Imbas Konflik India, Maskapai Eropa Hindari Ruang Udara Pakistan

Jakarta, IDN Times - Ketegangan antara India dan Pakistan memicu respons dari maskapai Eropa. Lufthansa, Air France, dan sejumlah operator lainnya memutuskan untuk tidak lagi melintasi ruang udara Pakistan. Keputusan ini diambil setelah serangan teroris di Pahalgam, Jammu dan Kashmir, pada 22 April 2025 yang menewaskan 26 orang.
India menanggapi insiden tersebut dengan menutup wilayah udaranya bagi maskapai Pakistan. Sebagai reaksi, Pakistan juga membatasi akses udara untuk maskapai India. Ketegangan ini membuat maskapai internasional memilih jalur alternatif untuk menghindari potensi risiko keamanan.
Langkah maskapai Eropa menambah waktu tempuh dan biaya operasional, namun dinilai perlu demi keselamatan penerbangan. Banyak penerbangan kini berputar melalui wilayah utara Asia Tengah untuk menjangkau kota-kota besar di India dan Asia Tenggara.
1. Alasan maskapai menghindari wilayah udara Pakistan
Insiden di Pahalgam menjadi pemicu utama ketegangan baru antara dua negara bersenjata nuklir tersebut. India menuduh Pakistan mendukung kelompok teroris, tuduhan yang langsung dibantah oleh Islamabad. Ketegangan itu memunculkan kekhawatiran akan konflik terbuka yang bisa berdampak pada keamanan penerbangan komersial.
Maskapai seperti Lufthansa memilih menghindari wilayah udara Pakistan meski tidak ada larangan resmi dari otoritas penerbangan negara tersebut.
“Kami menghentikan penerbangan melintasi Pakistan sampai ada kejelasan situasi. Keselamatan penumpang adalah prioritas kami,” kata juru bicara Lufthansa, dikutip dari Hindustan Times.
Data Flightradar24 menunjukkan rute Frankfurt-New Delhi kini memakan waktu hingga satu jam lebih lama. Maskapai lain seperti British Airways dan Swiss International Air Lines juga mengikuti langkah serupa, mengalihkan jalur penerbangan ke arah utara setelah melintasi Laut Arab.
2. Dampak ekonomi bagi maskapai dan Pakistan
Perubahan rute menyebabkan peningkatan konsumsi bahan bakar dan waktu tempuh. Lufthansa melaporkan lonjakan biaya hingga ratusan dolar AS per penerbangan untuk rute menuju India dan sekitarnya.
“Penerbangan dari Munich ke Delhi kini memakan waktu hampir satu jam lebih lama. Ini tentu menambah beban operasional,” ujar perwakilan Lufthansa, dikutip The Economic Times.
Pakistan juga terkena dampak finansial dari penurunan jumlah penerbangan yang melintasi wilayahnya. Biaya lintas udara yang biasanya berkisar antara 1.200 dolar AS (Rp19,7 juta) hingga 1.700 dolar AS (Rp27,9 juta), per penerbangan menjadi hilang.
“Kami memperkirakan kerugian harian mencapai lebih dari 120 ribu dolar AS (Rp1,9 miliar) dari rute India saja,” ungkap seorang pejabat dari Otoritas Penerbangan Sipil Pakistan, dilansir NDTV.
Maskapai nasional Pakistan, PIA, bahkan harus memutar jalur lewat China atau Sri Lanka, yang membuat durasi dan biaya penerbangan internasional meningkat signifikan.
3. Implikasi global dan respons internasional
Penghindaran wilayah udara Pakistan mengganggu stabilitas rute penerbangan global, terutama di kawasan Asia Selatan. Maskapai Timur Tengah seperti Emirates dan Qatar Airways masih tetap melintasi wilayah tersebut, namun langkah maskapai Eropa menimbulkan kekhawatiran soal standar keselamatan di kawasan.
Situasi ini turut menjadi perhatian dunia internasional. Dewan Keamanan PBB dijadwalkan membahas ketegangan India-Pakistan dalam sidang khusus pada Senin (5/5/2025).
“Kami terus memantau dinamika regional dan menjalin komunikasi intensif dengan otoritas penerbangan internasional,” ujar juru bicara Air France.
Sementara itu, India dan Pakistan melanjutkan aksi saling tekan. India menangguhkan sebagian Perjanjian Indus Waters, dan Pakistan menutup sebagian wilayah udara Karachi dan Lahore setiap hari hingga akhir Mei.
“Operasi kami bergantung pada situasi yang terus berkembang, dan kami siap menyesuaikan rute demi keamanan,” jelas juru bicara Swiss International Air Lines, dikutip dari Aviation24.