Israel Bakal Batasi Bantuan ke Gaza Usai Donald Trump Dilantik

- Israel akan membatasi masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza usai Trump dilantik.
- UN OCHA melaporkan hanya 2.205 truk bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza pada Desember 2024.
Jakarta, IDN Times - Israel dilapokan bakal membatasi masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza usai Presiden Terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump dilantik pada akhir Januari.
Dilansir dari CNN, Senin (6/1/2024), salah satu pejabat Israel menyatakan upaya ini untuk memotong sumber daya Hamas. Selain itu, kata dia, Hamas juga kerap menyita bantuan kemanusiaan untuk warga Palestina.
“Bantuan kemanusiaan tidak sampai ke tangan yang tepat. Ini adalah salah satu dari sejumlah opsi yang bakal dilaksanakan,” kata pejabat tersebut.
1. Israel diminta buka akses bantuan lebih besar

Sementara itu, sejumlah organisasi bantuan kemanusiaan terus menyerukan agar Israel membuka akses bantuan masuk ke Gaza lebih besar lagi.
UN OCHA bahkan melaporkan hanya ada 2.205 truk bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza pada Desember 2024. Jumlah ini tentu tidak cukup untuk membantu para pengungsi Palestina yang tergusur karena gempuran Israel.
2. Populasi Gaza turun 6 persen sejak konflik

Biro Pusat Statistik Palestina (PCBS), pada Selasa (31/12/2024), menyatakan, populasi di Jalur Gaza turun sebanyak 6 persen sejak Israel menyerang daerah tersebut. Mereka melaporkan lebih dari 55 ribu orang meninggal dunia.
PCBS menjelaskan, Israel telah melancarkan agresi brutal yang menargetkan semua jenis kehidupan, baik itu manusia, bangunan maupun infrastruktur vital. Terjadi kerugian manusia dan material yang sangat besar.
Di sisi lain, Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan, data tersebut dibuat-buat, dibesar-besarkan, dan dimanipulasi untuk menjelekkan negaranya.
3. Sebanyak 3.500 anak berisiko meninggal karena kekurangan gizi

PCBS turut mengatakan, sekitar 22 persen penduduk Gaza saat ini menghadapi tingkat kerawanan akut yang sangat parah. Dari jumlah itu, sekitar 3.500 anak berisiko meninggal karena kekurangan gizi dan makananan.
Dilansir Al Jazeera, sekitar 60 ribu perempuan hamil juga menghadapi risiko kesehatan. Ini karena sektor perawatan medis yang dihancurkan Israel yang membuat kurangnya akses terhadap perawatan kesehatan.
Bayi-bayi kerap lahir dalam keadaan yang sulit. Para keluarga tidak mampu menyediakan dukungan memadai seperti perawatan kesehatan dasar.
Beberapa bayi telah dilaporkan meninggal dalam beberapa hari terakhir karena kurangnya akses ke fasilitas kesehatan dan suhu cuaca yang mulai turun.