam sebuah mobil yang memiliki lubang di seluruh rodanya. Ini sudah jelas bahwa perang tidak akan bisa dimenangkan dengan cara ini. Ukraina tidak akan dapat memenangkan perang dengan cara ini, karena Rusia punya tentara yang lebih besar dan dominan," ungkapnya.
2. Orban mengungkapkan ancaman resesi ekonomi di Eropa
Tak ketinggalan, Orban menambahkan terkait ancaman resesi ekonomi yang bisa terjadi di seluruh Eropa yang juga berdampak pada ekonomi Hungaria. Proyeksi PDB diperkirakan akan naik sebesar 2,5 persen di tahun depan.
"Kami harus mencapai perjanjian baru dengan Uni Eropa, perbincangan finansial sedang dilangsungkan dan kami akan mencapai kesepakatan," paparnya.
Hal itu diungkapkan terkait dengan kisruh dana bantuan Uni Eropa telah merugikan mata uang forint dan mengakibatkan investor menjual mata uang tersebut. Akibatnya, Pemerintah Hungaria memaksa memotong subsidi gas dan listrik rumah tangga.
Komisi Eropa memercayai bahwa pendanaan Uni Eropa mengalami resiko besar jika diserahkan ke Hungaria karena dugaan korupsi dalam proyek tender. Pihak UE juga menggarisbawahi independensi dari sistem yudisial, media, dan perusahaan nonprofit di negara Eropa Timur tersebut.
3. Orban inginkan kemurnian ras di Hungaria

Pada saat yang sama, pemimpin berusia 59 tahun itu memiliki pandangan ultrakonservatif yang mengusung kemurnian ras Hungaria. Maka dari itu, ia juga melontarkan kritik bahwa pihaknya tidak menginginkan percampuran antar ras, terutama dari luar Eropa.
"Kami pindah, kami bekerja di tempat lain, kami campuran antar ras di dalam Eropa. Namun, kami bukanlah ras campuran dan kami tidak ingin menjadi ras campuran, multietnik, terutama dengan orang dari luar Eropa," tutur Orban.
Selama ini, PM Orban seringkali mengritik imigran asal Afrika dan Timur Tengah di Hungaria. Bahkan, ia juga terus menekan perusahaan nonprofit yang mendukung mereka dan membatasi hak untuk mendapatkan suaka.