Israel Tarik Sebagian Pasukannya dari Gaza Selatan

Jakarta, IDN Times - Militer Israel (IDF) mengurangi pasukannya di Jalur Gaza selatan setelah pertempuran sengit dengan kelompok Hamas yang berlangsung berbulan-bulan di kota Khan Younis. Meski begitu, militer mengkonfirmasi bahwa masih ada satu brigade yang tersisa. Brigade Israel biasanya terdiri dari beberapa ribu tentara.
“Divisi komando ke-98 telah menyelesaikan misinya di Khan Younis,” kata militer, Minggu (7/4/2024).
“Kekuatan signifikan yang dipimpin oleh divisi 162 dan brigade Nahal terus beroperasi di Jalur Gaza dan akan menjaga kebebasan bertindak IDF dan kemampuannya untuk melakukan operasi berbasis intelijen yang tepat,” tulis pernyataan tersebut, dikutip Barron's.
Masih belum jelas, apakah penarikan pasukan akan menunda serangan yang telah lama direncanakan ke kota Rafah di Gaza selatan. Menurut para pemimpin Isreal, serangan itu diperlukan untuk melenyapkan Hamas.
1. Sebuah strategi baru
Pengumuman Israel muncul ketika perang di Gaza hampir mencapai enam bulan. Sementara itu, Imran Khan dari Al Jazeera mengatakan, penarikan pasukan Israel bisa jadi sebuah strategi baru.
“Kami diberitahu bahwa mereka tidak memerlukan jumlah pasukan sebanyak itu untuk menerapkan strategi baru ini,” katanya.
“Tetapi jika Anda mendengarkan analis militer Israel, Anda akan mendapatkan pandangan yang sedikit berbeda. Apa yang kami dengar adalah bahwa ini bisa jadi merupakan pengerahan kembali pasukan untuk bersiap melakukan serangan darat ke Rafah,” kata Khan, sambil menekankan bahwa Amerika Serikat (AS) mati-matian menentang rencana tersebut.
2. Israel ingin melakukan serangan di Rafah
Dilansir NBC News, pengumuman penarikan pasukan Israel juga menimbulkan pertanyaan apakah hal tersebut merupakan respons terhadap retorika AS menyusul insiden pembunuhan tujuh pekerja bantuan pada pekan lalu di Gaza.
Penarikan tersebut juga terjadi di tengah meningkatnya tekanan internasional untuk dilakukannya gencatan senjata dan negosiasi kesepakatan penyanderaan. Pada Minggu, Hamas telah mengirim delegasinya untuk menghadiri pembicaraan di Kairo.
Dalam pertemuan kabinet perang Israel pada Minggu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tidak secara langsung membahas tentang penarikan pasukan tersebut. Nampaknya, Netanyahu juga tidak siap untuk mundur, meskipun semakin banyak isolasi internasional.
“Saya sudah menegaskan kepada komunitas internasional bahwa tidak akan ada gencatan senjata tanpa kembalinya para korban penculikan. Itu tidak akan terjadi,” kata Netanyahu, seraya menambahkan bahwa Israel bermaksud untuk terus melakukan pertempuran di Rafah.
3. Penarikan pasukan memungkinkan warga Palestina untuk berpindah
Penarikan pasukan Israel memungkinkan warga Palestina untuk pindah ke daerah-daerah yang sebelumnya dibatasi oleh pasukan Israel. Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan, penarikan pasukan IDF dari kota Khan Younis memungkinkan mereka untuk mengambil jenazah salah satu dari anggotanya yang terbunuh selama pengepungan di Rumah Sakit Al-Amal di Khan Younis.
Selama berbulan-bulan pertempuran sengit terjadi di Khan Younis. Pemboman yang tiada henti telah merubah sebagian besar kota tersebut menjadi puing-puing.
Menurut angka resmi Israel, Perang Israel-Hamas di Jalur Gaza sejak serangan 7 Oktober telah menewaskan 1.170 warga Israel dan warga asing, yang sebagian besar warga sipil. Sementara, kementerian kesehatan Gaza mengatakan, setidaknya 33.175 orang telah terbunuh di wilayah Palestina dalam serangan Israel.