Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Imbas Lockdown, Fresh Graduate di China Takut Gak Dapat Kerjaan

Presiden China Xi Jinping (ANTARA FOTO/REUTERS/Thomas Peter)
Presiden China Xi Jinping (ANTARA FOTO/REUTERS/Thomas Peter)

Jakarta, IDN Times - Walau Kota Shanghai dan Beijing akan segera melonggarkan pembatasan mobilitas atau lockdown, perekonomian di China masih belum menunjukkan tren positif. Kota Shanghai akan mencabut kebijakan lockdown pada 1 Juni 2022 mendatang. 

Walau begitu, hal itu belum membuat para lulusan universitas di China tenang. Pasalnya, kondisi perekonomian masih di ambang ketidakpastian setelah lockdown telah memengaruhi para investor Eropa dan Amerika Serikat (AS).

1. Sekitar 10,6 juta lulusan kampus akan memasuki pasar kerja pada 2022

ilustrasi perayaan kelulusan (pixabay.com/Pexels)
ilustrasi perayaan kelulusan (pixabay.com/Pexels)

Kementerian Pendidikan China mengatakan, terdapat 10,6 juta lulusan kampus yang akan memasuki pasar kerja pada 2022, dilansir South China Morning Post. Sayangnya, situasi perekonomian di China masih belum sepenuhnya membaik. 

Semakin banyak lulusan kampus membuat sebagian dari mereka harus memilih bekerja ke luar negeri atau tetap berada di China tanpa adanya kepastian. Kebijakan lockdown memperlambat penyerapan tenaga kerja bagi para lulusan muda di China saat ini.

Dai Xiaoyan, seorang lulusan universitas dari kalangan keluarga prasejahtera, mengaku sebenarnya telah mendapatkan program magang pada Oktober 2021 lalu di Shanghai. Sayangya, perempuan itu tak bekerja lagi dalam dua bulan terakhir akibat kebijakan lockdown di kota tersebut. 

2. Tingkat pengangguran di China mencapai 18,2 persen pada April 2022

ilustrasi pengangguran (freepik.com/freepik)
ilustrasi pengangguran (freepik.com/freepik)

Pada April 2022, tingkat pengangguran di China mencapai 18,2 persen bagi penduduk yang berusia 16 hingga 24 tahun. Para anak-anak muda memang rentan terdampak kebijakan lockdown, yang menyebabkan sulitnya mencari pekerjaan hingga dirumahkan. 

Sektor yang diketahui cukup terdampak akibat lockdown adalah kendaraan energi terbarukan dan teknologi. Walau begitu, tingkat pengangguran di China secara keseluruhan masih tergolong rendah, yaitu 6,1 persen, dilansir Trading Economics

Usia muda menyumbang cukup banyak pengangguran di China saat ini. Angka ini berpotensi bertambah dengan asumsi kondisi perekonomian stagnan dan lulusan universitas semakin tinggi pada 2022. 

3. Lulusan universitas China menurunkan standar gaji mereka

ilustrasi uang(freepik.com/8photo)
ilustrasi uang(freepik.com/8photo)

Dalam sebuah survei daring oleh layanan jasa rekrutmen Zhengzhou, lulusan universitas China pada 2022 berharap mendapatkan gaji sebesar 6.295 yen China atau 935 dolar AS. Jika dirupiahkan, angka tersebut setara Rp13,5 juta. 

Angka ini turun sebesar enam persen daripada standar gaji yang diharapkan lulusan pada 2021 lalu. Selain itu, lulusan universitas pada 2022 juga pesimis untuk bisa langsung mendapatkan pekerjaan. 

Dalam survei yang sama, hanya ada setengah responden yang berharap dapat direkrut setelah bekerja. Angka ini juga menurun sebesar enam persen jika dibandingkan dengan data pada 2021. 

Para universitas juga berusaha untuk mencari solusi dari permasalahan ini dengan mencoba menghubungkan para lulusan dengan alumni dan beberapa perusahaan. Universitas di sana juga telah memberikan rekomendasi kerja kepada para lulusannya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vanny El Rahman
EditorVanny El Rahman
Follow Us