Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ancaman Embargo Senjata AS ke Israel Disebut Tak Akan Berpengaruh

Presiden Amerika Serikat, Joe Biden (twitter.com/President Biden)
Intinya sih...
  • AS memberi ultimatum pada Israel terkait bantuan kemanusiaan di Gaza atau embargo senjata
  • Israel tidak akan ditentang AS dalam embargo senjata karena kedekatan mereka
  • Situasi kemanusiaan di Gaza semakin memburuk, dengan para dokter meminta koridor kemanusiaan untuk rumah sakit

Jakarta, IDN Times – Sebuah surat dari Amerika Serikat (AS) yang memuat ultimatum dilayangkan kepada Israel pada Minggu (13/10/2024) lalu. Surat tersebut berisi dua pilihan, mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza atau embargo senjata.

Namun efektifitas surat tersebut dipertanyakan, bisakah AS memaksa Israel untuk melakukan hal itu? Seorang pejabat tinggi AS untuk Timur Tengah, Lise Grande, mengungkap bahwa ultimatum tersebut kemungkinan bisa mendorong penyaluran bantuan kemanusiaan ke Gaza.

”AS akan menggunakan taktik lain untuk membuat Israel mengizinkan bantuan masuk ke Jalur Gaza yang dikuasai Hamas, seperti tekanan internasional melalui PBB,” lapor Jerussalem Post, Rabu (16/10/2024), mengutip pernyataan sumber tersebut.

Namun di sisi lain, AS tak dapat melaksanakan ultimatum lainnya, yakni embargo senjata terhadap Israel.

1. AS cukup dekat dengan Israel

Ilustrasi bendera Israel (Unsplash.com/Levi Meir Clancy)

Kedekatan AS dan Israel membuat embargo ini mustahil untuk dilakukan. Grande mengatakan, dukungan pemerintah Biden terhadap Israel tak akan berubah. Artinya, dukungan senjata akan tetap mengalir.

Dalam laporan ekslusif Politico, Rabu (16/10/2024), tiga orang yang diwawancarai secara anonim mengungkapkan bahwa Israel adalah satu dari lingkaran kecil sekutu yang tidak akan ditentang AS. Dengan demikian, Washington tidak akan menahan apa pun yang Israel inginkan.

“Dia seperti berkata, dengan sekutu tertentu, kita tidak bisa berperan sebagai polisi jahat,” kata seorang pejabat bantuan.

Penilaian Grande tersebut mempertanyakan posisi AS saat ini di dalam konflik tersebut, terutama mengenai surat yang dilayangkan baru-baru ini kepada Israel.

2. Surat ultimatum untuk Israel

Pertemuan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dengan Perdana Menteri sekaligus Menlu Qatar, Selasa 5 Maret 2024 di Washington AS. (twitter.com/@SecBlinken)

Pada Minggu (13/10/2024), Menteri Luar Negeri, Antony Blinken, dan Menteri Pertahanan Lloyd Austin mengirim surat kepada Israel yang berisi ancaman untuk menahan senjata bagi Israel jika Israel tidak memperbaiki situasi kemanusiaan di Gaza secara drastis. Dalam surat itu, Israel diberi waktu 30 hari untuk memperbaiki keadaan.

Ketika media mendesak pemerintah AS pada Senin mengenai mengapa ultimatum kepada Israel dalam surat yang dikeluarkan pada Minggu menyertakan masa tenggang, juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller mengatakan, Israel memang sudah harus mengatasi hal tersebut.

"Kami percaya sudah sepantasnya memberi mereka kesempatan untuk mengatasi masalah tersebut," katanya.

Sementara itu, seorang pejabat Israel mengatakan negaranya menanggapi surat tersebut dengan serius. Sumber tersebut mengatakan pihaknya kini berniat untuk membahas kekhawatiran yang muncul dalam surat tersebut dengan AS.

3. Situasi kemanusiaan di Gaza semakin mengkhawatirkan

Seorang anak perempuan di Gaza sedang menyantap makanan di tenga krisis akibat konflik Israel dan Hamas. (twitter.com/@WFP)

Dilansir Al Jazeera, situasi kemanusiaan di Gaza kini sangat mengkhawatirkan, terutama di Gaza Utara. Kondisi kesehatan yang semakin meluas membuat pejabat kesehatan Palestina meminta untuk dibangun koridor kemanusiaan untuk ke tiga rumah sakit.

Para dokter di rumah sakit Kamal Adwan, al-Awda, dan Indonesia menolak meninggalkan pasien meskipun ada perintah evakuasi yang dikeluarkan oleh militer Israel pada awal serangan ke wilayah Jabalia di Gaza utara 12 hari yang lalu.

"Kami menyerukan kepada masyarakat internasional, Palang Merah dan Organisasi Kesehatan Dunia, untuk memainkan peran kemanusiaan mereka dengan membuka koridor menuju sistem perawatan kesehatan kami dan mengizinkan masuknya bahan bakar, medis, delegasi, pasokan dan makanan," kata Hussam Abu Safiya, direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, pada Rabu.

Abu Safiyah mengatakan, sebanyak 300 tenaga medis pun saat ini tak dapat memenuhi makanan untuk dirinya sendiri. Padahal mereka sangat dibutuhkan untuk memberikan layanan medis yang aman.

Selama 12 hari terakhir, tak ada bantuan makanan yang masuk ke wilayah utara. PBB memperkirakan sekitar 400 ribu orang terjebak di Gaza utara dan tidak dapat meninggalkannya karena pengeboman yang sangat kuat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zidan Patrio
EditorZidan Patrio
Follow Us