Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Israel Stop Impor Pangan Komersial ke Gaza, Pasokan Makanan Terancam 

warga Gaza mengantri makanan. (x.com/@UNRWA)
warga Gaza mengantri makanan. (x.com/@UNRWA)
Intinya sih...
  • Israel menghentikan pemrosesan impor pangan ke Gaza sejak 11 Oktober 2024, memotong pasokan vital bagi wilayah Palestina yang terkepung.
  • Rata-rata hanya 29 truk per hari masuk ke Gaza antara 1-16 Oktober 2024, jauh lebih rendah dari rata-rata 175 truk per hari antara Mei dan September.
  • Pengiriman komersial menyumbang sekitar 55 persen dari total pengiriman barang ke Gaza antara Mei dan September, menjadi sumber penting bagi kebutuhan sehari-hari penduduk.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Israel dilaporkan telah menghentikan pemrosesan permintaan impor pangan komersial ke Gaza sejak 11 Oktober 2024. Langkah ini memotong jalur vital yang selama enam bulan terakhir memasok lebih dari setengah kebutuhan pangan wilayah Palestina yang terkepung tersebut.

Akibatnya, aliran barang ke Gaza turun ke level terendah sejak awal konflik. Data statistik COGAT, badan Israel yang menangani impor, menunjukkan penurunan drastis pengiriman ke Gaza.

Antara 1–16 Oktober 2024, rata-rata hanya 29 truk per hari yang masuk ke Gaza. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata 175 truk per hari antara Mei dan September 2024.

1. Barang impor sumbang 55 persen pasokan pangan Gaza

Sebelum konflik terkini, sekitar 500 truk per hari memasuki Gaza membawa campuran bantuan dan impor komersial. Pengiriman ini termasuk makanan, bahan bangunan, dan pasokan pertanian.

Pengiriman komersial menyumbang sekitar 55 persen dari total pengiriman barang ke Gaza antara Mei dan September.

Barang-barang ini dibeli oleh pedagang lokal dan disetujui langsung oleh COGAT. Selanjutnya, barang-barang tersebut dijual di pasar-pasar di Gaza, menjadi sumber penting bagi kebutuhan sehari-hari penduduk.

"Barang komersial menambah pasokan produk segar dan bergizi yang tidak terkandung dalam pengiriman bantuan," ujar seorang pejabat PBB yang meminta namanya tidak disebutkan, dikutip dari Reuters. 

2. Israel khawatir Hamas diuntungkan dari barang impor

Dua sumber yang terlibat dalam pasokan makanan mengungkapkan alasan di balik penghentian ini. Melansir dari Times of Israel, mereka menyatakan bahwa Israel khawatir kelompok militan Hamas menerima pendapatan dari impor tersebut.

Namun, Hamas membantahnya dan mengklaim tidak pernah mencuri makanan atau menggunakannya untuk pendapatan. Hamas menegaskan bahwa mereka berusaha memastikan distribusi bantuan di Gaza berjalan lancar.

Penghentian ini bertepatan dengan operasi militer baru Israel di Gaza utara. Program Pangan Dunia PBB (WFP) menyatakan bahwa operasi tersebut telah menghentikan semua pengiriman bantuan melalui perlintasan di utara sejak dua minggu terakhir.

Situasi ini telah memicu reaksi keras dari komunitas internasional. Amerika Serikat bahkan mengancam akan menahan dukungan militer kepada Israel.

"Situasi di sini semakin mendesak, kami masih punya sedikit bantuan makanan yang tahan lama, tapi hampir tidak ada lagi sayuran segar. Bayangkan, harga satu kilo bawang merah saja sekarang 15 dolar AS (sekitar Rp232 ribu) di Gaza selatan," ungkap Ibrahim Baraka, seorang warga Gaza selatan.

3. Pedagang Gaza hadapi aturan impor yang semakin ketat

Sistem impor komersial ke Gaza telah menghadapi berbagai tantangan bahkan sebelum penghentian ini.

Konvoi yang membawa barang sering dijarah oleh geng bersenjata atau warga Gaza yang putus asa. Akibatnya, para importir terpaksa menaikkan harga untuk membayar biaya transportasi yang tinggi dan perlindungan pengiriman mereka.

COGAT juga telah beberapa kali mengubah metode pengajuan permintaan impor. Mereka beralih dari formulir online ke nomor WhatsApp, lalu kembali ke formulir online. Namun, formulir terakhir membutuhkan kata sandi yang hanya diketahui oleh pedagang terpercaya

Pada September, aturan baru diperkenalkan yang semakin mempersulit pedagang. Aturan ini mengharuskan pedagang menunjukkan catatan bank yang membuktikan omset minimal 15 juta shekel (sekitar Rp62 miliar) per tahun.

Situasi semakin memburuk ketika formulir online terbaru berhenti berfungsi untuk semua importir. Para pedagang melaporkan bahwa pesan yang dikirim ke nomor WhatsApp COGAT tidak mendapat jawaban. Hingga kini, COGAT tidak menanggapi pertanyaan mengenai masalah-masalah ini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Leo Manik
EditorLeo Manik
Follow Us