Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Iran Bakal Tebar Ranjau di Selat Hormuz jika AS Ngotot Ikut Perang

Ilustrasi ledakan ranjau laut. (commons.wikimedia.org/United States Navy)
Ilustrasi ledakan ranjau laut. (commons.wikimedia.org/United States Navy)
Intinya sih...
  • Iran mengklaim telah memiliki bukti yang menunjukkan pasukan AS mendukung kampanye pengeboman intensif yang dilancarkan Israel terhadap mereka.
  • Presiden AS, Donald Trump, tak menyangkal bahwa pihaknya bisa saja ikut dalam perang tersebut.
  • AS mulai kerahkan banyak armada militer ke Timur Tengah.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Iran siap menebar ranjau di Selat Hormuz jika Amerika Serikat (AS) menyatakan ikut dalam perang membantu Israel. Intelijen AS mengungkap informasi tersebut pada Selasa (17/6/2025) pada hari ke-5 perang.

"Para pejabat mengatakan bahwa jika terjadi serangan, Iran dapat mulai menebar ranjau di Selat Hormuz, sebuah taktik yang dimaksudkan untuk menahan kapal perang AS di Teluk Persia," ungkap laporan intelijen AS, dilansir dari Anadolu Agency.

Ancaman tersebut menyoroti kekhawatiran yang berkembang bahwa konflik yang sudah tidak stabil dapat berubah menjadi perang yang lebih luas. Kondisi ini dikhawatirkan melibatkan bentrokan langsung antara AS dan Iran.

1. Iran janjikan serangan terhadap sekutu Israel

Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi. (commons.wikimedia.org/Chatham House, free license)
Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi. (commons.wikimedia.org/Chatham House, free license)

Sebelumnya, Iran telah berjanji untuk turut menyerang siapa pun yang ikut membantu Israel dalam perang tersebut. Peringatan itu disampaikan kepada tiga sekutu dekat Israel, yakni AS, Inggris, dan Prancis, sebagaimana dilaporkan Times of Israel pada Senin.

Pada Minggu, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan bahwa Teheran memiliki bukti yang menunjukkan pasukan AS mendukung kampanye pengeboman intensif yang dilancarkan Israel terhadap Iran.

"Kami memiliki bukti kuat dukungan pasukan Amerika dan pangkalan-pangkalan AS di kawasan itu terhadap serangan pasukan militer rezim Zionis," kata Araghchi.

Sehari setelahnya, ia kembali mengeluarkan pernyataan bahwa Iran kini terbuka untuk melakukan serangan balasan lebih lanjut. Ia menyebut bahwa pihak musuh tak bisa memaksakan kehendak pada Iran, dan AS memikul tanggung jawab besar atas konflik di kawasan.

"Musuh-musuh kamu harus tahu bahwa mereka tidak dapat mencapai solusi dengan serangan militer terhadap kita dan tidak akan dapat memaksakan keinginan mereka kepada rakyat Iran," tambahnya.

2. AS pastikan Iran tak akan serang pasukannya

Presiden AS, Donald Trump. (commons.wikimedia.org/	Ali Shaker/VOA, free license)
Presiden AS, Donald Trump. (commons.wikimedia.org/ Ali Shaker/VOA, free license)

Sementara itu, Presiden AS, Donald Trump, tak menyangkal bahwa pihaknya bisa saja ikut dalam perang tersebut. Namun hingga kini, ia mengklaim AS sama sekali belum melibatkan diri.

"Kami tidak terlibat di dalamnya. Ada kemungkinan kami bisa terlibat. Namun, saat ini kami tidak terlibat," kata Trump kepada ABC News pada Minggu.

Para pejabat AS juga mengatakan bahwa pangkalan rudal Iran sudah berada dalam jangkauan instalasi AS di Bahrain, Qatar, dan UEA. Hanya memerlukan sedikit atau tidak ada persiapan tambahan untuk memulai serangan semacam itu.

3. AS mulai kerahkan banyak armada militer ke Timur Tengah

Pasukan Angkatan Udara AS mengendarai F-15E pada 16 Oktober 2023. (commons.wikimedia.org/Olivia Gibson, free license)
Pasukan Angkatan Udara AS mengendarai F-15E pada 16 Oktober 2023. (commons.wikimedia.org/Olivia Gibson, free license)

Pada Selasa, BBC News mengungkap bahwa setidaknya 30 pesawat militer AS telah dipindahkan dari pangkalan di AS ke Eropa selama tiga hari terakhir.

Justin Bronk, Analis Senior Di Lembaga Pemikir Royal United Services Institute (Rusi), mengatakan bahwa pengerahan pasukan tersebut tampaknya menunjukkan bahwa AS tengah menyiapkan rencana darurat untuk mendukung operasi tempur intensif di kawasan tersebut dalam beberapa minggu mendatang.

Tujuh pesawat yang dilacak oleh BBC Verify telah melanjutkan perjalanan dan menurut data pelacakan penerbangan dapat terlihat terbang di sebelah timur Sisilia pada Selasa sore. Enam pesawat tidak memiliki tujuan yang jelas, satu mendarat di Pulau Kreta, Yunani.

Pergerakan pesawat itu terjadi di tengah laporan bahwa AS juga telah memindahkan kapal induk, USS Nimitz, dari Laut Cina Selatan ke Timur Tengah. MarineTraffic, situs web pelacakan kapal, menunjukkan bahwa lokasi terakhir USS Nimitz adalah di Selat Malaka menuju Singapura pada Selasa pagi. Nimitz membawa kontingen jet tempur dan dikawal oleh beberapa kapal perusak berpeluru kendali.

"Tidak ada kata terlambat untuk tidak memulai perang," kata Rosemary Kelanic dari lembaga pemikir Defense Priorities yang berpusat di Washington.

Ia memperingatkan bahwa intervensi AS hanya akan melipatgandakan dorongan Iran untuk mengembangkan senjata nuklir lebih lanjut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us